Thursday, 4 July 2013

M Part III: A Amatir Traditional Dancer

Kembali aku akan menulis apa-apa yang menarik dari lemari tuaku. Aku sendiri bingung, sejak kapan blog-ku jadi tong cerita begini? Ah, tak mengapa. Inikan blog pribadi tanpa diskriminasi, selagi kontennya tidak mengganggu dan meresahkan pihak lain, lanjut aja. Awalnya, aku tertarik membuat blog untuk sekedar coba-coba teori di buku Teknologi Ilmu Komunikasi ketika masih SMA dulu, tapi lama-kelamaan, nge-blog itu asik juga.

Eh, sebenarnya maksudku bukan ngalor-ngidul tentang blog, tapi tentang 'menari'. Aneh, ya?

Gini, fren. Tadi ketika bongkar ulang lemari tua, aku menemukan satu lembar foto. Could you guess it about? Itu adalah fotoku dan beberapa teman ketika menari melayu. tari payung, namanya. Duh, lucu sekali. Tubuhku juga masih mungil, tidak tinggi menjulang seperti sekarang.

Seingatku, aku sudah menarikan puluhan tarian Melayu dan tarian lain sejak SD hingga di pesantren kemaren. Aku sendiri sama sekali tak pernah merasa aku bisa menari. Tapi entahlah, mungkin para guru itu kehabisan siswa untuk diajari menari.

Aku mulai menari sejak naik di kelas IV SD. Tarian pertamaku adalah tarian untuk lagu SOLERAM. Ketika itu, kami menari dengan menggunakan kostum yang unik. Rok kami terbuat dari tali plastik aneka warna, persis anak-anak suku Dayak. Aku juga pernah menjadi penari kuda lumping di perkumpulan reog Ponorogo desaku. Sayangnya, untuk tarian kuda lumping ini, aku kurang bisa bergerak lincah. Jadi aku selalu ditempatkan di barisan paling belakang. Duh, kasian juga :'(.

Selama di sekolah dasar, aku bisa menari dua sampai tiga tarian ketika acara perpisahan. Rata-rata semua tarian Melayu. Aku paling suka saat akan tampil, karena aku suka didandani. Rasanya wajahku jadi sedikit lebih kinclong. Hehe

Nah, untuk sekarang, aku sudah malu mau ikut klub tari. Aku malu untuk menari lagi. Aku tak pernah merasa bisa menari. Selama ini, aku selalu berpikir bahwa para guru hanya tak punya pilihan lain mengikutkanku dalam tarian kelompok. Aku tidak pernah bisa sempurna percaya diri. Tapi, memang tidak menari adalah yang terbaik. Lebih baik aku mengasah bakat yang lain, yang aku punya keyakinan di sana. Ya gak?

Foto lucu-lucu ketika aku menari ada di setiap album perpisahan sekolahku. Album SD, MTs dan pesantren. Setidaknya, itu semua bisa menghiburku, dan mengingkatkan rasa menjadi seorang penari, meski hanya penari udik yang amatiran. Hehe

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...