Showing posts with label Muslimah & Fashion. Show all posts
Showing posts with label Muslimah & Fashion. Show all posts

Thursday, 30 June 2016

Cara Mudah dan Cepat Membeli Jilbab Segi Empat Melalui Internet




Perkembangan era digitalisasi saat ini telah memberikan dampak yang positif bagi setiap orang khususnya dalam dunia belanja. Sistem belanja online telah memungkinkan setiap orang untuk mendapatkan atau memesan berbagai produk dengan cara yang jauh lebih mudah dan instan. 

Salah satu produk yang ditawarkan melalui sistem tersebut adalah pakaian syari khususnya jenis kerudung seperti model jilbab segi empat yang saat ini tengah populer dikalangan masyarakat luas di negara kita. Bagi anda yang tertarik untuk melakukan pembelian kerudung melalui sistem online, simak berikut ini beberapa kelebihan berbelanja melalui sistem jual beli online di internet:

Beberapa Produk Model Kemeja Perempuan yang Sayang untuk Dilewatkan



Kemeja adalah satu jenis pakaian atasa yang tak hanya digunakan oleh kaum adam, melainkan cocok pula digunakan oleh wanita, termasuk wanita berhijab. Kemeja memang telah cukup lama kita kenal, hingga tak asing lagi kita mendengarnya. Namun, seperti yang telah kita ketahui, mengenai kemeja perempuan selalu saja modelnya seperti itu yang tak dapat dipungkiri terasa monoton.

Nah, bagi anda yang ingin tampil dengan kemeja, dapatkan model kemeja perempuan yang cukup unik dan menarik. Yakni dengan mengunjungi halaman sekaligus butik online terkemuka di tanah air, hijup.com. Selain dari modelnya yang dapat diandalkan, perlu anda ketahui pula di hijup.com anda akan disuguhkan dengan kemeja yang telah diproduksi secara khusus bagi muslimah, sehingga produk yang bersangkutan memiliki kualitas yang tak perlu anda ragukan kembali.

Tuesday, 28 June 2016

Tips Memilih Mukena Bordir Cantik untuk Hari Raya ‘Idul Fitri




Hanya tinggal menghitung hari, kita akan dipertemukan dengan hari raya ‘Idul Fitri. Yang mana di hari ini, semua umat Islam melaksakan shalat sunaat ‘Ied. Lebih dari itu, ada banyak hal yang telah menjadi suatu ciri khas di hari lebaran ini, yakni menyajikan makanan dengan cita rasa terbaik, kemudian menyambung silaturahmi dengan sanak saudara, dan tak kalah menariknya yakni di hari yang dinanti ini semua orang sebagian besar mengenakan pakaian terbaik yang mereka miliki.

Monday, 20 June 2016

Tips Memilih Hijab Pashmina Berkualitas untuk Keperluan Formal



Geulis Shawl Green. Available at Hijup

Pashmina merupakan salah satu jenis hijab yang saat ini banyak sekali dicari oleh kebanyakan perempuan berhijab di negara kita. Jenis kerudung yang satu ini memiliki cukup banyak sekali keunggulan jika kita bandingkan dengan kategori kerudung lainnya.

Bahan yang pertama kali digunakan untuk jenis kerudung yang satu ini merupakan bahan yang terbilang mewah atau premium yaitu kasmir dan sutra. Hal ini menjadikan pashmina kategori kerudung berkualitas tinggi, akan tetapi seiring dengan perkembangan trend fashion yang lebih baik saat ini bahan yang digunakan terbilang bervariatif sehingga mampu menyesuaikan dengan kebutuhan banyak orang.

Friday, 29 April 2016

Trend Fashion Selendang Hijab 2016

Wanita merupakan sosok makhluk yang sangat mencintai keindahan, bahkan untuk dirinya sendiri pun mereka rela melakukan berbagai cara agar bisa tampil lebih menarik. Dalam sehari, wanita bisa menghabiskan berjam-jam untuk bisa terlihat lebih menarik. Namun bagi wanita muslimah, mereka diharuskan untuk menggunakan hijab sebagai sebuah aturan yang telah diatur oleh agama bagi seorang wanita muslimah.


Untuk mengenakan hijab, bukan berarti mengurangi kecantikan dan fashion wanita, akan tetapi justru membuat wanita tampil lebih menarik dengan aneka hijab yang kini banyak tersedia dengan model, bahan dan warna yang bermacam-macam. Salah satu yang kini paling banyak digemari oleh para wanita muslimah yaitu model selendang hijab. Hijab yang bergaya selendang ini memang sedang trend dan banyak digemari baik oleh para remaja ataupun wanita dewasa.



Sekarang ini hijab bukan sekedar untuk menutup aurat semata, melainkan sebagai aksesoris yang memiiki banyak pilihan untuk wanita. Dengan disesuaikan bersama busana yang dikenakan baik itu casual ataupun pesta, resmi ataupun santai, serta corak yang berkarakter tentunya membuat wanita bisa tampil lebih menarik sesuai tema yang mereka kenakan. Selendang hijab kini banyak digemari karena selain selendang yang biasa, juga terdapat selendang instan.

Saturday, 26 March 2016

Memilih Hijab yang Tepat dan Sesuai dengan Busana yang dikenakan

Photo by: @betulbrc
Hijab adalah salah satu aspek penting dalam menggunakan busana muslimah, seperti sayur tanpa garam begitupun dengan busana muslim rasanya belum terasa lengkap jika tidak dilengkapi dengan pemakaian hijab. 

Seiring dengan berkembangannya model hijab di semua kalangan termasuk para publik figure yang terkadang dijadikan acuan dalam berbusana dan berhijab oleh sebagian orang, begitupun dengan hijab hasil kreasi para perancang kita seperti Jenahara yang selalu menampilkan hijab denga trend model terbaru serta dengan warna-warna yang cantik. 

Dalam memakai hijab jangan lupa anda juga harus selalu menggunakan inner atau daleman jilbab agar rambut anda tidak mudah keluar dan berantakan, selain itu juga jilbab yang anda kenakan akan tetap terlihat rapi.
 
Find out the newest of Jenahara's collection on Hijup.com
Jenahara adalah salah satu perancang busana muslim yang selalu menampilkan hijab dengan model simpel. Model hijab yang simpel dan praktis bisa anda gunakan untuk acara santai seperti sekolah, kuliah, atau sekedar hangout dengan teman-teman. 

Apalagi ketika anda sedang bekerja hijab dengan model tersebut sangat cocok dikenakan akan akan memperluas ruang gerak kepala anda dan tentunya konsentrasi kerja pun menjadi terarah dan tidak selalu fokus membetulkan hijab anda. Berbeda ketika anda memakai hijab dengan model yang ribet tentu akan mengganggu kosentrasi kerja karena anda akan lebih banyak membetulkan hijab daripada bekerja, namun untuk acara formal seperti kepesta anda bisa memakai model hijab yang dikreasikan dengan unik dan menarik serta dengan menambahkan aksesoris yang sesuai tapi jangan terlalu berlebihan serta hindari warna-warna yang terlalu mencolok, usahakan disesuaikan dengan gaun pesta yang anda pakai.

Bahan hijab pun harus yang berkualitas bagus agar membuat anda nyaman ketika memakainya, untuk daleman hijab anda bisa memilih bahan spandek dan untuk hijabnya sendiri anda bisa meimilih bahan sifon, paris atau sutra yang bagus dan bisa menyerap keringat. 

Karena jika anda salah memilih bahan pada jilbab yang anda kenakan, akan sangat mengganggu sekali terhadap rambut atau kulit kepala akan terasa panas dan gatal, hijup.com adalah salah satu yang menyediakan hijab dengan bahan yang berkualitas. apalagi bagi anda yang sudah memiliki anak yang masih kecil penggunaan bahan sangat penting anda perhatikan, apalagi dengan model hijab.

Tuesday, 1 March 2016

Dress Hijab Fashion HijUp pada Ajang Indonesia Fashion Week 2016




Sebuah ajang besar yang berusaha untuk meningkatkan nilai jual industri fashion hingga ranah internasional, Indonesia Fashion Week. Di mana di dalamnya, merupakan kumpulan atau sebuah pertemuan besar-besaran tiap perancang busana, hingga berbagai lapisan masyarakat yang begitu menyenangi akan nilai estetika yang terdapat pada fashion.

Seperti yang telah diketahui bersama, pada dasarnya memang busana atau perlengkapan pakaian ialah salah satu kebutuhan mendasar yang harus dimiliki tiap orang. Kini anda dapat menengok sisi kiri dan kanan anda, anda tentu melihat fenomena yang sedang terjadi. 

Bahwasannya fashion dan item-item lain yang termasuk di dalamnya, menjadi sesuatu yang memiliki peranan cukup penting dalam kehidupan, bukan hanya sekedar menutup bagian tubuh agar tidak kedinginan dan lain sebagainya, namun lebih jauhnya ialah sebagai suatu trend yang tiap masa mengalami perubahan dan peningkatan ke arah yang lebih baik.

Saturday, 27 February 2016

Dua Model Hijab yang Lagi Ngehits di Turki



Sekarang hijab ala ala Turki gitu lagi ngetren banget, ya? Yang lagi rame sih motif monokrom, tapi teuteup cara pemakaiannya dengan kedua sisi hijab yang disampirin di pundak. Beberapa orang kelihatan bagus memang dengan hijab yang dipasang begitu, tapi kalau diperhatikan, beberapa justru aneh alias maksain. Hihi... Kalau pas buka instagram di bagian search itu kan biasanya muncul foto-foto orang lain (related to people we follow), nah gak perlu dibuka fotonya udah ketahuan tuh mana yang kelihatan maksain ala Turki. 

Gak tau kenapa ya, kalau aku perhatikan, ada yang beda dari cara pemasangan antara kita (orang Indonesia) dengan para Muslimah Turki. Apa karena Muslimah Turki pake sanggul besar? Atau memang karena bentuk kepala dan wajah yang beda? Dan satu lagi, kemungkinan besar postur tubuh juga mempengaruhi. Rata-rata wanita Turki itu tinggi semampai gitu ya, jadinya cocok kalau pakai hijab yang begitu. 

Nah, karena aku banyak banget follow Muslimah Turki di instagram, jadinya aku hapal banget hijab yang lagi ngetren di sana tuh yang gimana. Aku juga hapal sama harga rata-rata hijab yang asli berbahan sutra. Segitunya, ya?

Habisnya nih, dari satu orang ke orang yang lain, hijabnya model itu lagi dan itu lagi. Ternyata di sana itu pake musim juga. Samalah kayak cewek Indonesia yang suka ngikutin tren. Pengen tau kan hijab model apa sih yang paling digemari Muslimah Turki?
 
Instagram: @bifotoggraf

Monday, 14 September 2015

Cerpen: Suatu Ketika di Indonesia

Sumber: Boon Restaurant and Cafe instagram

"Igor, selama menjalankan misi, negara mana yang paling kau suka?"

Aku selalu senang mendapati pertanyaan ini. Pertanyaan yang membuat diriku seolah menemukan oase di tengah gurun. Pertanyaan yang sering dilontarkan pada seorang agen internasional yang sudah melalang buana sepertiku. Jujur saja, aku selalu memancing tetua tertinggi, kolega maupun anak buahku untuk meluncurkan pertanyaan ini. Jawabannya, tentu bukan Prancis dengan keromantisannya, bukan Inggris dengan pesona para bangsawannya, bukan USA dengan gedung-gedung pencakar langitnya, dan tentu saja bukan , melainkan....

"Indonesia!" Aku pasti menjawab jelas dan bangga! Of course, negara itu. Negara yang dulu selalu membuatku tertawa terbahak-bahak karena tingkah dan jiwa orang Indonesia, yang katanya berpenduduk muslim terbesar di dunia itu. Negara yang membuatku merasa menjadi the king of the winner, lalu bisa seenaknya mencibir mereka. Misiku sebagai agen perusak akhlak muslim, berjalan tanpa usaha keras di sana.

Seperti waktu itu. Ini bukan misi, tapi aku memang benar-benar sedang mencari kesenangan. Kisah itu bermula dari sebuah pub terkenal—tapi legal. Seperti kebiasaanku di Moskow, aku pun akan memesan vodka martini tiga botol sekaligus, menenggak gelas demi gelas sambil mataku berkeliaran mencari wanita yang tepat. 

Itu dia! A pretty woman with brown skin yang dengan dress malam berwarna merah. Kulihat, ia tengah khusyuk masyuk menikmati sebotol alkohol di seberang tempatku duduk. Kepala wanita itu mengangguk-angguk mengikuti hentakan musik yang berdentum-dentum. Aku mendekatinya, membisikkan sesuatu. Sejenak ia tampak mengamatiku, lalu mengangguk sambil tersenyum menggoda. Semudah itu? Ya! Banyak wanita di sini yang tergila-gila pada laki-laki sepertiku, yang berkulit putih, postur ideal, dan bermata biru . Aku kemudian mengajaknya ke sebuah hotel berbintang. Skenario berjalan lancar hingga esok hari. Saat matahari telah tinggi.
Kulihat wanita itu masih nyenyak di balik selimut tebal. Antara sadar dan tidak, aku berdiri terhuyung-huyung, menuju meja dan menelepon restoran hotel. Aku meminta pelayan mengantarkan cokelat panas dan roti panggang dengan stik daging asap. 
"Hi, girl. Wake up!" Aku menarik selimutnya. Melihat aku sudah duduk di bar kecil kamar itu, ia segera beranjak. Wajahnya tampak pucat. Ada lingkaran hitam di sekitar matanya. Wajar saja, sebelum zina, aku mengajaknya menghabiskan berbotol-botol vodka bloody mary, padahal ia sudah mabuk berat sejak di pub.
"C'mon, Take a breakfast." Aku meletakkan piring di hadapannya sambil mengerjipkan sebelah mata. Kuberikan senyuman terindah sebagai penghargaan ia sudah merelakan malamnya untukku. Ia tidak langsung mencomot makanan itu. Wajahnya tiba-tiba berubah cemas memandangi makanan yang ada di hadapannya.
"Sorry, i must go home..." Ia menyodorkan piring berisi stik itu padaku, lalu mencoba berdiri dengan susah payah sambil memegangi kepala.
"Why?"
"I don't eat pork. Sebagai Muslim, aku tidak boleh makan daging babi. It’s haram." Jawabnya seolah dia wanita paling suci yang taat sejagat raya.
Hah, apa aku tidak salah dengar?

Aku justru tertawa lebar setelah wanita itu meninggalkan kamar. Baru kusadari, ternyata... She is a moslem. Kupikir tak ada muslim Indonesia yang senang hang-over sepertiku. Dia kira ajaran agamanya sesederhana itu? Ia pikir hanya dengan tidak memakan makanan haram, dia sudah menjalankan agamanya? So, how about alcohol, revealing dress, and adultery? 

Di hari yang lain, aku berkenalan dengan seorang laki-laki. Dia adalah sopir sekaligus guide-ku selama di Jawa Barat. Ketika perjalanan dari Bandung menuju Bogor, dari dalam mobil, aku mendengar azan asar berkumandang dari sebuah masjid.
"Are you a moslem?" tanyaku sekadar ingin tahu.
Ia mengangguk mantap. Selanjutnya tanpa diminta, ia dengan bangga bercerita bahwa dirinya muslim sejak lahir. Bahkan kakeknya seorang imam besar di Jawa Timur, mereka menyebutnya Kiayi.
"So, tidak salat Asar?" Aku berpura-pura bertanya, menanti jawaban sambil mengamati wajahnya dari kaca spion.
"Perjalanan masih empat jam lagi, Sir. Dalam Islam, saya dikategorikan sebagai musafir. Salatnya nanti saja digabung.” Jawabnya dengan wajah paling benar dan menganggap orang asing sepertiku paling tolol soal agamanya.
Musafir? Memangnya perjalanannya sekarang ini dengan pesawat, karena harus terjun payung terlebih dahulu untuk menemukan masjid. Setahuku, di pesawat pun tetap bisa salat sambil duduk. Sedangkan sekarang, jelas-jelas Masjid begitu banyak, apa salahnya ia memintaku singgah sebentar. Empat jam lagi sudah masuk waktu isya. Barangkali ia mau menggabung salat Asar, Magrib dan Isya sekaligus. Aku hanya geleng-geleng kepala, walaupun seharusnya aku senang. Memang pekerjaanku di negara ini tak perlu kerja keras. Karena mereka—sebagian besar—udah hang dari jalan Tuhan dengan sendirinya. 

Tiga hari selanjutnya, aku berbincang dengan seorang remaja yang sedang antre membeli tiket pertandingan sepak bola. Salah satu klub ternama mau mengorbankan sedikit kesempatan untuk bermain dengan timnas Indonesia. Tentu saja, aku ikut membantu terlaksananya big match ini. Aku dan agenku yang mengusahakan hiburan di malam Ramadhan untuk Indonesia. Tentu, banyak advantage yang kami dapatkan. Masjid akan kehilangan peminat dan mereka akan semakin mencintai klub sepak bola melebihi segalanya. Hanya sepak bola yang mampu membahagiakannya, no else. 
"Hey, boy! Kamu tampak senang sekali" sapaku sambil menepuk pundak remaja itu.
"Oh tentu. This is my favorite club" jawabnya tanpa memandangku. Ia terlalu sibuk memandang ke meja tiket.
"Siapa pemain favoritmu?"
"My prince Ronaldo" Ia kemudian bercerita penuh semangat tentang pemain favoritnya itu,  seolah Ronaldo adalah pamannya.
"Oh great, boy. Kau muslim?" tanyaku tiba-tiba. Remaja itu tidak tampak kaget dengan pertanyaanku. Ia justru tampak bangga dengan menjawab,
"Tentu, Indonesia memiliki muslim terbesar di dunia".
"Okay, i know. Do you know anything about Muhammad?"
"Ya, dia seorang nabi dan Rasul" jawabnya dengan wajah tak berselera.
" I'm interested to know  Muhammad's story. Kau bisa menceritakan kisahnya?"
Kudengar ia melenguh sebal sebelum memulai kalimatnya.
"Ayahnya Abdulloh, Ibunya Maimunah. Dia seorang nabi dan rasul yang lahir di kota Mekkah. Ah, hanya itu yang kuingat. Kisahnya ada di buku pelajaran SD. Lagipula, aku tak berminat. Kalau kau ingin tahu kisahnya, kau beli saja bukunya. Kau tidak lihat, aku sedang antre tiket pertandingan. Aku tak mau gagal melihat idolaku berlaga hanya karena menjawab pertanyaanmu itu."
Aku menjawab "Oke, i hope you enjoying this match, boy." lalu melangkah mundur.
Aku tersenyum tipis. Bahkan nama ibu Muhammad yang ia sebutkan saja salah, bagaimana mungkin ia bisa mengidolakan Sang Rasul?

Aku tersenyum miris mengingat pengalamanku selama di Indonesia. Itu hanya tiga, perlu 1000 halaman untuk menceritakan yang lain. Indonesia memang negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, tapi kenyataanya sebagian besar adalah muslim pesakitan. Aku memandang cakrawala dari bibir pantai Costa De Sol dengan haru. Matahari cukup cerah hari ini, dan sekarang langit telah berubah warna. Sunset

"Kita siap-siap sholat maghrib, yuk.." Seorang wanita—berhijab, berbisik padaku. Namanya Arin, wanita Jawa yang kunikahi dua tahun lalu, di Indonesia. Aku tersenyum padanya, lalu mengangguk. Kugenggam tangan istriku meninggalkan pantai, mencari tempat yang tepat untuk melaksanakan sholat magrib. Pekerjaanku sebagai agen perusak akhlak muslim justru mengantarkanku pada hidayah Allah swt.

Ditulis sekitar 2 tahun lalu

Wednesday, 29 July 2015

Blog Diary: Bicara Jodoh dan Perjodohan




Malam itu bulan sudah tidak tampak lagi di langit desaku. Beberapa hari lagi bulan sabit akan segera menampakkan diri di pucuk-pucuk kelapa. Bulan Syawal. Ya, tepat malam lebaran, aku bersungut-sungut menggesekkan setrika yang tak kunjung panas di atas baju koko adikku. Sejak tadi kukatakan pada Ibu kalau setrika listrik milik kami harus segera diganti dengan yang baru, tapi dari dapur Ibu hanya menjawab  pendek, ‘Iyo, sesok’.

Selang tak begitu lama, kudengar ponsel milik Bapak berbunyi. Nada panggilan masuk. Karena Bapak sedang takbiran keliling, jadi Ibu yang mengangkatnya. Aku sama sekali tidak mendengar pembicaraan Ibu di telepon, dan aku pun tidak penasaran ingin tahu. Mungkin orang yang belum bayar zakat fitrah dan menanyakan apakah Bapak ada di rumah, pikirku. Hingga beberapa menit kemudian, kepala Ibu sudah melongok di pintu.
“Anaknya teman Bapakmu. Dulu dia manggil Ibu: bibi. Sekarang sudah ganti jadi manggil Ibu.” Ucap Ibu memberi tahu dengan wajah tidak nyaman.
Aku tahu siapa yang Ibu maksud ‘anaknya teman Bapakmu’ itu. Tanpa berniat menanyakan apa saja yang dia bicarakan di telepon, Ibu menyambung kalimatnya, “Dia bilang tahun ini tidak bisa pulang karena kontraknya belum habis. Mungkin tahun depan.” Setelah berkata, Ibu seperti menunggu responku. Tapi karena aku diam saja, dia segera kembali ke dapur.
“Mau pulang kek, tidak pulang kek. Siapa peduli? Lagipula kenapa dia harus menelepon orang tuaku?” gerutuku dalam hati. Hanya karena telepon itu, setrika di tanganku langsung terasa seperti bara api (Lebai, sumpah!). Rasanya ingin memarahi orangnya langsung, tapi untuk mencari nomornya di ponsel orangtuaku saja rasanya malas.
Cerita tentang ‘anaknya teman Bapakmu’ itu sebenarnya sudah kuketahui sejak satu tahun lalu, ketika ayahnya mendatangi Bapakku untuk menawarkan sebuah perjodohan. Alhamdulillah Bapakku bukan tipe orangtua yang suka memaksakan kehendak. Aku jadi ingat sama teman dekatku yang keluarganya menganut paham perjodohanisme garis keras. Pernah dia tidak sengaja nyimpan foto pacarnya, begitu ketahuan si ibu, langsung ditampar sampai tubuhnya jatuh ke lantai. Bukan karena si ibu melarang dia pacaran berlandaskan larangan dalam Islam, tapi karena ibunya tidak mau dia punya pacar yang dipilih sendiri. Maunya si ibu yang mencari kandidat, kalau ada yang pas, maka pernikahan akan diselenggarakan. Aku pernah tidak bisa berhenti tertawa, sekaligus prihatin bin kasihan, saat temanku itu cerita Ibunya mengenalkannya pada seorang dokter yang usianya sudah hampir kepala empat. Bagaimana pun jalan hidupnya nanti, semoga teman baikku itu mendapatkan lelaki terbaik yang bisa membahagiakannya di dunia dan akhirat. Aamiiin...

Untuk kasusku sendiri, dengan baik-baik Bapak katakan pada si ayah lelaki tersebut, bahwa sekarang sudah bukan jamannya lagi perjodohan seperti dulu, ketika mereka sama-sama muda.
“Anak muda sekarang sudah pandai mencari pasangannya masing-masing.” Kata Bapak.
Tapi, meskipun perjodohan itu tidak pernah mencapai kesepakatan, teman Bapakku plus anak lelakinya itu masih saja menganggap kalau perjodohan di antara kami terjadi. Aku sudah berulang kali bilang pada Bapak agar tidak mengangkat telepon dari mereka. Namun Bapak merasa tidak enak karena sudah kenal akrab dengan si ayah lelaki tersebut. Bahkan terkadang si lelaki yang tidak pernah kulihat wujudnya itu mengirimi pulsa ke ponsel Bapak dan Ibuku dari Malaysia sana. 

Dia pernah datang ke rumahku, di saat yang sama aku sedang di Bogor. Jadi kami tidak pernah bertemu sekali pun. Terkadang Bapak sedikit menyindir cerita perjodohan yang tidak disetujuinya itu, tapi aku tak pernah merespon. Aku juga tidak berhasrat untuk kenal laki-laki tersebut lebih jauh. Menanyakan ciri-cirinya saja aku malas. Bukan aku terlalu sombong, tapi memang selama ini aku hanya mengenal para lelaki cukup sebatas teman. Semuanya kuperlakukan sama. Tidak begitu dekat, tidak juga begitu jauh. Kecuali sepupuku yang satu kelas. Aku sering memasang display picture BBM bersamanya, karena dia adalah saudaraku, sudah kuanggap seperti kakak kandung. Untuk lelaki yang tidak pernah bersinggungan langsung denganku di kehidupan nyata, sementara dia tidak memiliki satu inner beauty pun, aku pilih malas mencari lebih jauh
.
Melalui Ibu, si lelaki ‘Anaknya teman Bapakmu’ itu pernah meminta alamat facebook, dan waktu itu aku berikan tanpa rasa curiga sedikit pun. Tidak tahunya dia punya rencana lain yang terkesan memaksakan. Tidak hanya dia, si ayah pun selalu cerita pada orang-orang kalau Bapak dan Ibuku adalah besannya.

Aku memang tidak pernah tahu seperti apa dirinya, tapi aku sudah paham betul tipikal lelaki yang tumbuh dan dewasa di pulau ini hingga beberapa pulau di dekatnya. Aku kurang suka pada lelaki yang tidak shalat lima waktu, juga pada lelaki yang tidak memiliki perencanaan untuk masa depannya (Perencanaan untuk kehidupannya sendiri dan bermanfaat bagi orang lain).

Satu hal lagi, orang sini masih akrab dengan praktek perdukunan. Desas-desus yang merebak di seluruh desa memberi tahu kalau beberapa pasangan di sini berhasil menikah atas bantuan dukun alias dipelet. Wallahu’alam kebenarannya, tapi soal perdukunan, aku mengaku di sini masih kental sekali. Soal perjodohan sepihak ini, aku juga khawatir akan berujung ke sana apabila si lelaki merasa dikecewakan. Pelet hingga guna-guna. Semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan jin dan manusia yang jahil seperti itu. 

Mengenai perjodohan, sebenarnya aku tidak mempermasalahkan jika suatu hari nanti Bapak mengenalkanku dengan seseorang. Asal dia adalah lelaki baik-baik. Lelaki yang hidupnya punya tujuan jangka panjang, tidak hanya giat mencari uang untuk menumpuk kekayaan pribadi, namun juga punya impian untuk menjadi penyejuk bagi orang-orang di sekelilingnya. Namun kuperhatikan, meski tidak semua, lelaki dan pemuda di sini tidak banyak yang seperti itu. Mereka memang giat dalam hal mengumpulkan materi, tapi soal agama, seolah-olah mereka tidak pernah ingat bahwa kematian bisa datang kapan saja, dan harta tersebut tidak bisa membantu sedikit pun kecuali harta yang menjadi amal jariyah. Jangankan untuk ibadah sunnah, baik shalat lima waktu  dan puasa Ramadhan saja banyak orang sini yang tidak mengerjakan. 

I am not a perfect Muslimah. Aku akui hal tersebut. Bahkan shalat wajib saja masih sering di akhir waktu. Namun aku yakin, setiap muslimah menginginkan seorang imam yang bisa membimbingnya menjadi lebih baik. Sebenarnya satu poin saja sudah cukup sebagai kriteria lelaki idaman, yaitu kesalehan. Lelaki saleh sudah pasti taat ibadahnya dan giat bekerja untuk menafkahi keluarganya. Jika dia hanya taat beribadah, namun dalam mencari nafkah ogah-ogahan, kesalehannya juga perlu dipertanyakan. Banyak lelaki yang mengaku agamis berpikir tidak baik hidup bermewah-mewah, Rasulullah saja tidur di atas pelepah kurma, sehingga semua pemikiran tersebut mendorong mereka menjadi malas bekerja. Semua itu dijadikan alasan untuk kemalasannya. Padahal di luar sana, para non Muslim, selalu menertawakan para Muslim yang memilih pasrah dengan kehidupannya yang lebih senang menjadi tangan di bawah.

Rasulullah hidup sederhana, itu karena pilihannya sendiri. Sedangkan ia memiliki kekayaan yang tidak ternilai jumlahnya. Bayangkan, saat itu Rasulullah jadi pemimpin di seantero tanah Arab, kekayaan itu bisa saja ia dapatkan dengan mudah. Banyak yang menawari. Tapi beliaunya yang tidak mau. Lha kalau orang sekarang, hidup miskin bukan karena pilihannya, melainkan itulah satu-satunya pilihan. Lalu kesederhanaan Rasulullah yang dijadikan alasan untuk mengelak.

Dalam kasus seperti di atas, aku tidak menuliskan tanpa dasar. Ada banyak lelaki yang terlihat saleh yang kutemui namun dalam urusan menafkahi anak istri, ia gagal. Salah satunya adalah suami temanku sendiri. Dia bilang tamatan pesantren, shalatnya rajin, tapi tidak mau bekerja, sampai-sampai buat beli susu anak mereka saja harus minta ke mertua. Akhirnya pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Sekarang mereka telah bercerai. Yang seperti ini sudah pasti tidak dianjurkan dalam Islam. Entah dalil dari mana yang ia gunakan.

Aku ingat sebuah kisah saat masa kepemimpinan khalifah Umar. Kalau tidak salah cerita ini kubaca tahun lalu di buku cerita teladan milik adik. Di sana dikisahkan saat menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab tidak memiliki pakaian bagus.  Sebuah jubah penuh tambalan adalah jubah kesukaannya, dan itulah yang sering ia gunakan di pertemuan-pertemuan kenegaraan hingga menyambut tamu dari luar khalifah Islam. Para petinggi-petinggi kerajaan merasa iba sekaligus malu melihat pakaian pemimpin Islam tersebut. Apakah pantas seorang pemimpin kekhalifahan besar menggunakan pakaian seperti itu, sementara raja-raja non Muslim mengenakan jubah mewah? Mereka takut para non Muslim menganggap kekhalifahan Islam miskin sehingga tidak mampu membeli jubah yang bagus. 

Mereka lalu menghadiahi Umar dengan sebuah jubah yang sangat indah. Namun Umar segera bertanya, ‘Apa selama hidupnya Rasulullah pernah memakai jubah seindah ini?’. Para petinggi itu pun menjawab tidak pernah. Seketika Umar menangis tersedu-sedu dan berkata, ‘Lalu kenapa kalian menyuruhku memakainya sementara kekasih Allah selama di dunia tidak pernah memakainya?’. Semoga ini menjadi pengingat bagi tipe laki-laki yang mengaku saleh namun malas mencari nafkah. Para pemimpin Islam tidak hidup sederhana karena mereka malas bekerja, melainkan uang tersebut mereka sedekahkan. Sehingga kehidupan mereka justru naik derajatnya di mata Allah dan orang-orang. 

Kembali ke tema jodoh dan perjodohan yang saat ini selalu membuat kepalaku berdenyut-denyut. Terkadang meski tidak mau memikirkan, pertanyaan seperti ‘siapa jodohku nanti’ hadir dengan sendirinya di dalam kepala. Terlebih saat bertemu dengan teman-teman dan para adik kelas yang sekarang sudah menggendong anak. Semua itu membuatku sadar, cepat atau lambat setiap wanita tentu akan menikah. Dan sekarang adalah waktunya bagi generasiku, yaitu mereka yang lahir dalam rentang 1991-1996. Itu artinya, aku juga tinggal menunggu giliran. 


Ibuku berkali-kali menanyakan apakah aku memiliki seorang pacar, kebalikan dari Bapak yang lebih mendukung aku tidak pacaran. Sepertinya Ibu khawatir tidak ada laki-laki yang menyukaiku, maklumlah seorang Ibu pasti senang kalau anak gadisnya jadi idaman banyak lelaki. Apalagi saat satu persatu teman-teman masa kecilku, hingga para adik kelas yang kini masih duduk di bangku SMA, mengenalkan pacar-pacar mereka ke orangtua. Ibuku semakin sibuk saja. Aku yang awalnya santai-santai saja, kok jadi malah ikutan cemas.
“Seng seneng ambi aku iku ono, Buk. Tapi seng pas neng ati durung ono. Enek seng pas neng ati, lha tak perhatikan kok koyone udu aku seng disenengi, tapi koncoku.”
Ibuku manggut-manggut, mungkin dalam hati sudah mbatin, “Yoalah, nak. Kok melase eram nasibmu.” Huhuhu
“Wes, Buk. Seng tenang wae. Mengko nek gelem tak solati hajat, jangankan de’e, pangeran Emirat Arab wae teko rene ngelamar.” Wakakaka gubrak. Semua gelas di atas meja langsung pecah.
Just kidding. Mana berani aku bicara soal perasaan ke Ibu. Masih malu.
Jodoh adalah sebuah misteri. Itu benar adanya. Semua orang yang belum melewati momen ijab qabul, pasti penasaran siapa jodohnya nanti. Aku tidak mau lagi berharap pada manusia, karena seringkali kita malah kecewa. Dalam setiap doa aku hanya minta Allah mengamanahkan seorang lelaki baik sebagai suami. Dia baik untuk dunia dan akhiratku, dan aku pun baik bagi dunia dan akhiratnya. Itu saja. Siapa pun lelaki itu nantinya, entah itu dia yang datang dari sebuah perjodohan atau perkenalan, semoga dialah lelaki baik tersebut. Aamiiin insya Allah.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...