Sejak aku memposting
sekian tulisan tentang keinginanku untuk berkunjung ke Turki, entah mengapa
banyak pula email yang masuk dan komentar-komentar yang beranggapan salah. Mereka
menyangka aku sekarang sedang berkuliah di Turki, sudah menikah dengan pria Turki,
atau ada juga yang bilang aku sedang kerja di Turki. Beberapa bulan lalu, inbox
emailku kedatangan dua buah email curhatan yang panjangnya udah kayak jalan
lintas Sumatra. Suka sih bacanya, tapi sedih juga karena secara tidak langsung
mereka menyakitiku. Secara, aku aja pengen ke sana.
Beberapa hari lalu,
lagi-lagi kedatangan email yang isinya meminta aku untuk jadi tour giude
keluarganya selama jalan-jalan di Turki tidak lama lagi. Dia menyangka aku
mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di sana (pengennya juga gitu). Akibatnya harus menjelaskan lagi bahwa aku cuma suka sama negara itu, bukan tinggal
di sana.
“Lho, bukannya di
blog mbak bilang begitu, ya? Saya kira mbak Sofia sedang kuliah di Turki. Apa saya
yang bacanya kecepatan?” balasnya.
Aku cuma bisa
meringis. Perasan di semua postinganku yang berbau Turki, gak pernah deh aku
bilang sedang tinggal di Turki, kuliah di sana, atau menikah dengan orang sana.
Ini menyimpulkan dari mananya?
Dan tadi, lagi-lagi
sebuah komentar di salah satu postingan masuk ke emailku, intinya seorang
wanita ini pengen cerita secara personal (aku terka sih tentang hubungannya
dengan pria Turki), jadi dia minta alamat email gitu. Aduh, emang dia gak baca
kalau postingan itu jelas-jelas kuberi judul COPY-PASTE, ditambah keterangan
kalau itu benar-benar dicomot 100% dari wordpress-nya seseorang, kukasih link
blognya malah. Di paragraf pertama lho! Memangnya gak dibaca? Sepertinya postingan
yang satu itu memang harus dihapus, lagian aku postingnya jadoel, udah lupa
kapan tepatnya.
Setelah mengalami
kejadian-kejadian aneh inilah, aku sadar betapa repotnya Mbak Sri Zehra pemilik
grup belajar bahasa Turki gratis. Kurasa inbox facebooknya beliau lebih penuh dengan curhatan ketimbang yang serius menanyakan pelajaran. Sama nasibnya kayak Mbak
Rahma, perempuan satu anak yang sekarang tinggal di Istanbul, sekaligus punya
segudang cerita kehidupannya di wordpress, juga kebanjiran pertanyaan dan
curhatan seputar asmara.
Yang bikin pusing,
kebanyakan para curhaters itu (rata-rata para wanita) gak baca keterangan
atau tulisan dengan detail. Contohnya, Mbak Rahma udah pernah posting tentang
sifat pria Turki yang kebanyakan pencemburu, ini dan itu, termasuk si mertua
yang umumnya suka mencampuri kehidupan keluarga anaknya. Ini udah panjang lebar
dijelaskan, eh di komentar bermunculan lagi pertanyaan-pertanyaan yang
sebenarnya udah ada jawabannya. Kan, lagi-lagi mbak Rahma harus menjelaskan. Pantas
kalau mereka sampai kualahan.
Jadi, saranku untuk
siapa pun yang mau curhat asmara ke siapa pun itu, sebaiknya dibaca dulu dengan seksama meski
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kita bertanya aja udah ngerepotin orang
lho, so kalau bisa jangan bikin narasumber jadi makin kerepotan. Aku sih gak
ngalamin seutuhnya kayak Teh Sri dan Mbak Rahma, tapi banyaknya email salah
sangka yang datang beberapa bulan terakhir, sedikit sebanyaknya buat aku jadi
ngerti bagaimana rasanya. Semoga habis
ini gak ada lagi email yang salah sangka masuk ke inbox-ku. Sama-sama berdoa
ya, moga bisa jalan-jalan ke Turki suatu saat nanti.