Teruntuk adik-adikku, Taufik Ilham dan Taufik Hidayat
Aku tahu kalian tak mungkin membaca tulisan ini
sekarang, tapi insyaAllah suatu saat nanti kalian akan membacanya.
Hari ini aku mendengar kabar yang kemudian merubah
segalanya menjadi muram. Sejak Bapak menelepon tadi pagi, aku merasa dunia ini
begitu sempit. Aku menjalani hari-hari seperti biasa, tapi rasa khawatir dan
sedih seperti tak mau pergi.
Adik-adikku, bersabarlah... Jika sekarang kalian
merasakan suasana yang berbanding terbalik dari sebelumnya, maka sungguh aku
juga pernah merasakan hal yang sama. Aku akan sedikit bercerita pada kalian,
bahwa dulu sekali saat umurku masih 13 tahun, aku sudah harus pergi
meninggalkan pulau kita. Sendirian. Tidak ada diantar Bapak, Ibu, juga sanak
keluarga yang lain seperti kalian sekarang. Bapak Ibu hanya melepasku di
dermaga. Selanjutnya aku bertahan seorang diri. Aku dititipkan ke sana ke mari
di kota yang sama sekali asing. Aku diantar ke pesantren oleh seseorang yang
baru kukenal beberapa hari sebelumnya. Tak ada nasehat, tak ada kalimat
penenang, tak ada yang mendatangi kamarku, juga tak ada yang menangis saat
berpisah dariku. Selama hampir sebulan aku terpuruk, menangis, jatuh dalam
banyak masalah. Saat itu aku beranggapan bahwa diriku baru saja masuk ke dalam
hutan gelap yang entah dimana ujungnya.
Setidaknya kalian lebih beruntung dariku. Kalian diantar
sampai pesantren oleh rombongan keluarga, diberi wejangan sebelum berpisah,
kemudian Bapak juga kerap menanyakan kabar kalian pada guru di sana lewat
telepon. Kalian seharusnya lebih kuat karena menjalani hal ini di umur 15
tahun. Kalian anak laki-laki. Jika aku sanggup bertahan hingga akhir, lalu
kenapa kalian berdua menangis kemudian minta pulang?
Aku sedih. Sedih karena beberapa hari lalu kalian
meneleponku begitu semangat, mengatakan bahwa tulisanku sebelumnya membuat
kalian menangis. Kalian juga mengaku telah teguh pendirian untuk bersekolah di
sana. Tapi hari ini, aku sedih mendapati kalian tak lagi mengingat semua
nasehat tersebut, seolah-olah tak pernah ada sedikit pun nasehat yang kalian
terima sebelumnya.
Adik-adikku tersayang. Jika kalian berjalan di jalan
Allah, iblis dan anak keturunannya akan mencari seribu satu cara untuk membuat
kalian menyimpang dari jalan itu. Mereka tak akan suka melihat kalian berjuang
dalam menghafalkan kitab Allah taa’ala tanpa rintangan apapun. Mereka ingin
mendapatkan banyak teman untuk bersama mereka di neraka. Itulah dendam mereka
sejak zaman nabi Adam alahissalam. Memang, mereka tak seketika membujuk
kalian untuk melakukan maksiat atau dosa-dosa besar, tapi mereka memulainya
dari langkah-langkah kecil, hal ini telah diperingatkan dalam Al Quran, (Dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh
kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui—QS. Al-Baqarah: 168-169)
Apa saja langkah-langkah syaitan itu? Banyak.
Bahkan dari
hal-hal paling kecil yang kita anggap bukanlah sebuah dosa, terlebih hal besar
seperti membuat kalian tak menyelesaikan pendidikan di pesantren Al Quran. Allah
telah menjanjikan satu perkara, bahwa siapapun yang menghafalkan dan mengamalkan
Al Quran, maka derajat mereka naik menjadi keluarganya Allah. Coba pikirkan,
iblis mana yang tak berang mendapati calon-calon penerima anugerah derajat ini?
Mereka (para iblis itu) akan menggoda kalian berpuluh kali lipat. Mereka akan
meniupkan ketakutan, cemas, dan kegelisahan di dalam rongga dada kalian. Mereka
menghiasi hati dan pikiran kalian dengan angan-angan kosong. Mereka tak akan
menyerah sebelum kalian kalah. Jadi, putuskanlah sendiri, kalian memilih kalah
dari para iblis itu atau tetap melanjutkan perjuangan?
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat—QS. Al Baqarah : 214
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar—QS. Al Baqarah : 155
Adik-adikku. Bersabarlah... sesungguhnya kesabaran itu jauh
lebih baik bagi kalian. Bersabarlah karena dunia memang bukan tempatnya untuk
bersenang-senang. Dunia adalah tempat kita menjalani berbagai ujian agar
kemudian pantas dinyatakan lulus masuk ke Jannah-Nya. Bersabarlah karena ujian
yang datang pada kalian hari ini belum seberapa dibandingkan ummat terdahulu. Bersabarlah
karena di belahan bumi lain ada banyak anak-anak yang nasibnya tak beruntung
namun mereka tetap ingin menghafalkan kitab Allah. Tentu kalian masih belum
lupa kisah Paman Zubair dan beberapa anak yatim korban perang yang meminta
dibawakan mushaf ke pengungsian? Nah, coba bandingkan dengan keadaan kalian. Bandingkan
dengan kalian yang saat ini berada di lingkungan yang aman, yang terpelihara, yang
tak kekurangan makanan, serta masih memiliki keluarga utuh yang mendoakan
setiap harinya. Alasan seperti apa lagi yang bisa kalian gunakan untuk membantah ketika nanti ditanya di hadapan Allah?
Sekali lagi, bersabarlah...
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS. An Nahl : 96 )
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran : 142)
Teriring doa, semoga Allah yang Maha Pengasih meneguhkan
hati kalian.
Mbakmu
Sofia
No comments:
Post a Comment