Pernahkah di saat-saat tertentu kamu merasa begitu jauh
dari Allah?
Aku sendiri, pernah. Bahkan sering. Biasanya saat menjelang Maghrib, aku sering duduk sendirian di luar rumah sambil mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran yang menggema dari Masjid di seluruh penjuru kota, di saat itulah air mata sering jatuh sendiri. Momen menjelang Maghrib selalu mengingatkan pada dosa-dosa dan segala kewajiban kepada Allah swt yang sudah kutinggalkan dan tak terhitung jumlahnya.
Aku sering berpikir kembali, “Sebenarnya apakah tujuan
kita hidup di dunia ini?”
Sebagai Muslim, dalam Al Quran telah dijelaskan,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Ayat ini selalu berhasil membuatku diliputi penyesalan.
Ya, tujuan utamaku hidup di dunia ini tidak lain adalah
beribadah, untuk diuji dan dilihat sebesar apa cinta dan bakti kita kepada
Allah swt, tapi kenapa aku selalu menomor satukan hal duniawi lalu
mengesampingkan ibadah?
Aku bisa datang ke tempat kerja tepat waktu, tapi kenapa
aku tidak bisa shalat di tepat waktu?
Aku begitu takut dan cemas saat bertemu bos, tapi kenapa
pada Allah aku tidak punya rasa takut?
Tiba-tiba aku teringat pesan Bapak yang sering beliau
sampaikan ketika kami bicara di telepon, “Kalau kamu mengejar akhirat, maka
dunia akan ikut di belakangnya. Tapi kalau kamu hanya mengejar dunia, maka
akhirat tidak akan pernah ikut di belakangnya.”
Sampai detik ini aku masih terus berusaha untuk
mengutamakan Allah di atas segala-galanya. Tapi seringkali gagal. Aku tahu jika
cinta kepada Allah telah bersemayam rapi di dalam hati, maka tidak ada hal
apapun lagi di dunia ini yang kita takuti.
Bos?
Ah, dia begitu kecil dibandingkan Allah. Kita punya Tuhan
yang lebih besar, yang Maha segalanya, lalu kenapa harus gemetar ketika diminta
bicara di depan bos?
Seharusnya aku bisa terus menanamkan keyakinan seperti
ini, tapi ternyata tidak mudah. Mungkin ibadahku masih begitu lemah, mata dan
hati masih liar tak terjaga, karena itulah cinta kepada Allah pun tumbuh hanya
setengah-setengah.
“Ya Allah,
hadirlah dalam hatiku. Cabutlah kebencian, kedengkian, iri dan dengki dari
dalam dadaku, lalu penuhilah dengan cahaya dan cintamu.” Inilah doa yang sering
kuulang dalam setiap shalat, hanya saja sampai sekarang aku merasa belum
memiliki Allah seutuhnya.
Aku bisa merasakan (tidak tahu apakah hanya diriku sendiri,
atau kalian juga), ada sebuah benda yang mencokol di dalam hati. Dan selagi aku
merasakan keberadaannya, maka aku akan terburu-buru ingin cepat selesai tiap
kali shalat dan baca Al Quran. Ingin sekali aku memiliki kuku panjang lalu merobek
dada sendiri untuk mengambil benda yang mengganjal ini. Jika di antara kamu ada
yang tahu apakah ia dan bagaimana bisa menghilangkannya, kumohon beritahu aku via
email atau komentar.
Semoga kita bisa menjadi hamba yang lebih baik lagi,
yang mencintai dan dicintai Allah swt. Insya Allah...
“Akan bisa merasakan lezatnya iman, yaitu orang
yang ridha Allah sebagai Rabbnya, ridha Islam sebagai agama, dan Muhammad
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagai rasul.” (HR.
Muslim)
“Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk
menguji kalian, siapakah di antara kalian yang terbaik amalnya.” (QS.
al-Mulk: 2).
“He
found you lost, and he guided you.”
(Quran 93:7)
Aamiin. :)
ReplyDeleteSering. Semoga kita tak pernah terlambat untuk segera mendekat padaNya jika sedang merasa jauh.
ReplyDeleteiya mbak... semoga insyaAllah..
DeleteHalo, boleh minta alamat emailnya? saya Ricka dari PT Valuklik ingin menawarkan kerjasama, terimakasih
ReplyDeletefhy_diamond@yahoo.com
DeleteAmin :)
ReplyDeletetersentuh bgt membacanya
ReplyDelete