Sayang, si maling nggak seberuntung gambar ini! (Sumber: klik di sini) |
Yap, benar sekali. Tulisan
ini memang hanya sekadar curhatan tentang ketakutanku saat mengetahui ada
maling yang masuk ke rumah (kontrakanku saat ini). Ceritanya, beberapa hari
lalu, dua orang teman kontrakan keluar rumah pada pukul 03.00 lewat sekian menit.
What for? Tentu aja piket kandang
sapi ke kampus. Gila, kan? Itulah kegiatan-kegiatan nggak berguna dari kampusku
yang sangat menyebalkan. Aku sendiri gak nyangka sudah menyelesaikan giliran
piket kandang selama dua minggu, setiap pagi dan sore. Bayangkan, kandang yang
kita bersihin itu diisi belasan ekor sapi, belum lagi ngurusin pakan mereka. Sungguh
penyiksaan!
Nah, balik lagi ke main topic. Sialnya, pagi buta itu,
kedua temanku tidak mengunci pintu dari luar. Pikir mereka bentar lagi subuh, jadi gak perlu dikunci. Aku
sendiri bangun sesaat setelah mereka pergi, ambil wudhu dan shalat isya. Ya,
malam harinya aku tidur habis maghrib dan keblabasan belum shalat isya.
Sempat juga aku curiga,
pintunya jangan-jangan nggak mereka kunci. Tapi entah mengapa, aku mengabaikan
perasaan curiga itu, toh biasanya setiap yang piket kandang pagi selalu
mengunci pintu dari luar. So, aku
langsung buka laptop dan nulis-nulis nggak jelas. Belum sampai 5 menit,
tiba-tiba aku mendengar bunyi daun pintu yang didorong. Seketika jari-jariku
menghentikan kegiatan di atas keyboard. Pasang kuping baik-baik.
Aku yakin itu bukan
kedua temanku yang pulang piket, karena setiap mereka akan keluar atau masuk,
pasti berisik. Wong tadi aja saat akan berangkat, suaranya bikin aku kebangun.
Ini sepi banget, nget!
Bingung apa yang harus
dilakuin, mau telepon teman atau BBM, hapeku bener-bener nggak ada pulsa, paket
internet pun tepat banget lagi habis. Masak iya aku harus keluar sendirian lalu
teriak-teriak? Gimana kalau teman-temanku nggak ada yang bangun? Selama ini aja
mereka susah banget kalau diketuk-ketuk pintunya. Mau ngintip, eh nggak ada
bolongan.
Akhirnya kuputusin buat
nulis status di facebook:
“Kayaknya ada yang
masu...”
Baru sampai di situ, bahkan
huruf ‘k’ saja belum sempat ditambahkan, eh si maling udah matiin saklar lampu.
Gelap gulita deh, jadi makin sepi. Dan batrai laptopku pun tamat. Langkah pertama
yang kulakuin adalah nyembunyiin laptop di bawah tempat tidur. Lalu berdiam
diri sambil pasang kuping baik-baik. Aku bahkan dengar semua gerak-geriknya di
ruang tamu. Suara murattal sudah terdengar, bukan dari masjid di samping
kontrakan, tapi masjid lain yang cukup jauh.
Kayaknya tuh maling
juga sempat mau buka kamarku, untungnya gagang pintu bagian luar baru rusak dua
hari sebelumnya. Jadi kamarku benar-benar gak bisa dibuka dari luar, kecuali
pakai tang.
Saat itu aku teriak
dalam hati, mohon agar kedua temanku segera pulang. Pikiran udah rusuh banget,
gimana kalau si maling berusaha masuk ke kamar, nodong aku pake pisau kayak
kasus dua mahasiswi yang ditodong di area kampus beberapa waktu lalu. Duh,
campur aduk, deh. Panas dingin!
“Ayo dong, ada yang
bangun. Ayo dong, kalian cepat pulang!” kalimat ini berkali-kali kuucapkan
pelan.
Dan, hampir sepuluh
menit kemudian, masjid di samping rumah mulai menguarkan bunyi salawatan. Sedikit
lega. Kedua temanku pulang hampir sepuluh menit kemudian, tepat saat azan
subuh. Aku langsung teriak dari dalam kamar, minta mereka ngebangunin seisi
kontrakan dan ngidupin lampu. Tentu mereka bingung beberapa saat, sebelum
akhirnya merasa bersalah juga karena nggak ngunci pintu.
Andai malingnya secakep Scipio (The Thief Lord)! Ups! (Sumber: klik di sini) |
Kita semua geger
pagi-pagi. Seorang teman yang pintu kamarnya terbuka sedikit (karena satu teman
kamarnya yang piket pagi itu, jadi dia keluar tanpa menutup pintu kamar kembali
rapat), kehilangan uang puluhan ribu yang diletakkan di atas lemari yang
berdiri di samping pintu kamar. Jam tangan juga lenyap. Untungnya laptop yang
juga nggak jauh dari sana tetap aman. Barangkali si maling nggak tahu, kan
gelap banget. Kayaknya dia cuma ngeraba-raba.
Liciknya, tuh maling
ngambil kunci rumah segala. Jadinya kan repot, harus ganti seperangkat kunci
lagi. Jadi ngerepotin bapak katering depan rumah (wakil bapak kos). Waktu belum
diganti, kita juga harus nitipin barang-barang ke ibu katering, kalau lagi
kuliah. Dasar maling!
Gitulah ceritanya,
pokoknya kalau kamu ngalamin hal yang sama, sensasi takutnya itu wow banget. Sampe
sekarang aku masih kebayang-bayang. Selalu ngidupin TV, biar nyala sendiri kalau
ruang tengah lagi kosong. Pintu rumah juga dikunci selalu. Ada hikmahnya juga,
kita jadi lebih waspada dan hati-hati. Kejahatan itu memang nggak kenal waktu
dan toleransi. Bahkan udah mau subuh pun masih gerayakan di rumah orang. Nggak ingat
dosa banget.
Oh iya, sebenarnya ini
bukan kejadian pertama, udah dua kali ada tangan yang masuk malam-malam di
kamar temanku yang dekat sama jalan samping rumah. Nggak habis pikir gimana dia
bisa buka jendela kamar. Kejadiannya pun deket-deket waktu subuh. Untungnya dua
kali mencoba, dua kali pula ketahuan sama temanku yang posisi tidurnya: kepala
tepat di bawah jendela. Jadi dia sadar dan langsung mukul tuh tangan. Seketika kabur,
deh! Biar tahu rasa!
Oke sekian dulu, udah
capek. Oh iya satu lagi, hari ini aku bolos kuliah. Kurang fit aja, sejak
kemaren kepalaku selalu sakit setiap dibuat nelen dan sujud. Dan pagi ini,
tenggorokan perih banget dibuat ngomong. Biarlah teman-teman mau ngizinin sakit
atau tanpa keterangan, yang jelas aku butuh me
time banget. Doakan aku cepet membaik, ya!
mau donk jadi malingnya :D maling ganteng tp kwakkwakaw
ReplyDeleteSelalu baca Shalawat, ayat Kursi dan tiga Qul disetiap sudut rumah/ ruangan kamar jika menjelang maghrib dan Shubuh. Dulu, waktu saya masih anak-anak hingga remaja, sudah 3 kali tamu tak diundang itu datang kerumah, Alhamdulillah selalu terhalang masuk ke rumah walaupun beberapa kaca jendela berhasil di copot dan hanya mengambil barang diluar rumah. Kejadiannya ba'da Isya, tengah malam, dan menjelang Shubuh. Alhamdulillah Allah masih melindungi kita :)
ReplyDeleteKalau sapinya sampai belasan ekor, enggak kebayang gimana repotnya. Satu saja saya bisa kewalahan. Untung sudah menjelang subuh ya, Mbak. Bagaimana kalau masih tengah malam.
ReplyDeleteMenenganggangkan ceritamu, Sofi.
ReplyDeleteBener tuh jadi pengalaman ya, sebelum tidur kudu periksa dulu semua pintu dan jendele. Syafakillah, Sofi. :)
Malingnya bawa kunci rumah juga?
ReplyDeleteWuah musti hati-hati. Jgn sampe si maling balik lagi
selalu berzikir dan bersholawat serta hati-hati mba
Gimana udah baikan mbak? :) Wah, alhamdulillaah ya gak sampai terjadi hal-hal yang lebih mengerikan dari itu. Mudah-mudahan ada hikmahnya dan semua jadi lebih waspada lagi..
ReplyDeleteAduh, parah kali itu Maling. untung aja gak ada kejadian anarkis ya sobb..
ReplyDeletesyukurlah Allah melindungi kalian semua...
Jadi bahan pelajaran yang berharga untuk kita semua agar senantiasa mengunci pintu & jendela bila kita keluar rumah walaupun cuma bepergian sebentar.
ReplyDelete