Beberapa
waktu lalu sebuah televisi swasta di Indonesia sudah menayangkan sebuah
sinetron Turki yang awalnya diberi judul ‘King Suleiman’, namun setelah menuai
kontroversi, akhirnya judulnya pun diganti menjadi Abad Kejayaan, terjemahan
dari judul aslinya yaitu Muhtesem Yuzyil.
Jika
ingin belajar sejarah, hanya ada sedikit sejarah yang bisa dipelajari dari
sinetron ini. Itulah mengapa banyak penonton Muslim yang kecewa saat mendapati
kenyataan Sultan Suleiman ditampilkan jauh dari fakta sejarah. Tapi bagiku, sinetron
ini membawa keindahan dari sisi yang berbeda, yaitu backsound yang membuat merinding. Saat mendengar alunan musik khas
Turki itu diputar, imajinasiku seperti melihat kembali sebuah peradaban yang
dulu begitu dihormati dan diagungkan, peradaban Kekhalifahan Ustmani.
Lalu
tidak begitu lama, aku tersadar bahwa peradaban itu sudah gulung tikar, hanya
menyisakan bangunan-bangunan yang kini menghiasi seluruh penjuru Turki,
terutama Istanbul. Semuanya membuatku berpikir, jika peradaban Romawi yang
sudah – tahun akhirnya runtuh, peradaban Turki Ustmani yang sudah 600 tahun
juga runtuh, tak mungkinkah peradaban kita sekarang ini yang belum genap 200
tahun ini akan runtuh juga?
Dalam
bukunya ‘Istanbul: Kenangan Sebuah Kota’, Orhan Pamuk, seorang novelis Turki
peraih nobel mengisahkan dengan sudut pandangnya tentang Istanbul. Ia menyebut
Istanbul sebagai kota yang murung pasca runtuhnya Kekhalifahan Ustmani, dan
itulah yang selalu kulihat dari Istanbul dan segala keindahannya kini.
Kota
itu tidak hanya sekadar Hagia Sophia, tak juga melulu tentang Masjid Biru, tapi
di sana juga kita akan mengingat kembali sejarah bahwa Islam pernah begitu
dihormati. Keadilan para khalifahnya diakui seluruh dunia hingga bukan hal yang
mustahil jika pada akhir abad ke-19, terjadi migrasi dari Yunani ke Turki karena menganggap pemerintahan Turki
Ustmani lebih adil daripada pemerintah Yunani sendiri.
Namun
kini, semua sudah berganti. Syukurnya setelah sekian lama ia berada
dicengkeraman Republik Sekuler, kini perlahan Turki mulai mengingat sejarah
bangsanya. Masjid-masjid hidup kembali dan orang-orang mulai berlomba untuk
mempelajari Islam.
Banyak
orang yang sudah mengunjungi Turki mengatakan bahwa Istanbul adalah kota yang
candu, selalu menyisakan rindu untuk mengunjunginya kembali. Istanbul dengan selat-selat yang
mengelilinginya membuatnya menjadi satu-satunya kota yang memiliki benteng
alami, sejak dulu, saat Muhammad Al
Fatih pun harus memikirkan ribuan strategi untuk menembusnya. Kini, tugas
Muhammad Al Fatih sudah usai, dan kita hanya bisa menyaksikan bangunan, jalan,
lautan, yang dulu juga dilihatnya.
Di
Istanbul, puluhan kapal hilir-mudik di Emononu, keluar-masuk Bosphorus dan
Selat Tanduk Emas setiap saat. Setiap hari pula para turis menikmati sandwich
ikan atau balik ekmek dari jembatan Galata atau di dalam feri, lalu mata mereka
memandangi riak putih air laut yang disinggahi elang-elang dan burung camar.
Kemudian di daratan sana, puncak-puncak menara minaret dari Hagia Sophia,
Masjid Biru, dan Masjid Suleymaniye
menjulang ke langit, menjadi saksi siang dan malam yang silih berganti. Saat
senja, garis-garis kesedihan akan memancar dari ufuk Barat kota itu, bersatu
padu dengan warna emas matahari yang menuju tempat peristirahatan.
Di
Istanbul, saat seorang anak memanggil sang ibu dari Eropa, maka beberapa menit
kemudian sang ibu akan mendatangi dari sisi Asia. Di kota itulah dua orang yang
berdiri di Eropa dan Asia bisa saling berhadapan. Itu adalah kota dua benua,
dua budaya, dua peradaban, dan dua keindahan yang menjadi satu.
Di
Istanbul, wajah Barat akan ditemui di mana-mana. Hidung mancung, kulit putih,
tubuh tinggi, dagu lancip, namun mereka fasih mengucap salam. Mereka juga
sangat menghargai pengunjung yang beragama Islam, menganggapnya seperti saudara
dan memperlakukannya dengan santun. Mereka yang saat disebut nama Indonesia
akan memuji-muji keramahan dan bangga akan banyaknya muslim di negeri kita.
Di
Istanbul, di sanalah tempat keindahan dari segala masa.
Waduh... pengen juga sih kalo ke Istanbul ke masjidnya soekarno... mudah2an aj tercapai deh...
ReplyDelete