Saturday, 19 December 2015

Belum Mampu Mencintai Allah Seutuhnya



Pernahkah di saat-saat tertentu kamu merasa begitu jauh dari Allah?

Aku sendiri, pernah. Bahkan sering. Biasanya saat menjelang Maghrib, aku sering duduk sendirian di luar rumah sambil mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran yang menggema dari Masjid di seluruh penjuru kota, di saat itulah air mata sering jatuh sendiri. Momen menjelang Maghrib selalu mengingatkan pada dosa-dosa dan segala kewajiban kepada Allah swt yang sudah kutinggalkan dan tak terhitung jumlahnya.

Aku sering berpikir kembali, “Sebenarnya apakah tujuan kita hidup di dunia ini?”

Sebagai Muslim, dalam Al Quran telah dijelaskan

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

Ayat ini selalu berhasil membuatku diliputi penyesalan.

Ya, tujuan utamaku hidup di dunia ini tidak lain adalah beribadah, untuk diuji dan dilihat sebesar apa cinta dan bakti kita kepada Allah swt, tapi kenapa aku selalu menomor satukan hal duniawi lalu mengesampingkan ibadah?

Aku bisa datang ke tempat kerja tepat waktu, tapi kenapa aku tidak bisa shalat di tepat waktu?

Aku begitu takut dan cemas saat bertemu bos, tapi kenapa pada Allah aku tidak punya rasa takut?

Tiba-tiba aku teringat pesan Bapak yang sering beliau sampaikan ketika kami bicara di telepon, “Kalau kamu mengejar akhirat, maka dunia akan ikut di belakangnya. Tapi kalau kamu hanya mengejar dunia, maka akhirat tidak akan pernah ikut di belakangnya.”

Sampai detik ini aku masih terus berusaha untuk mengutamakan Allah di atas segala-galanya. Tapi seringkali gagal. Aku tahu jika cinta kepada Allah telah bersemayam rapi di dalam hati, maka tidak ada hal apapun lagi di dunia ini yang kita takuti.

Bos?

Ah, dia begitu kecil dibandingkan Allah. Kita punya Tuhan yang lebih besar, yang Maha segalanya, lalu kenapa harus gemetar ketika diminta bicara di depan bos?

Seharusnya aku bisa terus menanamkan keyakinan seperti ini, tapi ternyata tidak mudah. Mungkin ibadahku masih begitu lemah, mata dan hati masih liar tak terjaga, karena itulah cinta kepada Allah pun tumbuh hanya setengah-setengah.

 “Ya Allah, hadirlah dalam hatiku. Cabutlah kebencian, kedengkian, iri dan dengki dari dalam dadaku, lalu penuhilah dengan cahaya dan cintamu.” Inilah doa yang sering kuulang dalam setiap shalat, hanya saja sampai sekarang aku merasa belum memiliki Allah seutuhnya. 

Aku bisa merasakan (tidak tahu apakah hanya diriku sendiri, atau kalian juga), ada sebuah benda yang mencokol di dalam hati. Dan selagi aku merasakan keberadaannya, maka aku akan terburu-buru ingin cepat selesai tiap kali shalat dan baca Al Quran. Ingin sekali aku memiliki kuku panjang lalu merobek dada sendiri untuk mengambil benda yang mengganjal ini. Jika di antara kamu ada yang tahu apakah ia dan bagaimana bisa menghilangkannya, kumohon beritahu aku via email atau komentar. 

Semoga kita bisa menjadi hamba yang lebih baik lagi, yang mencintai dan dicintai Allah swt. Insya Allah...

“Akan bisa merasakan lezatnya iman, yaitu orang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, ridha Islam sebagai agama, dan Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagai rasul. (HR. Muslim)

Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yang terbaik amalnya. (QS. al-Mulk: 2).

“He found you lost, and he guided you.” (Quran 93:7)




7 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...