Showing posts with label Wardah Cosmetics. Show all posts
Showing posts with label Wardah Cosmetics. Show all posts

Wednesday, 6 July 2016

Barbara: Kecantikan Hati Muslimah Prancis


No matter how plain a woman may be, if truth and honesty are written across her face, she will be beautiful—Eleanor Roosevelt

Tidak banyak wanita di dunia ini yang mampu merubah sekaligus memberiku inspirasi tidak terlupakan, mungkin hanya beberapa orang saja, dan di sini aku akan menuliskan salah satunya. Wanita yang sejak pertama aku melihat dan mendengar ucapannya, membuat tangis seketika pecah, membuatku menyesali dosa-dosa, membuatku malu karena sejauh ini belum bisa melakukan hal-hal berarti, juga membuatku sadar betapa agama yang dianugerahkan Allah sejak pertama kali aku dilahirkan adalah sebuah berkah yang tidak ternilai...

Wednesday, 29 July 2015

Blog Diary: Bicara Jodoh dan Perjodohan




Malam itu bulan sudah tidak tampak lagi di langit desaku. Beberapa hari lagi bulan sabit akan segera menampakkan diri di pucuk-pucuk kelapa. Bulan Syawal. Ya, tepat malam lebaran, aku bersungut-sungut menggesekkan setrika yang tak kunjung panas di atas baju koko adikku. Sejak tadi kukatakan pada Ibu kalau setrika listrik milik kami harus segera diganti dengan yang baru, tapi dari dapur Ibu hanya menjawab  pendek, ‘Iyo, sesok’.

Selang tak begitu lama, kudengar ponsel milik Bapak berbunyi. Nada panggilan masuk. Karena Bapak sedang takbiran keliling, jadi Ibu yang mengangkatnya. Aku sama sekali tidak mendengar pembicaraan Ibu di telepon, dan aku pun tidak penasaran ingin tahu. Mungkin orang yang belum bayar zakat fitrah dan menanyakan apakah Bapak ada di rumah, pikirku. Hingga beberapa menit kemudian, kepala Ibu sudah melongok di pintu.
“Anaknya teman Bapakmu. Dulu dia manggil Ibu: bibi. Sekarang sudah ganti jadi manggil Ibu.” Ucap Ibu memberi tahu dengan wajah tidak nyaman.
Aku tahu siapa yang Ibu maksud ‘anaknya teman Bapakmu’ itu. Tanpa berniat menanyakan apa saja yang dia bicarakan di telepon, Ibu menyambung kalimatnya, “Dia bilang tahun ini tidak bisa pulang karena kontraknya belum habis. Mungkin tahun depan.” Setelah berkata, Ibu seperti menunggu responku. Tapi karena aku diam saja, dia segera kembali ke dapur.
“Mau pulang kek, tidak pulang kek. Siapa peduli? Lagipula kenapa dia harus menelepon orang tuaku?” gerutuku dalam hati. Hanya karena telepon itu, setrika di tanganku langsung terasa seperti bara api (Lebai, sumpah!). Rasanya ingin memarahi orangnya langsung, tapi untuk mencari nomornya di ponsel orangtuaku saja rasanya malas.
Cerita tentang ‘anaknya teman Bapakmu’ itu sebenarnya sudah kuketahui sejak satu tahun lalu, ketika ayahnya mendatangi Bapakku untuk menawarkan sebuah perjodohan. Alhamdulillah Bapakku bukan tipe orangtua yang suka memaksakan kehendak. Aku jadi ingat sama teman dekatku yang keluarganya menganut paham perjodohanisme garis keras. Pernah dia tidak sengaja nyimpan foto pacarnya, begitu ketahuan si ibu, langsung ditampar sampai tubuhnya jatuh ke lantai. Bukan karena si ibu melarang dia pacaran berlandaskan larangan dalam Islam, tapi karena ibunya tidak mau dia punya pacar yang dipilih sendiri. Maunya si ibu yang mencari kandidat, kalau ada yang pas, maka pernikahan akan diselenggarakan. Aku pernah tidak bisa berhenti tertawa, sekaligus prihatin bin kasihan, saat temanku itu cerita Ibunya mengenalkannya pada seorang dokter yang usianya sudah hampir kepala empat. Bagaimana pun jalan hidupnya nanti, semoga teman baikku itu mendapatkan lelaki terbaik yang bisa membahagiakannya di dunia dan akhirat. Aamiiin...

Untuk kasusku sendiri, dengan baik-baik Bapak katakan pada si ayah lelaki tersebut, bahwa sekarang sudah bukan jamannya lagi perjodohan seperti dulu, ketika mereka sama-sama muda.
“Anak muda sekarang sudah pandai mencari pasangannya masing-masing.” Kata Bapak.
Tapi, meskipun perjodohan itu tidak pernah mencapai kesepakatan, teman Bapakku plus anak lelakinya itu masih saja menganggap kalau perjodohan di antara kami terjadi. Aku sudah berulang kali bilang pada Bapak agar tidak mengangkat telepon dari mereka. Namun Bapak merasa tidak enak karena sudah kenal akrab dengan si ayah lelaki tersebut. Bahkan terkadang si lelaki yang tidak pernah kulihat wujudnya itu mengirimi pulsa ke ponsel Bapak dan Ibuku dari Malaysia sana. 

Dia pernah datang ke rumahku, di saat yang sama aku sedang di Bogor. Jadi kami tidak pernah bertemu sekali pun. Terkadang Bapak sedikit menyindir cerita perjodohan yang tidak disetujuinya itu, tapi aku tak pernah merespon. Aku juga tidak berhasrat untuk kenal laki-laki tersebut lebih jauh. Menanyakan ciri-cirinya saja aku malas. Bukan aku terlalu sombong, tapi memang selama ini aku hanya mengenal para lelaki cukup sebatas teman. Semuanya kuperlakukan sama. Tidak begitu dekat, tidak juga begitu jauh. Kecuali sepupuku yang satu kelas. Aku sering memasang display picture BBM bersamanya, karena dia adalah saudaraku, sudah kuanggap seperti kakak kandung. Untuk lelaki yang tidak pernah bersinggungan langsung denganku di kehidupan nyata, sementara dia tidak memiliki satu inner beauty pun, aku pilih malas mencari lebih jauh
.
Melalui Ibu, si lelaki ‘Anaknya teman Bapakmu’ itu pernah meminta alamat facebook, dan waktu itu aku berikan tanpa rasa curiga sedikit pun. Tidak tahunya dia punya rencana lain yang terkesan memaksakan. Tidak hanya dia, si ayah pun selalu cerita pada orang-orang kalau Bapak dan Ibuku adalah besannya.

Aku memang tidak pernah tahu seperti apa dirinya, tapi aku sudah paham betul tipikal lelaki yang tumbuh dan dewasa di pulau ini hingga beberapa pulau di dekatnya. Aku kurang suka pada lelaki yang tidak shalat lima waktu, juga pada lelaki yang tidak memiliki perencanaan untuk masa depannya (Perencanaan untuk kehidupannya sendiri dan bermanfaat bagi orang lain).

Satu hal lagi, orang sini masih akrab dengan praktek perdukunan. Desas-desus yang merebak di seluruh desa memberi tahu kalau beberapa pasangan di sini berhasil menikah atas bantuan dukun alias dipelet. Wallahu’alam kebenarannya, tapi soal perdukunan, aku mengaku di sini masih kental sekali. Soal perjodohan sepihak ini, aku juga khawatir akan berujung ke sana apabila si lelaki merasa dikecewakan. Pelet hingga guna-guna. Semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan jin dan manusia yang jahil seperti itu. 

Mengenai perjodohan, sebenarnya aku tidak mempermasalahkan jika suatu hari nanti Bapak mengenalkanku dengan seseorang. Asal dia adalah lelaki baik-baik. Lelaki yang hidupnya punya tujuan jangka panjang, tidak hanya giat mencari uang untuk menumpuk kekayaan pribadi, namun juga punya impian untuk menjadi penyejuk bagi orang-orang di sekelilingnya. Namun kuperhatikan, meski tidak semua, lelaki dan pemuda di sini tidak banyak yang seperti itu. Mereka memang giat dalam hal mengumpulkan materi, tapi soal agama, seolah-olah mereka tidak pernah ingat bahwa kematian bisa datang kapan saja, dan harta tersebut tidak bisa membantu sedikit pun kecuali harta yang menjadi amal jariyah. Jangankan untuk ibadah sunnah, baik shalat lima waktu  dan puasa Ramadhan saja banyak orang sini yang tidak mengerjakan. 

I am not a perfect Muslimah. Aku akui hal tersebut. Bahkan shalat wajib saja masih sering di akhir waktu. Namun aku yakin, setiap muslimah menginginkan seorang imam yang bisa membimbingnya menjadi lebih baik. Sebenarnya satu poin saja sudah cukup sebagai kriteria lelaki idaman, yaitu kesalehan. Lelaki saleh sudah pasti taat ibadahnya dan giat bekerja untuk menafkahi keluarganya. Jika dia hanya taat beribadah, namun dalam mencari nafkah ogah-ogahan, kesalehannya juga perlu dipertanyakan. Banyak lelaki yang mengaku agamis berpikir tidak baik hidup bermewah-mewah, Rasulullah saja tidur di atas pelepah kurma, sehingga semua pemikiran tersebut mendorong mereka menjadi malas bekerja. Semua itu dijadikan alasan untuk kemalasannya. Padahal di luar sana, para non Muslim, selalu menertawakan para Muslim yang memilih pasrah dengan kehidupannya yang lebih senang menjadi tangan di bawah.

Rasulullah hidup sederhana, itu karena pilihannya sendiri. Sedangkan ia memiliki kekayaan yang tidak ternilai jumlahnya. Bayangkan, saat itu Rasulullah jadi pemimpin di seantero tanah Arab, kekayaan itu bisa saja ia dapatkan dengan mudah. Banyak yang menawari. Tapi beliaunya yang tidak mau. Lha kalau orang sekarang, hidup miskin bukan karena pilihannya, melainkan itulah satu-satunya pilihan. Lalu kesederhanaan Rasulullah yang dijadikan alasan untuk mengelak.

Dalam kasus seperti di atas, aku tidak menuliskan tanpa dasar. Ada banyak lelaki yang terlihat saleh yang kutemui namun dalam urusan menafkahi anak istri, ia gagal. Salah satunya adalah suami temanku sendiri. Dia bilang tamatan pesantren, shalatnya rajin, tapi tidak mau bekerja, sampai-sampai buat beli susu anak mereka saja harus minta ke mertua. Akhirnya pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Sekarang mereka telah bercerai. Yang seperti ini sudah pasti tidak dianjurkan dalam Islam. Entah dalil dari mana yang ia gunakan.

Aku ingat sebuah kisah saat masa kepemimpinan khalifah Umar. Kalau tidak salah cerita ini kubaca tahun lalu di buku cerita teladan milik adik. Di sana dikisahkan saat menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab tidak memiliki pakaian bagus.  Sebuah jubah penuh tambalan adalah jubah kesukaannya, dan itulah yang sering ia gunakan di pertemuan-pertemuan kenegaraan hingga menyambut tamu dari luar khalifah Islam. Para petinggi-petinggi kerajaan merasa iba sekaligus malu melihat pakaian pemimpin Islam tersebut. Apakah pantas seorang pemimpin kekhalifahan besar menggunakan pakaian seperti itu, sementara raja-raja non Muslim mengenakan jubah mewah? Mereka takut para non Muslim menganggap kekhalifahan Islam miskin sehingga tidak mampu membeli jubah yang bagus. 

Mereka lalu menghadiahi Umar dengan sebuah jubah yang sangat indah. Namun Umar segera bertanya, ‘Apa selama hidupnya Rasulullah pernah memakai jubah seindah ini?’. Para petinggi itu pun menjawab tidak pernah. Seketika Umar menangis tersedu-sedu dan berkata, ‘Lalu kenapa kalian menyuruhku memakainya sementara kekasih Allah selama di dunia tidak pernah memakainya?’. Semoga ini menjadi pengingat bagi tipe laki-laki yang mengaku saleh namun malas mencari nafkah. Para pemimpin Islam tidak hidup sederhana karena mereka malas bekerja, melainkan uang tersebut mereka sedekahkan. Sehingga kehidupan mereka justru naik derajatnya di mata Allah dan orang-orang. 

Kembali ke tema jodoh dan perjodohan yang saat ini selalu membuat kepalaku berdenyut-denyut. Terkadang meski tidak mau memikirkan, pertanyaan seperti ‘siapa jodohku nanti’ hadir dengan sendirinya di dalam kepala. Terlebih saat bertemu dengan teman-teman dan para adik kelas yang sekarang sudah menggendong anak. Semua itu membuatku sadar, cepat atau lambat setiap wanita tentu akan menikah. Dan sekarang adalah waktunya bagi generasiku, yaitu mereka yang lahir dalam rentang 1991-1996. Itu artinya, aku juga tinggal menunggu giliran. 


Ibuku berkali-kali menanyakan apakah aku memiliki seorang pacar, kebalikan dari Bapak yang lebih mendukung aku tidak pacaran. Sepertinya Ibu khawatir tidak ada laki-laki yang menyukaiku, maklumlah seorang Ibu pasti senang kalau anak gadisnya jadi idaman banyak lelaki. Apalagi saat satu persatu teman-teman masa kecilku, hingga para adik kelas yang kini masih duduk di bangku SMA, mengenalkan pacar-pacar mereka ke orangtua. Ibuku semakin sibuk saja. Aku yang awalnya santai-santai saja, kok jadi malah ikutan cemas.
“Seng seneng ambi aku iku ono, Buk. Tapi seng pas neng ati durung ono. Enek seng pas neng ati, lha tak perhatikan kok koyone udu aku seng disenengi, tapi koncoku.”
Ibuku manggut-manggut, mungkin dalam hati sudah mbatin, “Yoalah, nak. Kok melase eram nasibmu.” Huhuhu
“Wes, Buk. Seng tenang wae. Mengko nek gelem tak solati hajat, jangankan de’e, pangeran Emirat Arab wae teko rene ngelamar.” Wakakaka gubrak. Semua gelas di atas meja langsung pecah.
Just kidding. Mana berani aku bicara soal perasaan ke Ibu. Masih malu.
Jodoh adalah sebuah misteri. Itu benar adanya. Semua orang yang belum melewati momen ijab qabul, pasti penasaran siapa jodohnya nanti. Aku tidak mau lagi berharap pada manusia, karena seringkali kita malah kecewa. Dalam setiap doa aku hanya minta Allah mengamanahkan seorang lelaki baik sebagai suami. Dia baik untuk dunia dan akhiratku, dan aku pun baik bagi dunia dan akhiratnya. Itu saja. Siapa pun lelaki itu nantinya, entah itu dia yang datang dari sebuah perjodohan atau perkenalan, semoga dialah lelaki baik tersebut. Aamiiin insya Allah.

Saturday, 7 June 2014

Hijab Fest: Festival Besar untuk Tujuan Akbar

Indonesia Sebagai Kiblat Busana Muslim Dunia?

"Indonesia memiliki potensi sebagai salah satu pusat mode dunia khususnya untuk busana muslim, karena Indonesia memiliki sumber daya kreatif dan warisan budaya yang melimpah. Maka suatu saat Indonesia bisa menjadi sumber inspirasi untuk pengembangan mode dunia," ungkap Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kamis (9/1/2014).
Melihat betapa berkembangnya muslim fashion di Indonesia saat ini, aku rasa semua orang juga akan mengamini ucapan Sapta Nirwandar di atas. Melalui kreativitas dan tangan dingin para desainer Indonesia, hijab kini bukan lagi menjadi sesuatu yang dianggap ketinggalan zaman, tidak modis, atau gerah digunakan.

Aku sendiri bukanlah tipe wanita yang nice look, tapi jujur saja aku suka dengan perkembangan hijab dan muslimah fashion akhir-akhir ini. Wardobe Dian Pelangi dan Ria Miranda adalah model-model yang menjadi favoritku, bahkan untuk Dian Pelangi, bisa dibilang aku adalah penggemarnya. Model hijab yang biasa dia gunakan sangat sederhana dan cocok dipakai kapanpun dan di manapun. Belum lagi foto-foto yang ia posting di blog saat berpelesir keliling dunia menggunakan koleksinya sendiri selalu kukunjungi hampir beberapa kali dalam seminggu. Semuanya memukau, sampai-sampai aku sendiri tertarik untuk menjadi muslimah fashion designer. But, i have no ability, maybe i should take a course for it.

This is one of my design! Yes, sometimes i dream to be muslim designer! don't laugh at all :D
Kamu sudah menonton film Ketika Tuhan Jatuh Cinta? Jika belum kurasa kamu harus menontonnya. Bukan apa-apa, aku hanya ingin kamu menyaksikan betapa berkembangnya hijab dan muslim fashion di negeri ini melalui film tersebut. Dian Pelangi dan Wardah kosmetik hadir menciptakan sihir pada wanita-wanita yang bermain dalam film. Salah satunya adalah Aulia Sarah, wanita yang menurutku sedikit tomboi ini terlihat sangat jelita menggunakan wardobe Dian Pelangi dan make-up Wardah kosmetik. Tidak hanya itu, kamu juga akan menyaksikan bahwa wanita muslim Indonesia ternyata tak kalah memesona dibandingkan para wanita bule. Dengan hijab dan pakaian muslimah yang sedemikian rupa, wanita Indonesia tetap terlihat cantik tanpa harus memamerkan keindahan tubuh mereka. That is the point, guys!
“Indonesia? I love your country ‘cause its muslim woman so stylish with their hijab.” Seorang teman wanita asal Turki memberikan komentarnya saat kutanyai tentang Indonesia.
Wow! Siapa yang tidak bangga mendapatkan pujian seperti itu. Sejenak kemudian aku pun berkhayal, seandainya Indonesia menjadi kiblat muslim fashion dunia, betapa lebih kerennya hal itu. Festival-festival pakaian muslimah dan hijab,  pameran-pameran pakaian muslim, hingga butik-butiknya yang menjadi tujuan utama shopping turis mancanegara. Setidaknya meskipun mereka tidak berhijab, mereka akan membeli kemudian memakai pakaian yang tertutup. Itu adalah langkah yang sangat baik untuk merubah budaya Barat yang terkenal dengan pakaian seksi mereka.

So, This Is Hijab Fest: The Biggest Hijab Gathering & Expo!

Apa itu Hijab Fest?

Aku sendiri mengenal acara ini pada tahun 2013 lalu, tepatnya karena Oki Setiana Dewi menjadi pembicara di sana sekaligus launching bukunya yang berjudul Hijab I’m in Love. Sebagai penggemar, tentu saja aku selalu update tweet dan statusnya di media sosial. Aku pun sempat berniat akan datang ke acara tersebut, tujuanku waktu itu adalah agar bisa bertemu Oki Setiana. Tapi karena lokasinya yang cukup jauh—di Sabuga Bandung, aku pun urung hadir. Sebagai tambahan informasi, pergelaran akbar Hijab Fest 2013 juga diadakan di Surabaya.

Hal lain yang memperkenalkanku pada Hijab Fest yaitu lomba fashion show muslimah yang mereka adakan. Aku merasa memiliki tinggi tubuh yang proporsional, dan terkadang ada juga rasa ‘pengen’ untuk mencoba berjalan di atas catwalk—walau itu tidak mungkin. Belum lagi aku juga suka membahas tentang mode dengan teman kontrakanku yang  berasal dari Bandung. Dia fashionable, dan tentunya sangat tertarik dengan dunia hijab style dan fashion. Iseng-iseng aku memintanya untuk mengikuti lomba tersebut.

Satu hal lagi, aku suka difoto! hehe

“Nggak berbakat, Sof. Kamu aja sana yang tingginya pas.”

“Aku nggak berbakat juga, nggak bisa senyum cantik. Ngomong-ngomong acara ini gede nggak, sih? Kok kayaknya heboh banget.” tanyaku sambil menunjukkan foto dari tweeter.

“Aku cuman lewat doang kemaren waktu balik ke sini. Tapi rame banget kelihatannya.”

Cerita tentang Hijab Fest di tahun 2013 pun usai. Dan kemaren aku kembali diingatkan setelah melihat poster tentang Family Run Fun yang dibagikan Dewi Sandra di tweeternya. Pun saat aku membuka website Dian Pelangi, di sana ditampilkan outfit yang ia gunakan saat menghadiri Hijab Fest 2014. So beautiful, colorful, and wonderful!

Dian Pelangi saat menghadiri Hijab Fest 2014 (Sumber: klik di sini)
Nah, jadi ceritanya, Hijab Fest ini adalah sebuah festival besar persembahan Wardah kosmetik yang bertema hijab. Intinya segala sesuatu seputar hijab dan muslimah ditampilkan di festival ini. Seperti fashion show koleksi-koleksi pakaian muslimah dari desainer ternama, pameran-pameran pakaian dan hijab, talk show, parade ustadz, run fun,  hingga berbagai lomba pun ada di sana.

Rundown acara Hijab Fest 2014
Untuk tahun 2014 ini, Hijab Fest dilaksanakan dari 29 Mei hingga 1 Juni dan merupakan event yang keempat kali. Acara ini pertama kali diadakan pada tahun 2012 di Sabuga Bandung, tahun 2013 untuk acara kedua dan ketiga berturut-turut di Surabaya dan Sabuga Bandung, lalu tahun ini kembali diadakan di Sabuga Bandung.

Berbagai lomba yang diadakan Hijab Fest 2014
Meskipun di poster dinyatakan Hijab Fest 2014 dimulai dari tanggal 29 Mei, namun sebenarnya acara sudah dibuka sehari sebelumnya oleh Ibu Sheena Krisnawati, creator Hijab Fest Indonesia. Acara ini dinyatakan resmi dibuka melalui simbolis pelepasan 1000 balon ke udara. Pasti seru ya, dear!

Adapun tema Hijab Fest 2014 adalah fashion dan hijab bridal atau yang dikenal sebagai busana dan hijab pengantin. Tidak asal desainer lho yang bisa ikut pameran di sana, karena ternyata pihak panitia melakukan seleksi super ketat. Dan akhirnya ada sekitar 100 brand berbagai produk fashion hijab  ikut ambil bagian dalam  86 stand pameran. Perlu dicatat nih dear, yang terpilih mengikuti pameran memang benar-benar para desainer yang memiliki ciri khas dan karyanya orisinil. Tuh kan, ciri khas itu perlu banget. Karena ciri khas bisa menunjukkan bahwa desainer tersebut kreatif sekaligus inspiratif. Sepertinya benar-benar tidak ada tempat untuk para desainer yang hobinya copy-paste di Hijab Fest kali ini.
“Selain melalui konsep event setiap tahunnya, Hijab Fest juga akan bekerja sama dengan buyers dari negara asing untuk melihat perkembanan industri di dalam negeri untuk mengembangkan potensi ekspor.” ujar Bu Sheena.
Wah, ternyata pameran ini bukan sekadar pameran ya, dear. Ada maksud dan tujuan yang keren banget, sepertinya acara ini juga mengarah pada cita-cita Indonesia agar menjadi kiblat muslim fashion dunia. Kita doakan saja, semoga dengan seringnya digelar acara sejenis, Indonesia benar-benar mampu mewujudkan impian tersebut.

Selain mengedepankan promosi dan pengembangan potensi, acara Hijab Fest 2014 ini tentu saja tidak melupakan salah satu perannya sebagai syiar Islam. Terbukti dengan diadakannya parade ustadz yang diisi oleh Aa Gym dan Hanan Ataqi di hari kedua. Berdasarkan pernyataan seorang peserta pameran, Rizky Joko Satria—owner Kaos Kaki My Hayra, Hijab Fest 2014 ini juga menampilkan produk yang memberikan kenyamanan bagi muslimah dan aktivitas ibadahnya. Salah satunya kaos kaki. Jadi tidak melulu pakaian dan hijab ya dear yang ada di Hijab Fest 2014.


Bagi kamu yang ingin sekali bertemu para publik figur muslimah, pasti sangat menyesal jika tidak menghadiri acara ini—salah satunya aku, karena Hijab Fest 2014 kemaren juga menghadirkan Dian Pelangi, Zaskia Sungkar, Zahratul Zannah, Lulu ElHasabu, dan Teh Ninih. Mereka sharing berbagai hal seputar kemuslimahan, fashion, dan bisnis. Bahkan di hari terakhir, Dewi Sandra ikut lari bareng pengunjung di acara Family Run Fun!
Dewi Sandra dan Tulus di konser penutupan Hijab Fest 2014 (sumber: @dewisandra)
Dewi Sandra saat Family Run Fun Hijab Fest 2014 (sumber: @dewisandra)

Kosmetik Halal Wardah

Ah Dewi Sandra, semenjak dia menggunakan hijab, aku resmi menjadi penggemarnya. Apalagi saat dia ikut berperan dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa, rasanya pengen banget bisa foto bareng—duh, kumat katroknya. Kalian juga pasti sudah tahu, kalau Mbak Dewi juga merupakan salah satu brand ambassador kosmetik halal Wardah. Nah, karena Hijab Fest 2014 ini adalah persembahan dari Wardah, tidak ada salahnya kalau kita sedikit membahas produk sahabat muslimah yang satu ini.


Aku sendiri setia memakai wardah sejak 2013 lalu, tepatnya karena ingin mengikuti lomba blog yang diadakan Wardah, Blog Detik, dan LPPOM MUI. Sebenarnya tidak ada syarat untuk menyertakan produknya, tapi rasanya kurang afdhol kalau tidak ada foto yang ku-capture sendiri. Walhasil, aku justru tetap setia memakainya sampai sekarang. Bahkan produk wardahku semakin bertambah banyak saja. Kalau dulu aku menggunakan lightening step 1, sekarang sudah sampai step 2. Dan produk kesukaannku tentu saja sunscreen dengan 30 SPF-nya. Setelah hampir setahun konsisten bersama Wardah, kini ada lima teman kontarakan yang ikut pakai juga. Mungkin mereka termakan promosi yang sering kuumbar-umbar.


"Panas banget, sih. Kalau gini ceritanya bisa hitam seketika nih wajahku." Keluh seorang teman saat kita melakukan field trip ke Kepulauan Seribu beberapa minggu lalu.
Tetap senyum dong meskipun panas (at Pulau Semak Daun--Kepulauan Seribu)
"Makanya pake sunscreen Wardah, dong." Biasanya kalimat inilah yang sering kuucapkan untuk merespon keluhan teman-teman. Mungkin karena di lomba Wardah kemaren aku menjadi pemenang ke-3, jadinya merasa jadi ambassador juga. Hihi...
They are mine!

Hijab Phenomenon?

Melalui pergelaran Hijab Fest ini, aku rasa Wardah sudah melakukan langkah yang benar-benar tepat. Semakin berkembang hijab dan muslimah fashion disertai kegiatan edukasi dan promosi, semakin banyak pula muslimah yang menjalankan kewajiban kepada Tuhannya dan menyadari pentingnya menggunakan kosmetik halal. Jadi meskipun sebagian muslimah berhijab masih karena ikut-ikutan, setidaknya dengan berhijab sudah memenuhi kewajiban dari Tuhan.

Fenomena hijab di Indonesia memang menjadi kontroversi, karena sebagian dari kita berpendapat bahwa muslimah tidak seharusnya berpenampilan stylish dengan model fashion, hijab, hingga make-up yang sedemikian rupa. Belum lagi tentang event-event muslimah seperti Muslimah World, Putri Muslimah Indonesia, dan sejenisnya yang banyak menerima komentar pedas. 



Tapi terbebas dari itu semua, tentunya dari dalil-dalil yang mereka paparkan, aku sendiri tidak bisa dikatakan menerima begitu saja. Bagiku, selagi semua itu menampilkan muslimah yang tertutup dan bisa menarik banyak wanita yang sebelumnya tidak berhijab menjadi berhijab, mengapa harus dicerca? Bukankah itu semua langkah yang baik dibandingkan para wanita yang mengumbar auratnya?

Coba kita pikirkan kembali seandainya semua majalah dan produk hanya mencari para model tanpa hijab, betapa banyak para muslimah yang bercita-cita menjadi model akhirnya melepas hijab mereka. Sekarang dengan perkembangan muslim fashion yang begitu pesat, muslimah kita lebih luas berekspresi. Mereka bisa menjadi model tanpa harus menggadaikan kewajiban berhijab, begitu juga para artis-artis kita. Dengan aneka desain baru dan fresh, muslimah yang awalnya takut berhijab karena alasan: modelnya jadul, warnanya kusam, gerah, ribet, dan sebagainya, menjadi kehilangan alasan. Karena model-model muslimah fashion sekarang justru jauh lebih trendi dibandingkan baju-baju you can see yang selama ini dianggap keren. So, why should we judge this all?

Finally

Akhirnya aku mengucapkan selamat atas suksesnya acara HijabFest 2014. Kalian menyelesaikan tugas mulia, dear! Melalui acara-acara seperti ini, pengusaha-pengusaha muslim akan lebih dikenal masyarakat lokal hingga mancanegara. Lebih lanjut, akan banyak pula masyarakat terutama generasi muda yang memiliki interest untuk memulai usaha, baik di bidang muslim fashion maupun produk halal.

Semoga dengan rutinnya diadakan Hijab Fest akan membantu Indonesia meraih cita-citanya menjadi kiblat muslim fashion dunia. Insya Allah...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...