Monday, 6 July 2015

Wied Harry Apriadji: Non Muslim yang Mencontohkan Kesederhanaan Puasa Ala Rasulullah SAW



Ramadhan tahun ini lebih banyak kuhabiskan di kota Hujan. Banyak sekali yang harus diurus demi mendapatkan selembar surat lulus dari kampus, karena itulah jadwal pulangku harus diundur sampai tanggal 10 besok, insyaAllah. 

Nah, aku mau cerita perbedaan yang paling kurasakan antara puasa di rantau dan puasa di rumah. Tidak lain tidak bukan adalah pola makanku saat sahur dan berbuka. Kalau di rumah, biasanya saat buka puasa aku tidak langsung makan melainkan shalat berjamaah terlebih dahulu di Musola. Bapak selalu marah tiap kali melihat aku langsung mengambil piring seusai azan. 

“Biarkan perutnya istirahat dulu, jangan langsung diisi makanan berat.” Begitu yang selalu Bapak katakan. Bapak sendiri sudah sangu 3 butir kurma dan segelas air ke Musola. Beliau hanya buka dengan makanan tersebut.

Tapi di rantau sini, usai azan aku langsung saja minum, makan gorengan, makan nasi, kalau sudah kenyang barulah shalat Magrib. Peringatan Bapak saat di rumah seperti lupa begitu saja. Lagipula kalau perut lapar malah tidak khusyuk shalatnya. Barulah kemaren, sambil makan takjil aku berpikir, “Kira-kira apa alasan ilmiahnya Bapak melarangku langsung makan makanan berat saat berbuka? Bapak memang tidak sekolah tinggi, tapi soal bacaan beliau sudah menamatkan banyak buku dibandingkan aku. Tentu beliau punya alasan logis.”

Tanpa buang-buang waktu, aku langsung membuka laptop, nyolokin modem, dan segera ubek-ubek google untuk cari keterangan. Hingga akhirnya aku terpaku pada sebuah tulisan yang memuat wawancara antara si penulis dan seorang Katolik bernama Wied Harry Apriadji. Pak Wied ini sering diundang di acara televisi maupun acara off air mengenai Puasa Sehat Ala Nabi Muhammad saw.

Aneh, ya? Kok bisa yang ngisi kuliah tentang hal seperti itu malah seorang non Muslim?
 
Pak Wied

Dari wawancara tersebut aku tahu betapa Pak Wied ini sudah menjalankan pola hidup sehat sesuai tuntunan dalam Islam, khususnya yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Dari jawaban-jawaban beliau, aku simpulkan kalau beliau juga paham tentang ajaran Islam dan esensi berpuasa.

Pak Wied yang sudah menelurkan banyak buku tentang pola hidup sehat dan juga penggiat Food Combining ini menjelaskan menu yang baik untuk sahur dan berbuka. Saat sahur, sebaiknya kita hanya mengkonsumsi buah-buahan saja. Karena manis alami buah bisa dengan mudah dicerna oleh tubuh kita. Lah, kalau hanya sahur dengan buah, bagaimana saya bisa kuat puasa? Jam sembilan pagi juga sudah lapar lagi. 

Pinterest
“Kalau tidak mau lapar, ya nggak usah puasa. Justru itulah esensi puasa agar kita bisa menghayati rasa lapar yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang tidak mampu.” Ujar Pa Wied tegas.
Sedangkan saat berbuka, Pak Wied juga mengingatkan kembali tentang cara Rasulullah berbuka yaitu dengan air putih dan tiga butir kurma. Ternyata dalam daging kurma itu ada zat yang bisa mengontrol kadar gula dalam darah. Berbanding terbalik dengan manis gula yang biasa kita konsumsi dalam sirup, kolak, es teh, dsb, yang justru menaikkan kadar gula dalam darah. 
 
www.hipwee.com
Pak Wied memberi tahu, jika tidak ada kurma, bisa diganti dengan air kelapa. Tidak perlu ditambahi es, gula atau sirup, cukup kesegaran dan manis asli air kelapa tersebut. Sebenarnya kalau diamati, yang namanya es, gula, sirup, itukah hanya hawa nafsu kita saja. Keinginan kita, bukan keinginan tubuh kita. Lagipula, bukankah puasa itu untuk menahan hawa nafsu? Jangan hanya puasa saja, namun spiritualnya tidak ikut naik.
 “Sehabis makan kurma atau air kelapa, biasanya saya istirahat dulu selama 5 menit seperti waktu yang digunakan untuk shalat, setelah itu baru makan.” Kembali Pak Wied menjelaskan caranya berbuka.
Ternyata Pak Wied juga berpuasa, ya?

Iya, benar. Bahkan beliau puasa sampai 40 hari dengan tujuan detoksifikasi. Nah, di sini aku dibuat terkagum-kagum dengan ajaran Islam yang begitu sempurna. Ternyata puasa yang diperintahkan Allah itu bukan untuk siapa-siapa kok, melainkan untuk kesehatan kita sendiri. Puasa yang kita lakukan itu bisa membersihkan tubuh kita dari racun-racun jahat.

Asal nih, puasanya dijalankan dengan benar.

Selama ini kebanyakan Muslim malah menjadikan Ramadhan untuk foya-foya dalam urusan makanan. seolah-olah di waktu berbuka itu semuanya bisa dimakan. Nggak heran ya kalau lihat ibu-ibu rumah tangga masak aneka masakan di saat Ramadhan. Kalau hari biasa hanya dua jenis masakan, di bulan Ramadhan jadi mermacam-macam sampai meja makan penuh. Belum lagi ditambah sirup, kolak, es buah, dan sebagainya. Bukannya detoks, yang ada zat-zat jahat malah semakin numpuk dalam tubuh. Bukan hanya itu kerugiannya, budget Ramadhan pun ternyata naik dua kali lipat dibandingkan hari biasa.

“Saya setuju kalau budget Ramadhan itu naik sampai 40%, tapi bukan dibelanjakan untuk makanan, melainkan untuk beramal dan sedekah. Keluar dari Comfort Zone itu susah. Membiasakan makan sederhana itu memang tidak mudah, tetapi itulah justru kita berpuasa, supaya bisa menahan makan makanan yang berlebihan untuk tubuh kita. Jangan sampai budget bengkak hanya untuk menu berbuka atau sahur, karena puasa itu intinya mengikuti kesederhanaan Nabi.” Ujar Pak Wied lagi.
Oke, Pak Wied ilmunya sangat bermanfaat. Penjelasan beliau membuatku berkaca dan merasa sangat malu. Kalau beliau yang Katolik saja bisa meneladani Rasulullah saw, seharusnya kita yang Muslim jauh lebih piawai. Yuk, syukuri tubuh dan kesehatan yang diberikan Allah dengan menjaganya dengan baik. 

 “Perutmu itu sepertiganya untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk udara.”

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Q.S 7:31)





Referensi:
http://kenandari.blogspot.com.tr/2013/07/wied-harry-apriadji-puasa-itu-mengikuti.html



7 comments:

  1. Pak Wied ini memang konsisten banget dengan pola makan hidup sehatnya :)

    ReplyDelete
  2. wow, menarik ya. setuju banget budget ramadhna naik itu untuk sedekah . kebetulan banyak uang THR yg harus dikeluarkan untuk guru2, satpam komplek dsb :)

    ReplyDelete
  3. Pak Wied adalah praktisi food combining yang kukenal selain andang gunawan dan erikar lebang :)
    Aku baru tahu kalau beliau itu katholik :D

    ReplyDelete
  4. Dulu dia jadi host acara masak sehat gitu kan ya? Sekarang nggak kelihatan lagi.

    ReplyDelete
  5. Baru tahu tentang Pak Wied ini...
    Aku sering Sof sahur cuma air putih dan buah doang, nggak baik ya sebenernya. :D

    ReplyDelete
  6. aku belum tahu sosok pak wied baru baca skrg nih :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...