Dulu ketika duduk di bangku Aliyah, buku Sejarah
Kebudayaan Islam yang dijadikan bahan pandu ajaran pernah menyinggung tentang
Mustafa Kemal Ataturk dari Turki. Di sana diceritakan secara singkat bagaimana
Ataturk dianggap sebagai bapak reformasi Turki yang berhasil mengganti sistem
pemerintahan dari khalifah menjadi republik. Kala itu, aku tidak begitu paham
apa sebenarnya yang sudah dilakukan Ataturk. Justru aku beranggapan dia sama
saja dengan tokoh-tokoh perubahan lainnya yang sering disebut dalam buku
sejarah. Aku sempat berpikir kalau Ataturk juga merupakan tokoh teladan
layaknya para pahlawan. Kurasa setiap sekolah harus memiliki guru yang bijak
dan punya pemahaman luas mengenai sejarah, dengan begitu ia bisa menjelaskan
apa yang terjadi sesungguhnya. Tidak hanya murni dari buku yang sudah disaring
berpuluh kali, bahkan beberapa kejadian penting dihapus, kebenaran di tutupi,
karena takut mengundang kemarahan dari pihak tertentu.
Seperti biografi Ataturk dalam buku sejarah di
sekolah yang pernah kubaca, akhirnya mengundang pemahaman yang salah. Anggapan
tersebut terus tersimpan dalam hati sampai suatu saat aku membaca buku karangan
Oki Setiana Dewi berjudul Cahaya di Atas Cahaya. Dalam buku tersebut Mbak Oki
bercerita bahwa Turki masuk ke dalam daftar negara yang ingin ia kunjungi
setelah Palestina. Kemudian ia menuliskan secara singkat mengenai Ataturk dan
kekejaman apa yang sudah ia lakukan di bumi Turki.
Adalah sebuah kebenaran jika beberapa orang
menganggap Ataturk sebagai pahlawan, mengingat keadaan Turki saat itu pasca
Perang Dunia I. Beberapa wilayah Turki bahkan dicaplok oleh negara lain, dan Istanbul
sendiri diduduki pasukan sekutu. Hingga akhirnya dengan kekuatan militer yang
dihimpun Ataturk, ia berhasil mengembalikan kembali wilayah Turki seperti yang
kita ketahui sekarang. Sejarah mencatat, tepat pada tanggal 29 Oktober 1923
Turki resmi menjadi Republik atas usaha kaum nasionalis yang dipimpin oleh
Mustafa Kemal Ataturk yang selama ini telah dididik secara sekuler di barak
Selonika. Jadi sudah pasti yang ada dalam kepala Ataturk adalah paham sekuler.
Khalifah Turki Ustmani terakhir, Sultan Abdulmecit, diusir dari Turki dan hidup
di Prancis hingga akhir hayatnya. Kengerian mengambang di langit Turki, pada
akhirnya kekhalifahan yang telah berdiri selama 624 tahun itu dihapus dari muka
bumi selamanya.
Di satu sisi Ataturk memang terkesan seperti
pahlawan, namun yang perlu diingat semua itu sudah direncanakan jauh-jauh hari.
Sejak Sultan Abdul Hamid II berkuasa, sebenarnya pemerintahan dan militer di
kesultanan sudah disusupi oleh agen-agen fremansory. Dan dari salah satu
tulisan yang kubaca, Ataturk adalah satu alat Yahudi guna mendapatkan apa yang
selama ini mereka inginkan, yaitu mendirikan sebuah negara di tanah Palestina.
Akhirnya, semua itu menjadi kenyataan.
Berikut adalah seretetan kebijakan Ataturk di bumi
Turki, dan setelah membaca ini, silakan kalian yang mengaku beriman memutuskan
sendiri seperti apa Si Ataturk ini sebenarnya.
1 November 1922—kaum sekuler mengeluarkan
keputusan yang mengamputasi khalifah. Khalifah hanya dijadikan simbol relijius
yang tunduk pada negara.
13 Oktober 1923—Majelis Agung Nasional menetapkan
Ankara sebagai ibukota baru, karena Istanbul dianggap sangat identik dengan
Islam.
29 Oktober 1923—Majelis Agung Nasional
mendeklarasikan Republik Turki dan Mustafa Kemal dipilih menjadi presiden.
3 Maret 1924—Kekhalifahan dihapus dan hubungan
dengan Kekhalifahan Ustmani diputus.
16 Maret 1924—pendidikan agama dihapus, semua
madrasah agama dilebur jadi satu dalam kementrian pendidikan umum, madrasah Al
quran dan agama juga dihapus!
24 April 1924—Kementrian Wakaf dan Urusan Agama
dihapus.
13 Februari 1925—meletus pemberontakan yang
diketuai oleh Syeikh Said Biran, namun kemudian 29 Juni, ia dan 47 pengikutnya
dihukum mati, lalu seluruh tempat pengajian sufi di Anatoli Timur dihapus.
25 Juli 1925—penanggalan Rumi yang biasa dipakai
oleh Ustmani dihapus, lalu digantikan dengan penanggalan Gregorian Eropa.
24 Agustus 1925—Ataturk pertama kali tampil
mengenakan topi Eropa.
2 September 1925—ziarah ke makam Wali dilarang.
Seluruh makam wali dan sufi ditutup!
4 Setember 1925—Dibuat pesta dansa di Istanbul,
dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, wanita berbaur dengan lelaki, persis
seperti di kota-kota besar di Eropa. Di sana juga disediakan minuman keras.
8 Desember 1925—dikeluarkan undang-undang untuk
memakai pakaian Eropa. Pakaian Islam dan tardisional Turki dilarang!
14 Desember 1925—Imam masjid diwajibkan memakai
pakaian ala Eropa. Dilarang menggunakan jubah dan serban! Gelar murid, syaikh,
dan khalifah dilarang!
17 Februari 1926—pernikahan secara syariat
dihapus, diganti dengan pernikahan menurut hukum sipil Eropa. Poligami
dilarang, mahar dihapuskan, suami tidak punya hak menalak, anak gadis
dibebaskan memilih pasangannya dari agama apapun, lelaki dan perempuan sama
bagian warisannya.
10 April 1926—hukum syariah diganti dengan hukum
Eropa.
20 Mei 1927—dikeluarkan UU penghapusan semua
simbol Daulah Ustmaniyah. Segala simbol yang berhubungan dengan Ustmaniyah
tidak boleh digunakan.
2 Februari 1928—Khutbah Jumat pertama kali dalam
bahasa Turki dilakukan, setelah berabad-bad sebelumnya menggunakan bahasa Arab.
10 April 1928—kalimat ALLAH dikeluarkan dari teks
sumpah yang biasa dipakai pejabat pemerintah. Lalu kata-kata ‘Agama resmi:
Islam’ dihapus dari semua ungakapan kenegaraan.
24 Mei 1928—angka Arab dilarang, diganti dengan
angka Eropa.
1 November 1928—huruf Hijaiyah dilarang, harus
diganti dengan huruf latin. Dan demi
menghapus pengaruh bahasa Arab dan Islam, maka berton-ton teks, manuskrip yang
berbahasa dan memakai huruf Arab dihancurkan dengan cara dijual sebagai bungkus
makanan. Sebagian lain dikirim ke pabrik untuk didaur ulang.
30 Desember 1928—90 Masjid di Istanbul ditutup
termasuk Aya Sofia yang menjadi pusat peribadatan umat Islam sejak takluknya
Konstatinopel.
1 September 1929—sekulerisasi di sekolah-sekolah
semakinmenjadi-jadi. Pelajaran bahasa Arab dan Persi dibuang, membaca Al quran
dan kitab-kitab agama dilarang keras! Gelar pasya, efendi, dilarang! Jika ada
yang melanggar, pemerintah tidak segan-segan untuk memenjarakan, menyiksa,
hingga menghukum mati.
22 Januari 1932—Al Quran boleh dibaca, namun yang
terjemahan dalam hasa Turki, tidak ada huruf Arab-nya.
18 Juli 1932—Dikeluarkan UU yang melarang Azan dan
Iqamat dalam bahasa Arab, harus dalam bahasa Turki. Jika ada yang melanggar dan
ketahuan, akan didatangi militer lalu digelandang dan ditembak mati!
1 Agustus 1932—Turki ikut kontes ratu kecantikan
dunia, yang sebelumnya sangat aib perempuan Turki pamer aurat.
1 Februari 1933—terjadi protes besar-besaran di
Bursa menuntut UU larangan adzan dalam bahasa Turki. Namun demonstrasi itu
dilawan Ataturk dengan tangan besi. Dan pada 7 Februari, adzan berbahasa Turki
sudah diterapkan di seluruh Masjid seantero Turki.
2 Januari 1935—Hari Minggu dijadikan libur
menggantikan Jumat. Inilah untuk pertama kalinya sejak zaman Rasulullah saw,
umat Islam berlibur memakai cara libur nasrani.
1 Februari 1935—Masjid Aya Sofia dijadikan museum
dan Masjid Al Fatih dijadikan gudang.
Tahun 1940—ateisme diajarkan di sekolah-sekolah
mulai pendidikan kanan-kanan hingga perguruan tinggi.
Apakah Mustafa Kemal masih bisa disebut pahlawan?
Perlu diketahui yang menerapkan semua kebijakan di
atas adalah orang-orang Islam. Mereka yang berkuasa di pemerintahan dan militer
saat itu masih beragama Islam, namun hati mereka ateis. Jika ditilik dari
sejarahnya, Ataturk sendiri berasal dari kumpulan Young Turk yang dikenal
sebagai gerakan pemuda Turki, namun
kebanyakan mereka sekolah di Eropa dan pemikiran mereka adalah Eropa. Beberapa
jabatan strategis justru diisi oleh mereka yang jelas-jelas agen Yahudi.
Bagi yang ingin tahu lebih jauh seperti apa
kondisi politik dan sosial Turki saat dan pasca runtuhnya Khalifah Ustmaniyah,
saya menyarankan untuk membaca novel terbaru Kang Abik dengan judul API TAUHID.
Rentetan peristiwa di atas juga saya dapatkan dari novel tersebut. Dalam novel
itu kita akan diperkenalkan dengan seorang pejuang Tauhid di bumi Turki.
Namanya Said Nursi dan bergelar Badiuzzaman yang artinya Sang Keajaiban Zaman.
Beliaulah yang terus memperjuangan agar tauhid dalam dada orang-orang Turki
tetap hidup, di tengah kediktatoran pemerintahan Ataturk saat itu.
Ah, Said Nursi. Seorang ulama yang hidupnya
hanyalah didedikasikan untuk Allah semata. Seorang yang sangat mencintai bangsa
dan tanah airnya. Seorang yang hanya memikirkan kebaikan umat. Seorang yang
terlahir sebagai obat untuk umat yang tengah sakit. Rasanya, Said Nursi
dilahirkan memang hanya untuk tugas-tugas mulia tersebut. Semoga Allah
menempatkan dia di tempat yang indah dan penuh rahmat di sisi-Nya, dan semoga
kita bisa mengambil keteladanan dari sejarah hidupnya.
Dan Ataturk? Meski tanpa dituliskan, semua orang
tahu benar bagaimana akhir hidupnya dan bagaimana keadaan kuburan maupun
jasadnya kini. Azab Allah diperlihatkan dengan begitu jelas agar kita bisa
mengambil pelajaran.
Kemal Attaturk memang dikenal sebagai bapak pembangunannya Turki. Di buku2 bacaan sekolah juga demikian. Tapi bagi perkembangan Islam sendiri jadi tidak menguntungkan.
ReplyDeletesi mustafa ini fotonya dipajang dimana mana.
ReplyDeleteapalagi kalo mendekati national day, fotonya ada di jalan jalan... di pasar, di pusat keramaian...
foto ukuran besaaaar dimana mana, saking bangganya orang turki pada si mustafa ini
padahal, banyak yang bilang dia musuh islam.
hehehehhe