Akhir-akhir ini berita tentang penembakan di salah satu
majalah kontroversial Charlie Hebdo sedang menjadi trend berita internasional.
Lagi-lagi Islam ditunjuk sebagai pelaku penembakan yang menewaskan 12 orang
tersebut. Isu terrorism kembali muncul ke permukaan, tak ubahnya tanaman yang
daunnya mulai kuning satu saja, maka banyak orang yang panik, mencari-cari cara
menemukan air untuk segera menyiramnya. Seolah-olah isu ini tak boleh hilang,
karena seluruh dunia sebenarnya tahu, jika tanpa isu ini Islam tentu akan
merebak cepat merengkuh hati seluruh penduduk negara-negara Barat.
Bulan Terbelah di Langit Amerika, aku merasa menjadi
satu-satunya orang yang beruntung ketika memutuskan untuk membeli dan membacanya
dalam kondisi sekarang ini. Tema yang diangkat bukanlah hal baru, tapi selalu
dibutuhkan untuk memupuk kebanggaan sebagai Muslim. Lihatlah, aksi-aksi teroris
yang jumlahnya tidak sedikit dan hampir semuanya menyeret Islam membuat muslim
banyak menerima deskriminasi. Belum lagi pemberitaan di media-media Barat yang
seolah berlomba untuk memojokkan Islam, selalu memuat gambar-gambar seram di bawah
judul berita mereka. Sungguh jika tanpa keimanan yang kuat, keyakinan yang tak
mampu ditembus, semua itu sangat mudah meluluh lantakkan kepercayaan diri
seorang Muslim. Bahkan mungkin ada beberapa Muslim di luar sana yang mulai
bertanya-tanya, benarkah Islam adalah agama pembawa kedamaian?
Nah, menjawab pertanyaan tersebut, buku garapan Hanum Salsabiela dan Rangga
Almahendra ini sangat kurekomendasikan untuk dibaca. Suami istri yang memiliki
dua misi berbeda saat mendatangi Negeri Patung Liberti ini pada akhirnya
bertemu di satu jalan cerita. Ketika Rangga
disibukkan oleh presentasinya dan impian menikmati setiap sudut Amerika Serikat
bersama sang istri, perhatian Hanum justru tersita penuh oleh misinya menjawab
sebuah pertanyaan “Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”.
Menuliskan tentang Islam di Negeri Paman Sam, tentu tidak
akan pernah melupakan peristiwa kehancuran menara kembar di tahun 2001. Tak ada
yang membantah, bahwa sejak peristiwa tersebut Islam justru berkembang pesat di
negara adidaya tersebut. Tapi di lain sisi, jutaan kebencian pun tertanam dalam
hati penduduk Amerika terhadap Islam. Sebagai akibatnya, tak sedikit Muslim
yang bermukim di sana menerima perlakuan yang tidak bersahabat. Untuk Indonesia
sendiri bisa terlihat dari sulitnya seseorang yang memiliki nama berbau Islam
untuk masuk atau melanjutkan pendidikan di Amerika.
Kebencian non Muslim dan ujian untuk para Muslim pasca
tragedi WTC itulah yang kemudian menemani perjalanan Hanum dalam buku ini. Kedua
hal tersebut diwakili oleh Jones yang menjadi anti Islam sejak meninggalnya
sang istri, dan Azima Hussein yang menjalani kehidupan tidak mudah sejak
meninggalnya sang suami. Baik istri Jones atau suami Azima, keduanya sama-sama
tewas dalam tragedi WTC yang juga menewaskan ribuan manusia lainnya.
Ada beberapa pertanyaan yang nantinya akan terjawab setelah
membaca buku ini,
Kenapa Julia Collins mengenakan turtle neck tinggi hingga menyentuh dagu dan telinga? Bagaimana
detik-detik terakhir suami Azima menjemput ajalnya? Apa yang ingin ia berikan
pada sang istri di hari itu? Benarkah istri Jones meninggal saat ia benar-benar
sudah berada di puncak usaha untuk menyelamatkan diri? Benarkah Colombus adalah
orang pertama yang menemukan benua Amerika? Benarkah Thomas Jefferson,
pembelajar ilmu multidisiplin dan meraih
summa cumlaude untuk semua disiplin
ilmu yang ia pelajari hingga menjadi presiden Amerika sekaligus pencipta The Jefferson Bible, juga memiliki dan
mempelajari Al quran? Benarkah pahatan wajah nabi Muhammad saw ada di dinding
Mahkamah Agung Amerika Serikat dengan judul lukisan ‘The Great Law Givers on Earth”? Dan benarkah potongan surah An
Nisaa’ ayat 135 tertulis di gerbang Fakultas Hukum Universitas Harvard?
Menggetarkan. Ya, jangankan melihat atau mendengarkan
langsung, membacanya saja sudah membuat hati bergetar. Siapa yang menyangka
sebuah negara raksasa yang paling disegani di abad ini pada kenyataannya begitu
dekat dengan Islam secara tidak langsung. Belum lagi saat membaca
kalimat-kalimat Jefferson yang dipahat pada patungnya yang menghadap White
House, semua orang rasanya tidak akan percaya.
Jefferson Memorial, dalam bangunan ini terdapat patung Jefferson. (Sumber: http://www.destination360.com)
“Harus ada cara untuk mengurangi jumlah penduduk dunia di negara-negara itu, anak muda,” ucap Pak Tua yang duduk di samping Rangga dalam bus menuju Washington DC.“Maksudmu program pembatasan kelahiran?” Rangga bertanya baik-baik.“Itu terlalu konvensional. Kita memerlukan cara yang efektif. Al quran-mu juga mengajarkan teori ini. Ehm, perang, perang, dan perang.”“Kamu salah, Pak!” sergah rangga.“Bukan demikian menginterpretasikannya. Kamu salah besar!” lanjut Rangga lagi.
Bagaimana Rangga bisa menjelaskan kesalah pahaman penafsiran
Al quran oleh si Bapak Tua di atas? Dan bagaimana Hanum bisa menemukan satu titik
terang bahwa dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam? Sebaiknnya langsung
baca saja di bukunya.
Berbeda dengan dua buku sebelumnya, 99 Cahaya di Langit Eropa
dan Berjalan di Atas Cahaya, yang merupakan catatan perjalanan sesungguhnya
(fakta), Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan gabungan fakta dan fiksi. Akibatnya,
pembaca tidak mampu membedakan mana yang benar-benar dialami oleh pasangan
penulis dan mana yang hanya imajinatif. Menurutku, kejadian yang benar-benar fiktif
itu berada di ending cerita. Karena
terlalu manis dan dirasa cukup jauh untuk mencapai akhir seindah itu. Mungkin
itu juga yang menjadi kekurangan buku ini dan membuat beberapa pembaca setia agak kecewa. But, overall aku sangat menikmatinya.
Bagi teman-teman yang ingin memiliki buku setebal 346 halaman
terbitan Gramedia Pustaka Utama ini bisa didapatkan di toko-toko buku dan
Gramedia dengan harga Rp 75 000. Selamat membaca dan menemukan banyak hal
menggetarkan. Semoga apa pun yang kita pilih untuk dibaca, bisa memperkaya
pengetahuan dan memupuk keimanan kepada Allah swt.
Demi matahari dan cahaya siangnya.Demi bulan apabila mengiringinya.Sungguh beruntung orang yang senantiasa menyucikan jiwa.Pancarkan Islam. Tebarkan salam. Sinarkan kedamaian.Semoga kedamaian, rahmat, dan berkah Allah menyertai kamu sekalian (hal 335).
Lots of Love
Sofia
aku nggak menggebu2 sih sama buku ini,tapi habis baca ulasannya disini kok penasran ya....hehehe. makaish ya mbak ulasannya, 4 jempolllll,suka banget ^^
ReplyDeleteHehe... nanti pinjam punyaku aja ya Mbak :)
Deletejadi penasaran dengan bukunya. Kalau 99 Cahaya di Langit Eropa aku udah baca sih, itu aja aku bertanya-tanya ini fakta atau fiksi ya mengenai sejarah islamnya
ReplyDeleteKalau yang 99CDLE itu fakta Mbak. Tapi buku yang ketiga ini campuran antara fakta dan fiksi, jatuhnya jadi novel.
DeleteWah, aku kurang suka buku fiksi sih :p Tapi kalau banyak hikmah yang bisa kita ambil, boleh banget ya untuk jadi rekomendasi :)
ReplyDeleteIya mbakku... lagian gak begitu tebal bukunya.
Deleteaku belum pernah baca bukunya mbak, penasaran sih kapan hari ke gramed mau beli..tapi masih bingung soalnya enakan nonton langsung di bioskop aja hehehe
ReplyDeleteHehe...sama kayak temen kamarku ya mbak. Dia paling anti baca, sukanya langsung nonton. Justru lebih seru katanya. Gak lama lagi buku ini bakal di filmkan juga kok mbak. Menunggu saja :))
DeleteMbak Dwi ntar pinjem punyaku aja ya. Tapi, agak2 lama, soalnya skrg novelnya lagi dibaca sepupu :)
DeleteMungkin February awal kali yaa :))
Wah rumahnya deketan ya Mbak Nurul?
DeleteSaya sudah baca, lebih suka bukunya yang pertama sih
ReplyDeleteIya Mbak Ru... aku juga gitu. Tapi yang ini bagus juga.
Deletewah, menarik sekali. rasanya saya perlu membacanya juga. pinjemin dong... *upss* hihihi... ini memang di sisi lain berkah tragedi WTC juga. banyak yang mengalir masuk Islam. para penulis juga kebagian berkah sebagai setting cerita.
ReplyDeleteIya alhamdulillah tragedi WTC justru banyak menarik warga Amerika buat mengetahui Islam lebih jauh.
Deletesudah lama pengen beli buku ini, ngarep stoknya msh ada, dan dapat harga miring...hehhe
ReplyDeleteKalau di gramed kayaknya tetep 75 k deh kak, soalnya termasuk buku laris yaa... diskon itu kalau udah mulai kurang pembeli. Atau bisa juga dapat gratis kalau ikutan kuis :) pinjam punyaku aja kak :)
DeleteAslm. mba bagi inspirasi menulisnya dong di blog...
ReplyDeletesalam kenal
Walaikumussalam... wah, saya justru merasa belum pantas menulis yang begituan. Masih amatiran. Hehe salam kenal kembali ya ;)
DeleteAssalamualaikum mba Sofi, perjekenalkan saya Dhai Heliantika. Berhubungan dengan skripsi saya tentang pembaca novel Bulan Terbelah di Langit Amerika saya tertarik dengan resensi mba Sofi, jika berkenan apa mba mau diwawancara via email?
ReplyDeleteMohon balasannya terimakasih :D