Saturday, 12 November 2011

Pulau Penyalai (Kecamatan yang belum merdeka)


Bono kuala kampar
                Sobat semua yang tinggal di provinsi Riau dan untuk lebih khususnya untuk sobat yang tinggal di Kabupaten Pelalawan, saya yakin bila ditanya tentang sebuah kecamatan bernama Kuala Kampar, pasti pada bengong dan menggelengkan kepala. Itu bukan hal yang membuat saya heran, karena memang itulah fakta yang tidak bisa dipersalahkan. Bahkan banyak putra-putri Kuala Kampar yang bahkan tidak mau mengakui bahwa mereka tinggal di kecamatan kecil ini. Sebuah realita yang membuat air mata ini jatuh dengan sendirinya…

            Baiklah sobat semua, Kuala Kampar selain menjadi sebuah kecamatan  ia juga merupakan sebuah pulau. Pulau yang dikenal dengan sebutan pulau penyalai atau pulau mendol, karena ia memang pulau yang terpisah sendiri. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan dari 12 kecamatan yang ada di kabupaten pelalawan, jika sobat mau mengunjungi pulau ini maka sobat harus naik sped boat dari jembatan krinci dan menyusuri sungai Kampar selama berjam-jam. Jika nasib anda sedikit kurang beruntung, tak jarang anda akan bertemu dengan BONO (seven ghost) di tengah laut. Namun tenang saja bono atau gelombang besar ini juga sangat menarik, bahkan sudah menjadi objek wisata berselancar incaran dunia. Asalkan hati-hati saja.
         
        Kembali ke Kuala Kampar, mengapa saya tertarik untuk berbagi cerita tentang tanah kelahiran saya ini? Karena menurut saya pulau penyalai adalah pulau yang memprihatinkan. Untuk apa saya harus mengatakan bahwa pulau ini pulau impian, jika faktanya memang pulau kelahiranku ini memprihatinkan keadaanya. Saya selalu bermimpi kecamatan ini bisa maju seperti kecamatan-kecamatan lain. Jujur saya katakan pulau ini adalah sebuah pulau yang kaya, karena ditanah gambut ini semua tumbuh dengan subur. Mulai dari Sawit, Karet, Kelapa, Sagu, sayur-sayuran, jagung, semua bisa tumbuh dengan subur. Hanya begitu banyak hambatan seperti penampungan yang kurang. Masyarakat di tanah kelahiranku ini mayoritas berkebun kelapa, penghasilan mereka tidaklah sebanyak penghasilan pekebun sawit karena harga kelapa yang sangat rendah (Rp.1000-1200/biji) dan biasanya mereka hanya memanen sekitar 3-5 ribu butir/tiga bulan. Bisa anda hitung sendiri berapa uang yang didapatkan, belum lagi cara memanen hingga dimuat ke pompong yang harus menguras banyak tenaga dan waktu . Selain berkebun kelapa , ada juga yang berladang (padi), dan nelayan.

            Nah,untuk mendapatkan ikan khas laut penyalai anda bisa mengunjungi desa Tanjung selukup. Salah satu desa di kecamatan ini. Disanalah tempat mayoritas nelayan kami berada. Saya jamin anda tidak akan menyesal setelah merasakan kekhasan ikan laut kami, seperti ikan debok(mirip patin namun besar 1-3 kg), patin laut, ikan lomek,ikan biang hingga berbagai jenis udang.

            Yang membuat saya begitu sedih dengan pulau ini adalah suasana yang menggambarkan suasana belum merdeka. Mengapa saya menuliskan begitu? Karena memang begitu adanya. Berikut beberapa fakta yang membuat saya berani menuliskan julukan belum merdeka untuk pulau ini:

·         Listrik (penerangan), ya…jika anda memasuki kecamatan ini saat malam hari jangan kaget ya, karena terlihat seperti pulau hantu yang gelap kecuali di desa teluk dalam yang merupakan pusat kecamatan. Disanalah satu-satunya PLTD yang ada di penyalai.

·         Jalan , nah jika anda berkunjung kesini lihatlah dan rasakan jalan yang ada dipulau ini, semua retak, pecah-pecah dan miring. Sangat membahayakan perjalanan. Juga masih ada jalan yang belum disemen sama sekali.

·         Banyak anak-anak yang tidak sekolah.

Itulah beberapa fenomena menyedihkan dari pulau penyalai, tanah kelahiranku.


8 comments:

  1. bpak saya orang teluk dalam...dia ingin mengetahui berita terkini disana...

    ReplyDelete
  2. jangan ubah penyalai...biar kan lah sperti itu..
    paret bekang, melur, melati.. pantai lumpur + ikan tembakol
    tanah gambut,,kebon kelapa.. apakah masih sprti itu?
    sudah 20 thn aku tak kesane..
    RINduu.. satu saat aku akan ksane.

    ReplyDelete
  3. Semoga Pulau Penyalai mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat dan keaadaannya semakin membaik.

    ReplyDelete
  4. ridho ardianto29 June 2014 at 05:27

    serius gg ada listrik,,
    wah bsk gw kkn kesana,,
    didesa tanjung sum,,, -_-"
    haduhhh

    ReplyDelete
  5. Entah sudah berbentuk apa pulau penyalai sekarang, sudah 45 tahun berpisah, aku rindu semuanya, pegeng pulang liat kampung kelahiranku, iseng ketik di google temu situs ini, lumayan bisa lihat dikit...

    ReplyDelete
  6. mau nanya. kalau ke mendol dari batam gimana caranya yah?

    ReplyDelete
  7. Sofi...Asww..pls be optimistic . ALLAH SWT never create bad things. In Sha Allah Mendol will rise and be connected to other islands sooner or later. You guys..."MENDOLIAN" should be proud of yourselves. Ingat...Melayu itu Cerdik dan Bijaksana hanya mereka tdk mau mengaku Melayu karena LUPA....Cheers

    ReplyDelete
  8. Mantap, besok tanggal 9 Desember saya akan mengunjungi desa ini, semoga saya menemukan hal-hal yang menarik. http://travelingbersama.blogspot.co.id/2016/12/rokan-hulu-sebagai-objek-wisata.html

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...