No matter how plain a woman may be,
if truth and honesty are written across her face, she will be beautiful—Eleanor
Roosevelt
Tidak banyak wanita di dunia ini yang mampu merubah
sekaligus memberiku inspirasi tidak terlupakan, mungkin hanya beberapa orang
saja, dan di sini aku akan menuliskan salah satunya. Wanita yang sejak pertama
aku melihat dan mendengar ucapannya, membuat tangis seketika pecah, membuatku
menyesali dosa-dosa, membuatku malu karena sejauh ini belum bisa melakukan
hal-hal berarti, juga membuatku sadar betapa agama yang dianugerahkan Allah
sejak pertama kali aku dilahirkan adalah sebuah berkah yang tidak ternilai...
Namanya Barbara, seorang gadis Prancis berumur 25 tahun.
Kisah hidupnya ia ceritakan satu tahun lalu, di saat yang sama umur
ke-Islamannya baru saja menginjak tahun ketiga. Saat ini ia sedang menempuh
pendidikan strata dua pada jurusan social science di sebuah kota bernama Lille.
Barbara memiliki paras yang cantik, seperti wanita Prancis pada umumnya. Namun yang
membuat ia sempurna di mataku ialah kecantikan hati serta kecintaaannya pada
Allah, perpaduan inilah yang jarang sekali dimiliki oleh wanita Prancis pada
umumnya.
“Without Islam, my life was meaningless...” tuturnya saat bercerita tentang ke-Islamannya pada Sheikh Fahd Al Kandary. Kalimat itu ia ucapkan dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca, menciptakan atmosfer haru yang bahkan membuat sheikh di depannya ikut menangis.
Sejak kecil Barbara tumbuh dalam sebuah keluarga
Kristian yang tidak mempraktekkan agama. Bagi keluarga mereka, Tuhan itu adalah
fashion. Meskipun begitu, Barbara bisa merasakan bahwa Tuhan itu ada, hanya
saja ia belum tahu bagaimana cara untuk mendekatkan diri pada-Nya. Ia hanya
berpikir pasti ada suatu cara agar ia bisa mengenal Tuhan dan suatu hari ia
ingin dekat dengan Tuhan.
Semua itu hanya sebatas apa yang ia pikirkan, tidak ada
satu usaha pun yang ia lakukan untuk menemukan Tuhan yang sesungguhnya. Hingga umur
20, Barbara tetap hidup layaknya muda-mudi Prancis pada umumnya. Semuanya
berubah tatkala ia duduk di bangku universitas dan berteman dengan seorang
gadis asal Maroco yang beragama Islam. Meskipun Muslim, sang teman tidak
menjalankan Islam sama sekali, justru gaya hidupnya sangat Western. Hingga pada
suatu ketika, ia diajak sang teman untuk mengunjungi Maroko. Ia tidak perlu
memikirkan biaya makan dan akomodasi, hanya perlu membeli tiket yang kebetulan
tidak mahal.
Barbara setuju. Ia pun terbang ke Maroko dan di sanalah hidayah
Allah mulai menyinari wanita jelita ini. Di Maroko, Barbara mendapati kehidupan
Muslim yang sama sekali berbeda dengan apa yang ia ketahui dari media selama
ini. Kehidupan di Maroko membuatnya merasa seolah berada di planet lain. Di
sana ia bertemu dengan orang-orang yang begitu ramah, diperlakukan dengan
sangat baik, bahkan ia disambut seperti keluarga yan tidak bertemu selama
bertahun-tahun.
Sekembalinya dari Maroko, Barbara mengambil keputusan
untuk mulai mempelajari Islam.
“Inilah saatnya aku memiliki pandangan sendiri tentang Islam.” Tekadnya kala itu.
Hal pertama yang ingin diketahuinya dari Islam adalah
bagaimana cara agama ini menempatkan wanita, karena sebelumnya yang ia ketahui
dari media Barat, Islam sangat deskriminatif terhadap para wanita. Barbara pun
mulai membaca Al Quran terjemahan, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati surah
An-Nisa yang bermakna ‘Perempuan’.
Barbara tidak menyangka bahwa Islam begitu memuliakan
perempuan sampai-sampai ada satu surah khusus yang membahas tentang hal
tersebut. Ketika banyak wanita Prancis hidup tanpa kejelasan status, Islam
justru mengatakan bahwa perempuan adalah pelengkap laki-laki. Hal inilah yang
membuatnya takjub.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An Nisa: 82)
Ayat di atas merupakan satu ayat dari Al Quran yang
begitu mengetuk pintu hati gadis Prancis itu. Apa lagi yang ia ragukan dari Al
Quran sedangkan selama ia membaca kitab tersebut tidak ada satu kontradiksi pun
yang ditemukan?
“Bukankah inilah saat yang tepat bagiku untuk mengucapkan syahadat?” tanyanya pada diri sendiri.
Esok hari pada waktu shalat Zuhur, Barbara datang ke
sebuah Masjid dan menceritakan segalanya pada sang imam. Ia terus bercerita
panjang lebar dalam bahasa Prancis hingga berpuluh menit kemudian, hingga
datang seorang laki-laki dan memberi tahu bahwa imam itu tidak mengerti bahasa
Prancis. Lagi-lagi Barbara dibuat kagum, karena sang imam begitu sabar dan
memasang wajah bersahabat sepanjang ia bercerita tadi. Ia pun kemudian diminta datang
kembali pada hari Jumat untuk bersyahadat sesudah shalat jumat.
Pada hari yang sudah dijanjikan, Barbara kembali datang.
Dihadapan semua orang ia pun bersaksi dan mengumumkan dengan keras bahwa tidak
Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan Muhammad saw adalah utusan-Nya.
“Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan saya.” Kenangnya dengan mata berkaca-kaca, “Hidup ini benar-benar tidak ada artinya tanpa kedekatan pada Allah. Saat itu saya merasa lengkap, tidak kosong atau dangkal. Hal-hal materialistis yang dulu saya cari, sekarang terlihat begitu sepele. Antara yang hak dan bathil, perbedaan keduanya jadi tampak jelas di mata saya.”
Barbara tidak mengalami tantangan untuk ke-Islamannya.
Semua keluarga menerima agama baru yang ia anut. Hanya saja saat memutuskan
untuk berhijab satu tahun kemudian, Ibunya tidak begitu menyetujui. Hal ini
karena jika putrinya berhijab, maka seketika orang-orang akan tahu bahwa
putrinya itu seorang Muslim hanya dalam satu kali pandang. Sementara Islam
sendiri masih dipandang buruk dan
dikenal sebagai agama kekerasan oleh masyarakat Prancis. Biarpun begitu,
Barbara tidak menyerah. Ia terus mengajak ibunya berdiskusi dan memberikan
pengertian yang baik hingga akhirnya ia diperbolehkan untuk berhijab.
Dua minggu pertama berhijab, ia merasa takut karena seolah
semua orang memandanginya. Tapi di minggu ketiga dan seterusnya, ia sudah mulai
terbiasa.
“Semakin hari saya semakin natural dengan hijab ini, karena saya melakukannya demi Allah. Itulah cara terbaik dari Allah untuk melatih saya bersabar dan menghadapi dunia.” Ucap Barbara seraya tersenyum lebar.
Kini Barbara menjalani kehidupannya dengan damai sebagai
seorang Muslimah. Selain sibuk menyelesaikan pendidikan masternya, ia juga
aktif dalam kegiatan dakwah.
“Ketika kita menjadi Muslim di negara mayoritas non muslim, ini sudah menjadi takdir kita untuk memainkan peran di sini. Bukan justru meninggalkan negara ini. Kita adalah duta Islam, kewajiban besar kita adalah membantu non muslim agar mereka mengetahui bahwa Islam merupakan agama yang baik, jauh berbeda dari yang diberitakan di media-media Barat. Semua ini memang sulit, tapi inilah tugas kita.”
Proyek yang ditekuni Barbara saat ini adalah menyediakan
paket hadiah start up untuk para mualaf baru. Buku seperti Riyadus Shalihin dan
40 Hadis Nawawi termasuk buku-buku wajib yang ia masukkan dalam paket hadiah.
Selain itu, Barbara juga membantu para mualaf baru untuk mempelajari Al Quran
serta menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka seputar Islam.
Ah, Barbara. Jika diberi kesempatan, ingin sekali
rasanya aku bertemu dengannya suatu hari nanti. Wanita seperti inilah yang
dibutuhkan Islam. Wanita yang sopan dan sederhana dalam berpakaian, yang santun
dalam bertutur kata, dan yang mengambil peran dalam masyarakat untuk perbaikan
ummat. Wanita yang seperti inilah yang pantas mendapatkan gelar ‘cantik dari hati’, karena kiprahnya mampu menggetarkan hati-hati orang yang melihat.
Barbara, Muslimah Prancis ini tidak hanya mengajarkanku
betapa iman dan Islam itu begitu berharga, namun juga memberiku inspirasi bahwa
seorang Muslimah itu tidak boleh hanya berdiam diri. Kamu adalah Islam
Ambassador, oleh karena itu tunjukkanlah seperti apa Islam yang sesungguhnya
melalui caramu berpakaian, bertutur kata, dan bersikap. Ya, ternyata tanpa
disadari, Barbara telah mengajarkanku untuk menjadi Muslimah yang lebih baik
lagi.
Kebanyakan Muslimah Indonesia berpikir bahwa untuk
menjadi aktif dalam kegiatan dakwah haruslah jadi terkenal dulu. Harus jadi
seperti Oki Setiana Dewi dulu, harus sesukses Dian Pelangi dulu, harus setenar
Laudia Cyntia Bella dulu, dan lain-lain. Lalu kalau harus menunggu jadi seperti
mereka, kapan kita bisa memulai?
Tidak, sahabat Muslimah. Dakwah bisa kita lakukan bahkan
jika tidak ada seorang pun yang sudi memperhatikan kita. Menjaga sholat lima
waktu, itu adalah dakwah. Bertutur kata yang baik, itu juga dakwah.
Berpenampilan baik, itu juga dakwah. Kita tidak pernah tahu kan, ada berapa orang
di sekeliling kita yang ternyata mau menjadi lebih baik lagi hanya karena
dengan melihat kita setiap harinya?
Lalu jika ingin hal-hal yang lebih sosial, kita bisa
aktif berkunjung ke panti asuhan, berbagi meski hanya sedikit dengan anak-anak
di sana. Kita juga bisa menulis status di facebook serta media sosial lainnya
dengan sesuatu yang lebih ‘berisi’, tidak hanya sekadar kicauan biasa. Lagilagi
kita tidak pernah tahu kan dari mana saja hidayah bisa datang pada diri
seseorang? Siapa tahu satu hadis atau video inspiratif yang kita bagikan di
facebook, ternyata mampu merubah seorang teman jadi hamba yang bertaubat.
Kamu pernah menonton commercial break dari Wardah
Cosmetics yang tayang selama Ramadhan ini? Jujur, iklan ini menjadi iklan
favoritku beberapa waktu terakhir. Kamu tahu kenapa? Tidak lain karena pesan
moral yang terkandung di dalamnya. Di sana diperlihatkan bagaimana ketika Dewi
Sandra begitu bahagia saat pertama kali mengenakan syal yang ia dambakan, namun
pada akhirnya syal itu ia berikan untuk nenek yang kedinginan.
Lalu ada Tatjana
Saphira yang melihat seorang anak panti menginginkan kue yang dipajang di
sebuah toko, namun anak tersebut tidak mampu membeli. Akhirnya, Tatjana membuat
sendiri kue-kue cantik yang kemudian diantar langsung ke depan pintu panti
asuhan dimana sang anak tadi tinggal. Inspiratif sekali. Bayangkan betapa
anggunnya para perempuan apabila semuanya memiliki hati setulus mereka. Benar
sekali bahwa kecantikan sejati itu adalah kecantikan yang berasal dari hati.
Iklan ini sedikit sebanyaknya membuatku ingin menjadi
mereka. Aku ingin jadi Muslimah yang bisa berbagai kesejukan untuk orang-orang
di sekeliling. Aku ingin jadi Muslimah yang tidak hanya sibuk mempercantik
fisik semata, namun juga sibuk mempercantik akhlak.
Nah lihatlah, jika iklan saja bisa menginspirasi
seseorang untuk berubah lebih baik lagi, akan seperti apa efeknya jika
kecantikan dari hati itu sungguh-sungguh ada dalam diri kita? Bayangkan akan
ada berapa banyak orang di sekitar kita yang nantinya kecipratan spirit
baiknya?
Eid Mubarak 1437 H. Semoga Allah mensucikan dan mempercantik hati kita. Aamiin insya Allah...
There is nothing more
beautiful than someone who goes out of their way to make life beautiful for
others—Mandy Hale
itu fotonya barbara ?? bener2 wanita yang sangat cantik
ReplyDeleteThat's a very pretty woman of the heavenly host
ReplyDeleteBarbara, semoga istiqamah ya. Demikian pula kita semua. Aamiin...
ReplyDelete