Friday, 16 May 2014

Ketika Maling Masuk Rumah [Sekadar Bercerita]

Sayang, si maling nggak seberuntung gambar ini! (Sumber: klik di sini)
Yap, benar sekali. Tulisan ini memang hanya sekadar curhatan tentang ketakutanku saat mengetahui ada maling yang masuk ke rumah (kontrakanku saat ini). Ceritanya, beberapa hari lalu, dua orang teman kontrakan keluar rumah pada pukul 03.00 lewat sekian menit. What for? Tentu aja piket kandang sapi ke kampus. Gila, kan? Itulah kegiatan-kegiatan nggak berguna dari kampusku yang sangat menyebalkan. Aku sendiri gak nyangka sudah menyelesaikan giliran piket kandang selama dua minggu, setiap pagi dan sore. Bayangkan, kandang yang kita bersihin itu diisi belasan ekor sapi, belum lagi ngurusin pakan mereka. Sungguh penyiksaan!

Nah, balik lagi ke main topic. Sialnya, pagi buta itu, kedua temanku tidak mengunci pintu dari luar. Pikir mereka  bentar lagi subuh, jadi gak perlu dikunci. Aku sendiri bangun sesaat setelah mereka pergi, ambil wudhu dan shalat isya. Ya, malam harinya aku tidur habis maghrib dan keblabasan belum shalat isya.

Sempat juga aku curiga, pintunya jangan-jangan nggak mereka kunci. Tapi entah mengapa, aku mengabaikan perasaan curiga itu, toh biasanya setiap yang piket kandang pagi selalu mengunci pintu dari luar. So, aku langsung buka laptop dan nulis-nulis nggak jelas. Belum sampai 5 menit, tiba-tiba aku mendengar bunyi daun pintu yang didorong. Seketika jari-jariku menghentikan kegiatan di atas keyboard. Pasang kuping baik-baik.

Aku yakin itu bukan kedua temanku yang pulang piket, karena setiap mereka akan keluar atau masuk, pasti berisik. Wong tadi aja saat akan berangkat, suaranya bikin aku kebangun. Ini sepi banget, nget!

Bingung apa yang harus dilakuin, mau telepon teman atau BBM, hapeku bener-bener nggak ada pulsa, paket internet pun tepat banget lagi habis. Masak iya aku harus keluar sendirian lalu teriak-teriak? Gimana kalau teman-temanku nggak ada yang bangun? Selama ini aja mereka susah banget kalau diketuk-ketuk pintunya. Mau ngintip, eh nggak ada bolongan.

Akhirnya kuputusin buat nulis status di facebook:

“Kayaknya ada yang masu...”

Baru sampai di situ, bahkan huruf ‘k’ saja belum sempat ditambahkan, eh si maling udah matiin saklar lampu. Gelap gulita deh, jadi makin sepi. Dan batrai laptopku pun tamat. Langkah pertama yang kulakuin adalah nyembunyiin laptop di bawah tempat tidur. Lalu berdiam diri sambil pasang kuping baik-baik. Aku bahkan dengar semua gerak-geriknya di ruang tamu. Suara murattal sudah terdengar, bukan dari masjid di samping kontrakan, tapi masjid lain yang cukup jauh.

Kayaknya tuh maling juga sempat mau buka kamarku, untungnya gagang pintu bagian luar baru rusak dua hari sebelumnya. Jadi kamarku benar-benar gak bisa dibuka dari luar, kecuali pakai tang.

Saat itu aku teriak dalam hati, mohon agar kedua temanku segera pulang. Pikiran udah rusuh banget, gimana kalau si maling berusaha masuk ke kamar, nodong aku pake pisau kayak kasus dua mahasiswi yang ditodong di area kampus beberapa waktu lalu. Duh, campur aduk, deh. Panas dingin!

“Ayo dong, ada yang bangun. Ayo dong, kalian cepat pulang!” kalimat ini berkali-kali kuucapkan pelan.

Dan, hampir sepuluh menit kemudian, masjid di samping rumah mulai menguarkan bunyi salawatan. Sedikit lega. Kedua temanku pulang hampir sepuluh menit kemudian, tepat saat azan subuh. Aku langsung teriak dari dalam kamar, minta mereka ngebangunin seisi kontrakan dan ngidupin lampu. Tentu mereka bingung beberapa saat, sebelum akhirnya merasa bersalah juga karena nggak ngunci pintu.

Andai malingnya secakep Scipio (The Thief Lord)! Ups! (Sumber: klik di sini)
Kita semua geger pagi-pagi. Seorang teman yang pintu kamarnya terbuka sedikit (karena satu teman kamarnya yang piket pagi itu, jadi dia keluar tanpa menutup pintu kamar kembali rapat), kehilangan uang puluhan ribu yang diletakkan di atas lemari yang berdiri di samping pintu kamar. Jam tangan juga lenyap. Untungnya laptop yang juga nggak jauh dari sana tetap aman. Barangkali si maling nggak tahu, kan gelap banget. Kayaknya dia cuma ngeraba-raba.

Liciknya, tuh maling ngambil kunci rumah segala. Jadinya kan repot, harus ganti seperangkat kunci lagi. Jadi ngerepotin bapak katering depan rumah (wakil bapak kos). Waktu belum diganti, kita juga harus nitipin barang-barang ke ibu katering, kalau lagi kuliah. Dasar maling!

Gitulah ceritanya, pokoknya kalau kamu ngalamin hal yang sama, sensasi takutnya itu wow banget. Sampe sekarang aku masih kebayang-bayang. Selalu ngidupin TV, biar nyala sendiri kalau ruang tengah lagi kosong. Pintu rumah juga dikunci selalu. Ada hikmahnya juga, kita jadi lebih waspada dan hati-hati. Kejahatan itu memang nggak kenal waktu dan toleransi. Bahkan udah mau subuh pun masih gerayakan di rumah orang. Nggak ingat dosa banget.

Oh iya, sebenarnya ini bukan kejadian pertama, udah dua kali ada tangan yang masuk malam-malam di kamar temanku yang dekat sama jalan samping rumah. Nggak habis pikir gimana dia bisa buka jendela kamar. Kejadiannya pun deket-deket waktu subuh. Untungnya dua kali mencoba, dua kali pula ketahuan sama temanku yang posisi tidurnya: kepala tepat di bawah jendela. Jadi dia sadar dan langsung mukul tuh tangan. Seketika kabur, deh! Biar tahu rasa!

Oke sekian dulu, udah capek. Oh iya satu lagi, hari ini aku bolos kuliah. Kurang fit aja, sejak kemaren kepalaku selalu sakit setiap dibuat nelen dan sujud. Dan pagi ini, tenggorokan perih banget dibuat ngomong. Biarlah teman-teman mau ngizinin sakit atau tanpa keterangan, yang jelas aku butuh me time banget. Doakan aku cepet membaik, ya!



8 comments:

  1. mau donk jadi malingnya :D maling ganteng tp kwakkwakaw

    ReplyDelete
  2. Selalu baca Shalawat, ayat Kursi dan tiga Qul disetiap sudut rumah/ ruangan kamar jika menjelang maghrib dan Shubuh. Dulu, waktu saya masih anak-anak hingga remaja, sudah 3 kali tamu tak diundang itu datang kerumah, Alhamdulillah selalu terhalang masuk ke rumah walaupun beberapa kaca jendela berhasil di copot dan hanya mengambil barang diluar rumah. Kejadiannya ba'da Isya, tengah malam, dan menjelang Shubuh. Alhamdulillah Allah masih melindungi kita :)

    ReplyDelete
  3. Kalau sapinya sampai belasan ekor, enggak kebayang gimana repotnya. Satu saja saya bisa kewalahan. Untung sudah menjelang subuh ya, Mbak. Bagaimana kalau masih tengah malam.

    ReplyDelete
  4. Menenganggangkan ceritamu, Sofi.
    Bener tuh jadi pengalaman ya, sebelum tidur kudu periksa dulu semua pintu dan jendele. Syafakillah, Sofi. :)

    ReplyDelete
  5. Malingnya bawa kunci rumah juga?
    Wuah musti hati-hati. Jgn sampe si maling balik lagi
    selalu berzikir dan bersholawat serta hati-hati mba

    ReplyDelete
  6. Gimana udah baikan mbak? :) Wah, alhamdulillaah ya gak sampai terjadi hal-hal yang lebih mengerikan dari itu. Mudah-mudahan ada hikmahnya dan semua jadi lebih waspada lagi..

    ReplyDelete
  7. Aduh, parah kali itu Maling. untung aja gak ada kejadian anarkis ya sobb..
    syukurlah Allah melindungi kalian semua...

    ReplyDelete
  8. Jadi bahan pelajaran yang berharga untuk kita semua agar senantiasa mengunci pintu & jendela bila kita keluar rumah walaupun cuma bepergian sebentar.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...