Saturday, 17 May 2014

Museum dan Konektivitas [Pemenang Favorit]

   Museum Sebagai Media Pembelajaran
"Apabila suatu bangsa adalah sebuah keluarga yang hidup dengan dan dalam rumah kebudayaannya, maka Museum dapatlah dipahami sebagai album keluarga itu. Di dalam album itulah foto-foto seluruh keluarga tersimpan dan disusun dari setiap masa dan generasi. Foto-foto itu ditatap untuk tidak sekedar menjenguk dan menziarahi sebuah masa lalu, sebab waktu bukan hanya terdiri dari ruang dimensi kemarin, hari ini dan besok pagi. Foto-foto itu adalah waktu yang menjadi tempat untuk menatap dan memaknai seluruhnya, bukan hanya peristiwa, akan tetapi juga pemaknaan di balik peristiwa-peristiwa itu. Pemaknaan tentang seluruh identitas, di dalam dan di luar kota. Foto-foto itu akhirnya bukan lagi dipahami sebagai sebuah benda." (HU Pikiran Rakyat, 22 Februari 2001). 


Dari kutipan di atas, dapat dimaknai bahwa Museum bukan hanya sekadar tempat wisata, bukan juga hanya sebatas tempat yang memajang benda-benda belaka. Jika dihayati, Museum memberikan makna dan fungsi yang lebih dalam, yaitu sebagai tempat belajar. 

Museum adalah tempat belajar yang menyenangkan (sumber gambar: klik di sini)
Melalui koleksi Museum, masyarakat bisa belajar sejarah, kebudayaan, mengenal sebuah peradaban dan negeri dengan lebih dekat, mengambil hikmah, dan belajar mensyukuri segala nikmat kehidupan yang dijalani saat ini.
Learning by seeing. Siapa yang tidak kenal istilah ini. Belajar melalui tulisan dan penjelasan guru memang dirasa sudah cukup efektif, namun tidak bisa dipungkiri bahwa otak manusia akan lebih mengingat sesuatu yang dilihat daripada yang dibaca. Melalui kunjungan ke museum, seorang guru bisa menjelaskan tentang sejarah sambil menunjukkan benda-benda yang menjadi saksi peristiwa yang diceritakan. Hal yang sama juga bisa dilakukan oleh para pengajar yang mengajarkan tentang geografi, etnografi, dan arkeologi.
Hanya saja saat ini, khususnya Indonesia, jangankan Museum menjadi media belajar, dikunjungi saja tidak. Mayoritas Museum di Indonesia tidak ubahnya kompleks yang ditinggalkan penghuninya. Sepi tidak terurus dan hanya menyisakan penjaga yang sesekali kepalanya terjatuh karena mengantuk. Museum menjadi sebuah tempat yang dianggap sekadar mengoleksi benda-benda semata, sehingga masyarakat lebih memilih melihat koleksinya di internet daripada membuang tenaga, waktu, dan biaya untuk mengunjunginya. Masyarakat kita lebih suka mengunjungi tempat-tempat hiburan daripada harus memandangi benda-benda di museum. Sekolah-sekolah pun jarang sekali mengadakan kegiatan bagi siswa-siswanya untuk berkunjung ke museum. Siapakah yang salah dalam hal ini?
Mari kita telusuri satu-persatu. Jika menilik dari pihak masyarakat yang di sini berperan sebagai pengunjung, ada satu hal yang harus diciptakan, yaitu mindsheet. Berikut adalah beberapa mindsheet masyarakat Indonesia yang harus diciptakan mengenai Museum:
  1. Museum adalah sumber pembelajaran yang terpercaya, bahkan melebihi buku, guru, maupun ucapan orangtua mengenai sejarah.
  2. Museum adalah tempat belajar yang menyenangkan dengan fasilitas-fasilitas yang hebat.
  3. Museum adalah tempat yang bisa menginspirasi pengunjungnya, apakah ia tertarik pada sejarah, geografi, budaya, atau seni.
  4. Masyarakat meyakini bahwa dengan berkunjung ke Museum, mereka juga turut andil dalam pengembangan ekonomi, budaya, dan pariwisata Indonesia.


Mungkin kurang bijak rasanya jika hanya menyalahkan masyarakat Indonesia, karena ketertarikan untuk mengunjungi suatu tempat tentu saja didorong oleh manfaat yang akan mereka dapatkan. Baik itu dari segi keindahan atau pengetahuan. Ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke Museum memang perlu usaha keras untuk menumbuhkannya, namun di sisi lain, pemerintah atau pengelola museum juga tidak boleh mengabaikan diri untuk berbenah. Berikut adalah beberapa tugas yang harus diselesaikan oleh pihak Museum:

  1. Museum memiliki takad yang kuat untuk melayani masyarakat dalam hal pendidikan, kebudayaan, seni, sejarah, dan ragam ilmu pengetahuan lain.
  2. Museum menyediakan fasilitas lengkap yang menarik, termasuk mendesain Museum menjadi tempat yang lebih ‘ramah’ dan tidak terkesan menyeramkan.
  3. Museum melakukan pameran atau kegiatan-kegiatan edukasi lain yang bisa menumbuhkan minat pengunjung.
  4. Museum berperan sebagai mitra sekolah dan menyediakan kegiatan edukasi sesuai dengan kurikulum sekolah.
  5. Museum menyediakan permainan-permainan yang berhubungan dengan Museum dan kolesinya, seperti ‘cerdas cermat’ secara digital dan memberikan reward kecil bagi mereka yang berhasil memenangkan permainan.
  6. Museum memberikan suasana inspiratif yang bisa menginspirasi pengunjung dari semua kalangan.
Museum seharusnya didesain lebih 'ramah' dan menyenangkan. (Sumber gambar: klik di sini)
Saya yakin, apabila dua tugas tersebut sudah berhasil diciptakan pada masing-masing pihak, impian kita untuk menjadikan Museum di Indonesia sebagai tempat wisata favorit bukanlah sekadar bunga tidur belaka.
Perkenalkan, Museum Nasional Indonesia!
Museum Nasional pada tahun 1871-1900 (Sumber gambar: klik di sini)
Berbicara soal Museum, rasanya tidak salah jika saya menghubungkan dengan Museum nomor satu di Indonesia ini. Pertanyaan ‘Siapa yang tak kenal Museum Nasional Indonesia’ justru saya rasa kurang tepat. Karena pada kenyataannya, masih banyak penduduk Indonesia yang tidak mengetahui atau bahkan tidak menyadari keberadaan Museum ini.
Agar lebih mengenal Museum Nasional Indonesia, berikut adalah kronologi berdirinya:
24 April 1778—Berdiri suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG), yang didirikan oleh Pemerintah Belanda .
BGLembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian.
JCM Radermacher—Seorang pendiri BG yang menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, dan sejumlah koleksi benda budaya dan buku untuk BG. Sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
1811-1816 (Masa pemerintahan Inggris)—Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur BG. Lokasi BG dari Kalibesar dipindahkan ke jalan Majapahit no.3.
1862—Koleksi BG semakin banyak dan museum di jalan Majapahit tidak sanggup menampung. Museum kemudian dipindahkan ke jalan Medan Merdeka Barat No. 12.
1868—Gedung museum ini baru dibuka untuk umum.
1923—BG memperoleh gelar "koninklijk" karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga nama lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBG).
26 Januari 1950—KBG diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.
17 September 1962—Lembaga Kebudayaan Indonesia berganti nama menjadi Museum Pusat.
28 Mei 1979—Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Ilustrasi oleh penulis sendiri
Kini Museum Nasional yang juga dikenal dengan nama Museum Gajah ini bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu "Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa".

Let’s See The Collections!
Museum Nasional Indonesia terhitung sudah mengoleksi lebih dari 240.000 buah benda-benda prasejarah, numismatik dan keramik, etnografi, dan arkeologi. Dari angka tersebut, hanya sepertiga saja yang diperlihatkan kepada masyarakat umum.
Dulunya sebelum berdiri Perpustakan Nasional RI, Museum ini juga mengoleksi manuskrip-manuskrip kuno. Namun sekarang semua manuskrip tersebut sudah dipindahkan ke Perpustakan Nasional RI di jalan Salemba no. 27.
Berikut adalah ruang-ruang koleksi di Museum Nasional:
Gedung Gajah, yang meliputi ruang :
  • Ruang Pameran Koleksi Sejarah 
  • Ruang Pameran Koleksi Etnografi 
  • Ruang Pameran Koleksi Geografi 
  • Ruang Pameran Koleksi Prasejarah 
  • Ruang Pameran Koleksi Arkeologi 
  • Ruang Pameran Koleksi Numismatik/Heraldik dan Keramik Asing 
Museum Nasional Indonesia dari berbagai sisi (Sumber gambar: klik di sini)


Gedung Arca, yang meliputi ruang lantai :
  • Lantai 1: Manusia dan Lingkungan
  • Lantai 2: Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi 
  • Lantai 3: Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman 
  • Lantai 4: Koleksi Emas dan Keramik Asing 
Berbagai arca (Sumber gambar: klik di sini)
Beberapa koleksi Museum Nasional Indonesia (Sumber gambar: klik di sini)

Collections Make Connections
Subjudul di atas yang juga menjadi tema essay perlombaan ini, merupakan tema dari International Museum Day Celebration tahun 2014. Terlintas pertanyaan, bagaimana bisa koleksi museum menjadi koneksi?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata koneksi memiliki arti:
Ko·nek·si /konéksi/ n 1 hubungan yg dapat memudahkan (melancarkan) segala urusan (kegiatan); 2 cak kenalan.
Arti di atas tidak jauh berbeda dengan arti koneksi yang sudah kita akrabi. Hanya saja tentang ‘melancarakan segala urusan’ saya rasa kurang tepat, karena tidak semua koneksi bisa melancarkan segala urusan. Saya sendiri lebih setuju jika koneksi diartikan sebagai hubungan saja. Seperti contohnya koneksi internet adalah hubungan kita dengan sebuah maya dari dunia yang sebenarnya. Melalui koneksi internet kita bisa melihat berbagai hal, bisa mengunjungi berbagai tempat, bisa belajar segala sesuatu, dan berbagai keuntungan lainnya.


Begitu juga dengan koleksi Museum, melalui benda-benda yang dipajang di sana, pengunjung bisa terhubung langsung dengan berbagai peradaban di masa silam. Contohnya, saat kita melihat mahkota Raja Kutai Kartanegara di Museum Nasional, maka secara spontan pikiran kita akan membayangkan sosok raja yang mengenakan mahkota tersebut. Secara langsung kita menjadi mampu memvisualisasikan sosok raja Kartanegara yang hidup di masa silam itu di dalam kepala. Melalui koleksi-koleksi itu pula, tak sedikit rumah produksi perfilman yang dimudahkan. Mereka bisa membuat film-film sejarah dengan tokoh-tokoh dan latar tempat sesuai aslinya dengan cara meniru koleksi-koleksi tersebut.
Museum Day Logo (Sumber gambar: klik di sini)
Tidak hanya itu, koleksi Museum juga menjembatani masyarakat untuk mengunjungi segala sesuatu yang berhubungan dengan koleksi itu sendiri. Tidak salah jika logo International Museum Day 2014 adalah sebuah pohon yang menghubungkan manusia dengan sejarah dan beragam hal lain. Diharapkan dengan mengusung tema ini, Museum-Museum di seluruh dunia dan Indonesia semakin meningkatkan perannya dalam pengembangan masyarakat, khususnya peran sebagai penghubung seperti yang sudah saya jabarkan sebelumnya.

Kebangkitan Museum Nasional Indonesia

Tahun 2014 ini pengunjung Museum Nasional Indonesia menunjukkan angka yang naik tajam. Hingga Maret 2014, Museum Nasional mencatat 50.041 pengunjung yang sebagian besar banyak didatangi kalangan pelajar tingkat TK/SD dan wisatawan Nusantara. Tampaknya pihak pengelola Museum Nasional sudah mulai kreatif dalam upaya promosi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kegiatan yang diselenggarakan di Museum Nasional, sehingga bisa menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Berikut adalah beberapa kegiatan yang akan datang di Museum Nasional Indonesia:

  1. Festival Museum pada 17-24 Mei di area Museum Nasional.
  2. Pameran Lukisan Korea pada 1-15 Juni 2014 di Temporer Gedung Baru Museum Nasional.
  3. Workshop International Photography Week pada 7 Juni 2014.
  4. Anugerah Adikarya Kreatif pada 13 & 17 Juni di Auditorium Museum Nasional.
  5. Pameran Lukisan Sulistyo pada 17-25 Juni 2014 di Temporer Gedung Baru Museum Nasional.
  6. Pameran Lukisan Indonesia-China Art Association pada 3-6 September 2014 di Temporer Gedung Baru Museum Nasional.
  7. Pameran Lukisan Seniman Firdaus pada 17-27 September 2014 di Temporer Gedung Baru Museum Nasional.
Agenda kegiatan di Museum Nasional Indonesia bulan ini. (Sumber gambar: klik di sini)


Kegiatan-kegiatan di atas saya rasa sudah cukup baik, karena selain menyajikan kegiatan-kegiatan pameran besar, Museum Nasional Indonesia juga mengadakan perlombaan-perlombaan kreativitas yang bisa diikuti oleh anak-anak. 


Tampaknya menarik, bukan? (Sumber gambar: klik di sini)
Untuk masyarakat Indonesia, mari kita sosialikan Museum yang menjadi identitas bangsa ini kepada khalayak. Beri pemahaman sejak dini kepada anak-anak bahwa berkunjung ke Museum adalah kegiatan belajar yang menyenangkan sekaligus terpercaya. Katakan juga pada mereka, bahwa koleksi yang disajikan Museum tidak hanya menyenangkan untuk dilihat, melainkan juga menjadi penghubung antara kita dan sebuah peradaban maupun kebudayaan di masa silam.


Museum adalah tempat yang menyenangkan! (Sumber gambar: klik di sini)
Semoga dengan terus disosialisasikan dan pembenahan, Museum di Indonesia bisa mengejar kepopuleran Museum-Museum di Amerika dan Eropa, dan menjadi destinasi utama untuk berbagai usia dan kalangan. Ayo ikut sosialisasikan kepada teman-teman dan keluarga Anda tentang pentingnya berkunjung ke Museum!

Referensi:
  1. http://m.bisnis.com/showbiz/read/20140104/230/195411/menjaring-pengunjung-museum-lewat-pertunjukan-teater-koma- 
  2. http://www.kabar24.com/gaya-hidup/read/20140416/29/216289/museum-nasional-gelar-beragam-acara-menarik-ini-daftarnya
  3. http://www.museumnasional.or.id 
  4. http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Nasional_Indonesia
  5. http://museum-nasional.blogspot.com/
  6. http://ifanjayadi1980.wordpress.com/2014/03/01/museum-nasional-jakarta/  

9 comments:

  1. Benar, Mbak Sofia. Musium bukan sekadar tempat untuk memamerkan benda-benda antik zaman dulu. Tetapi, lebih dari itu, ia juga berfungsi sebagai tempat belajar sejarah dan kebudayaan suatu bangsa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semoga pihak museum dan masyarakat menyadari hal itu :)

      Delete
  2. aku suka berkunjung ke museum, karcis masuknya murah sih #eh #polos :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, tiketnya emang murah2 Hehe

      Delete
  3. supaya anak-anak makin suka pergi ke museum harus lebih inovatif ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Mak, minat masyarakat memang harus ditumbuhkan dari hal-ha yang inovatif dari pihak Museumnya.

      Delete
  4. Hai Mbak Sofi, ini award dariku untukmu ;) http://rumahjurnalku.blogspot.com/2014/05/the-liebster-award-dariku-untukmu.html

    ReplyDelete
  5. anak-anakku suka ke museum... itu juga karena ada dino nya... :D

    ReplyDelete
  6. selamat jadi pemenang favorit dek.,,,, :))

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...