Musim sidang telah tiba. Meski deg-degan nunggu jadwal
sidangku sendiri, tapi menghadiri sidang teman tetap prioritas. Sudah jadi
tradisi, tiap kali ada teman yang sidang, kita nunggu di luar sambil bawa
bunga. Aku sendiri bingung, kenapa harus bunga? Kan mubazir. Beli mahal-mahal,
eh ujung-ujungnya berakhir di tong sampah.
Aku sih sudah wanti-wanti ke teman, nanti kalau pas
giliranku yang sidang, mereka datangnya bawa makanan aja. Kolak, pisang goreng
meler, atau apalah. Sejujurnya aku suka sekali dengan bunga. Warna-warni bunga
selalu bikin hati bahagia. Tapi kalau disuruh pilih mau dikasih hadiah bunga
atau makanan, jelas aku pilih makanan. Bunga itu ya buat dilihat-lihat aja,
misal kalau pas main ke taman. Buat dipajang? Paling dua hari sudah layu.
Sehari lalu, untuk pertama kalinya aku mendatangi
deretan kios bunga yang terletak tidak jauh dari Bogor Trade Mall (BTM). Tepat di
seberang gerbang Kebun Raya Bogor (KRB). Di sana ada sekitar lima atau enam
kios yang menjajakan bunga segar seperti mawar, krisan, dan entah apa lagi yang
tak kuketahui namanya. Kios bunga di Bogor kota juga bisa ditemui di area Tugu
Kujang, namun harganya relatif lebih mahal. Jadi aku sarankan kalau mau cari
bunga segar di Bogor Kota dengan harga miring, silakan ke seberang pintu KRB
yang dekat BTM.
Sampai di sana, aku yang semula lemas akibat panas
menyengat langsung bersemangat. Wah, bunga-bunga yang mereka jajakan
benar-benar indah. Sayang, kondisi di sana kotor, becek, plus dekil. Andai saja
dibuat lebih manis dengan desain klasik ala-ala Eropa pasti lebih keren. Datang
ke kios bunga aku jadi ingat tentang kios bunga di desa Ipsach, Swiss yang
pernah diceritakan Mbak Hanum Rais dalam salah satu novelnya.
Pengennya kios bunga yang begini |
Kios bunga di desa Ipsach tidak dijaga oleh penjual. Pembeli
bebas memilih bunga mana saja yang mereka inginkan, lalu meletakkan uang sesuai
dengan label harga ke tempat yang sudah disediakan. Kalau uang kita pecahan
besar, dalam kotak yang lain sudah disediakan uang kembalian. Kita tinggal
ambil sesuai dengan uang kembalian yang seharusnya kita terima. Prinsip kejujuran
sepertinya benar-benar diterapkan oleh masyarakat Swiss. Lha kalau Indonesia
menerapkan prinsip seperti itu, bisa-bisa bunga yang ditinggal ludes tanpa imbalan
uang sepeser pun.
Okay, kita kembali pada pembicaraan kios bunga yang
kudatangi. Harga bunga antara satu kios dengan yang lain tidak terlalu jauh
berbeda. Sekitar 5000 rupiah untuk satu tangkai mawar dan 10.000 sampai 15.000
untuk rangkaian bunga berukuran sedang. Selanjutnya harga ditetapkan tergantung
seberapa besar dan jenis bunga yang diinginkan pembeli.
Ceritanya mereka lagi nego kalau belinya 20k, buketnya bakal segede apa? |
Halaman penuh bunga-bunga, it's something ;) (http://www.decosee.com/) |
Sekarang, halaman rumahku kosong. Jangankan tanaman bunga,
semak-semak pun tidak ada. Saat kutanya pada Ibu kenapa tidak mau menanam
bunga, beliau bilang tidak sempat merawat. Suatu saat nanti, kalau aku tinggal
di rumah dalam waktu cukup lama, atau aku sudah punya rumah sendiri, aku pasti
akan menanam banyak bunga di halaman rumah. Terutama bugenvil dan mawar. Untuk sekarang cukup lihat-lihat aja dulu, mana yang bagus ya dibeli buat teman.
huaaaaaaaaaaww cantiikkk cantik skali masyaALLAH
ReplyDeletepengen deh kesana juga heheh...
bagus bagus pengen beli :D
ReplyDeletebunganya...indah sekali...
ReplyDeleteHihihi...pas jamannya sidang dulu sudah ada yang datang sambil hora hore di jendela blakang senengnya minta ampun. Eh ini bawa makanan jangan bunga ya, ih seneeeengnya tambah deh.
ReplyDeleteWih .... Tertarik ma bunga yang bawah. Indah plus murah. :D
ReplyDeletePenasaran bgt sama krisan, belum pernah bisa hidup di halamanku
ReplyDeletesaya juga suka bunga-bunga. Di rumah ada beberapa bunga. Tapi yang rajin merawat itu suami saya. Dia lebih telaten :)
ReplyDeletejadi berbunga baca postingan ini , harusm semerbak kaya yang punya blognya
ReplyDeleteOoo, jadi lebih milih makanan dari pada bunga.... haha..
ReplyDelete