Friday 21 September 2012

Betapa Kasih Sayang yang Sempurna (kudedikasikan untuk mereka para orang tua yang berjuang siang dan malam)

Bapak, Ibu, Adikku (baju ungu), dan adik sepupuku
    Kisah ini adalah kisahku, kuambil dari catatan harian yang kutulis pada 05 Desember 2011 lalu. Sambil mengisi kekosonganku (hari ini tidak ada jadwal kuliah), aku kembali membongkar kardus yang berisi kumpulan buku ku. Kegiatan itu berakhir pada sebuah buku coklat, buku yang setia mendengarkan keluh kesah, impian, dan kebahagiaanku sepanjang 2011. Aku membuka lembar demi lembar diary itu, kubaca tulisan demi tulisan yang kutulis setahun yang lalu. Ada beberapa catatan yang membuatku tersenyum saat membacanya, namun ada juga yang membuatku dadaku terasa sesak karena catatan yang kutulis dengan berurai air mata saat itu. Dengan membaca kembali catatan harianku itu, aku tersadar kembali betapa dulu aku begitu berambisi untuk kuliah (saat itu aku tidak tau bagaimana caranya untuk melanjutkan pendidikan ditengah ekonomi keluargaku yang tak mungkin cukup menguliahkanku), aku juga ingat kembali beberapa mimpi-mimpiku yang sama sekali belum kuraih. Setelah lembaran itu hampir mencapai akhir, aku tergugu pada sebuah catatanku tentang keluargaku. Aku sungguh tak mampu membendung lagi air mata ini untuk mengalir deras membanjiri pipi saat membacanya. Aku merindukan ayah, ibu, dan adikku...
    disini aku ingin menuliskan kembali catatanku itu, semoga ada manfaatnya untukku dan sahabat semuanya.
   
    05 Desember 2011
    Bismillahirrahmanirrahim
    Besok ujian Fiqh, Fisika dan Grammar. Mohon doanya ya sahabatku...
    Malam ini aku merindukan keluarga, ingat masa kecilku bersama bapak dan ibu. Kenangan bersama bapak, sungguh tak mungkin kulupakan. aku punya beberapa cerita sedih sewaktu bersamanya sahabat, cerita yang selalu membuatku menangis saat mengingatnya. waktu itu aku masih kecil, umurku sekitar 10 tahun. Sewaktu dirumah tak ada beras sama sekali, harga kelapa murah sekali saat itu. Bapak meminjam sepeda motor tetangga (waktu itu kami tidak punya sepeda motor sama sekali) untuk pergi kerumah toke kelapa dengan maksud untuk meminjam uang. Aku yang masih kecil merengek-rengek ingin ikut, kerena memang aku sangat dekat dengan bapak. Akhirnya ia mengajakku setelah mendengar rengekkanku. Bukan tanpa halangan menempuh jarak 9 Km menuju rumah toke kelapa itu. Jalan aspar yang pecah disana sini, miring dan sempit (bahkan sampai sekarang pun masih begitu) ditambah jalan tanah gambut yang becek luar biasa dimusim hujan. Sesampai dirumah toke kelapa itu, yang kami dapat hanyalah menelan ludah, karena toke itu juga belum ada uang (katanya). Akhirnya kami pulang dengan kecewa, tapi ditengah perjalanan saat masih dijalan tanah gambut yang becek (memang saat itu sedang musim hujan), sepeda motor yang kami tumpangi tiba-tiba mati, bapak berusaha menghidupkanya namun hasilnya nihil. Sedihnya lagi, hujan tiba-tiba tercurah lebat dari awan-awan diatas sana. terakhir, ditengah derasnya hujan bapak mendorong sepeda motor itu dan aku didudukkan diatas sepeda motor.
   Bapak juga pernah membonceng aku dengan sepeda tua menempuh 10 Km, hanya untuk memuaskan aku untuk melihat pasar minggu di kecamatan. Aku memang belum bisa membahagiakanya. Dulu waktu kecil aku sering duduk ditengkuknya saat pergi/pulang dari suatu tempat, aku pernah menendang-nendangnya saat keinginanku tak dikabulkan dan banyak lagi kenakalanku. Bapak tak pernah begitu marah padaku hingga sekarang, umurku sudah 16 tahun. Pernah bapak marah sedikit besar padaku karena aku tak mau ikut shalat maghrib padahal teman-teman mengajiku yang kebetulan mengaji dirumahku dengan bapak, mereka semua shalat. Karena itu bapak marah dan memukulku dengan tali pinggang sekolahku, itu sama sekali tidak sakit. Namun, karena aku memang manja, malamnya aku langsung demam tinggi. Sejak itu bapak tak pernah memukulku.

    Bapak adalah satu-satunya laki-laki di Dunia ini yang mencintaiku dengan sempurna, dia selalu berusaha yang terbaik untukku. aku punya tekad, suatu saat nanti saat aku punya cukup uang, aku ingin mengajaknya ketanah suci. Dia selalu bilang padaku, bahwa ia begitu ingin kesana, walau aku tau ia tak punya cukup uang untuk itu. Hingga kini, ia selalu berusaha membuatku bahagia dan mandiri, walau aku selalu mengecewakanya. Ia tak pernah memarahiku, ia hanya menasehatiku bila aku salah.
    Selanjutnya adalah ibu, Ia memang sedikit pemarah, tapi dengan sifatnya itu aku bangga lahir dari rahimnya. ibu  rela tidak tidur semalam penuh saat aku sakit, dia juga wanita yang menagis saat asmaku kambuh. Ia juga wanita hebat dan pekerja keras. Aku sungguh kasihan saat melihatnya kekebun, mengangkut kelapa dan sebagainya. Ia sama sekali belum pernah ke kota, ia belum pernah masuk ke mall atau ketempat wisata (begitu juga bapak dan adikku). Ia tak pernah memanjakanku, tapi dengan begitu aku bisa memasak, mencuci, dan mengurus rumah. Ia mengajariku segala sesuatu,mengeja, membantu mengerjakan PR, membuat bunga, dan sebagainya. Ialah guruku yang pertama...
   Sewaktu aku kecil, ia selalu mendandaniku dengan ikat rambut yang berwarna-warni, memakaikanku baju kembang saat ada acara pesta pernikahan tetangga di Kampung, dan memberikan yang terbaik semampunya. Dulu aku sering dibelikan mainan alat-alat memasak dari plastik, mungkin Ia ingin aku mencintai dunia wanita itu sejak kecil... aku juga sering main tanah saat menunggunya mencuci baju di Parit saat hari minggu, ia juga sering membawa gantungan baju untuk memukulku saat aku berenang lama di Parit atau menjaring ikan-ikan kecil di parit. Hingga sekarang, aku belum bisa membahagiakanya....
    Terakhir, adikku Ilham. Aku sangat menyayanginya. Aku selalu ingin ia menjadi baik dan lebih, lebih, lebih baik dariku. Aku ingin bisa menyekolahkanya, aku tak mau ia kesulitan kuliah seperti yang kualami. bahkan aku ingin menyekolahkanya setinggi-tingginya. Aku ingin setamat SD ia masuk Pesantren di Jawa, aku ingin ia pandai berbahasa Arab dan Inggris (ini adalah cita-citaku yang belum terwujud), aaku ingin ia menjadi hafidz Al-Qur'an (ini impian bapak untuk aku dan adikku), aku ingin ia kuliah di Timur tengah....
   Kadang aku menangis saat mengingat waktuku bersamanya, tanganya pernah melepuh (waktu itu umurnya baru 1 tahun beberapa bulan, baru belajar berjalan) saat main masak-masakan bersamaku (kami memasak tanah yang dicampur air didalam kaleng susu hingga adonan mainan itu mendidih), ia juga pernah jatuh kebawah tangga hingga bibirnya berdarah saat aku disuruh ibu menjaganya (ibu pergi berjualan kue), aku juga sering memaksanya belajar dengan durasi lama dan terus membentak mengajarinya. Hingga ia memohon pelan " wes mbak.... eham kesel, sesok meneh yaaa???" ("sudah mbak, eham capek, besok lagi yaa???"), aku juga pernah memaki-makinya dengan kata-kata kotor, juga mengunci semua pintu saat bertengkar denganya, sesudah semua pintu terkunci biasanya ia akan menangis ketakutan diluar rumah dan memohon padaku agar membukakan pintu untuknya. Aku merasa menjadi kakak yang paling jahat bila mengingat masa-masa itu...
   Sekarang... Ia sudah besar, Ilham sudah kelas 5 SD... Ia adikku satu-satunya, ia juga sangat pintar dan penurut. Ia selalu mendapat peringkat 1 di kelasnya dari kelas 1 hingga sekarang. Tiga tahun lebih aku hidup jauh dari keluarganya, 3 tahun aku di Pesantren hanya 4 kali aku pulang. dan sekarang aku semakin jauh dari mereka, kita berbeda pulau... terpisahkan selat sunda. Mereka tetaplah orang-orang yang paling kurindukan di Sumatra sana... kini, aku kan berfikir ribuan kali saat ingin memarahi adikku, aku selalu menyuapinya makan saat aku pulang di liburan idil fitri, aku ingin ia menjadi laki-laki yang shaleh dan bertanggung jawab pada semua tindakanya. semoga aku bisa menyekolahkanya... amien


     Pekanbaru
      sofy

  Lembaran itu kututup kembali... Rindu semakin tersa menyesak dalam dada ini.  Semoga aku bisa meraih mimpiku di Pulau Jawa ini dan membahagiakan mereka. amien....

1 comment:

  1. Aku ingat Buku warna Cokelat itu..
    ternyata setumpuk cerita di dalamnya yang dituliskan Sofy sendiri...
    pantesan Aku dilarang buka-buka buku itu..
    Ya.. soff.. Aku ingatt bangett, kamu pernah melarang aku baca buku itu...

    baca Cerita-Mu.. Aku yang menangiss.
    mengingatkan ku dan membuat Aku jg sadar..
    alahh, Aku terlalu lebay dan cengeng..
    hahaha. uupps :D jd Maluu

    Bangga nya punya Teman seperti Sofy..
    dan Bahagia nya punya Anak sprti Sofy...

    Good Luck teruss Sofy dalam menuliss.. :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...