Sahabat
Muslimah, adakah di sini yang ingin membuka usaha sendiri, atau sudah
menjalankan usahanya? Kali ini aku ingin sedikit bercerita sekaligus berbagi
tips langkah membesarkan usaha dari blogger internasional sekaligus motivator,
Chris Guillebeau, dalam free ebooknya berjudul 279 days (get your copy for
free here).
Dalam
ebook tersebut, Chris mengupas habis perjalanannya dari seorang nothing menjadi
something melalui blog yang dibangun sejak 2008. Percaya atau tidak, Chris
berhasil menjadi blogger profesional hanya dalam waktu 9 bulan lebih saja.
Lupakan
itu sejenak, karena sebagai pembuka, biarkan aku sedikit bercerita latar
belakangku menuliskan ini. Jadi ceritanya sejak hari wisuda tanggah 26 Agustus
lalu, aku segera hijrah ke Bintan (sekitar 30 menit via ferry dari Batam). Aku
berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang mapan di sini, mengingat banyaknya
perusahaan bergengsi di kawasan Bintan Industrial Estate, juga sektor wisata
internasionalnya di area Lagoi.
Sejak
awal aku sudah berniat untuk tidak jadi karyawan selamanya, dan ingin membuka usaha secepatnya. Hanya saja untuk masa-masa awal, aku
benar-benar butuh banyak modal untuk menata hidupku di sini. Jadi aku butuh
pekerjaan sementara.
Namun
hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan, tidak satu pun pekerjaan yang
singgah padaku. Pertama aku sempat masuk hingga tahap interview di perusahaan
Jepang, namun karena sesuatu hal mereka tidak jadi merekrut. Apa karena nilai
dan hasil tesku jelek?
Tidak.
Seorang staff bahkan menghubungi dan bilang aku adalah kandidat paling kuat.
Sayangnya manajer departemen yang akan kumasuki kurang percaya. Hasil tes
tertulis, matematika, bahasa Inggris, hingga psikotes yang kulakukan 99% benar.
Dia bilang posisi yang kupilih jauh berada di bawah kemampuanku. Masalahnya, ia
takut nanti aku mendapat pekerjaan yang lebih baik lalu kabur sebelum habis
kontrak.
Baiklah,
setidaknya itu alasan yang terhormat.
Lamaran
kedua kulayangkan ke perusahaan internasional yang bergerak dalam bidang produksi peralatan
medis. Lama menanti panggilan interview yang tak kunjung datang. Hingga suatu
sore, sekitar satu minggu lalu, aku mendapati dua panggilan tak terjawab dari
nomor yang tak biasa.
Setelah
kutanyakan pada sepupu yang lebih berpengalaman, ia bilang itu adalah nomor PT.
Esoknya aku menelepon balik, sayangnya sulit sekali tersambung. Pernah berhasil
tersambung, tapi waktu itu bagian HRD Staff belum datang. Security menyuruhku
menelepon satu jam lagi. Begitu kutelepon, justru tidak bisa tersambung.
Baiklah
sepertinya aku harus melupakan posisi yang kuincar di perusahaan ini. Aku
sedikit terhibur karena kegagalan ini bukan karena mereka tidak
mempertimbangkan lamaran dan CV-ku, melainkan karena kelalaianku sendiri.
Sekarang 3 bulan hampir berlalu. Dan aku masih doing nothing. Aku tidak masalah dengan diriku sendiri, karena ada sumber penghasilan lain yang masih bisa kuandalkan. Alhamdulillah sejak Agustus, aku memang tidak lagi meminta uang ke orangtua.
Sekarang 3 bulan hampir berlalu. Dan aku masih doing nothing. Aku tidak masalah dengan diriku sendiri, karena ada sumber penghasilan lain yang masih bisa kuandalkan. Alhamdulillah sejak Agustus, aku memang tidak lagi meminta uang ke orangtua.
Namun
masalahnya, aku sudah berbohong pada nenek dan kakek. Mereka terus menanyakan
apakah aku sudah mendapatkan pekerjaan atau belum, dan pada akhirnya, aku
bilang sudah. Sekarang mereka tahunya aku sudah bekerja. Begitu juga
orang-orang di kampung halaman.
Keadaan
ini sempat membuatku sedikit frustasi. Hingga akhirnya aku berpikir ulang, “Apa
yang salah? Ayolah temukan apa yang salah? Jika yang tamatan SMA saja bisa
diterima, kenapa aku tidak?”
Pertanyaan
tersebut tak kunjung terjawab. Sampai di suatu sore, saat aku duduk sendirian
di balkon, terlintas sebuah jawaban, “Mungkin masalahnya tidak terletak pada
diriku. Tapi Allah punya rencana lain yang lebih baik untukku. Apa mungkin
Allah ingin aku langsung memulai usaha?”
Kemudian
saat aku masuk ke dalam rumah, televisi sedang menampilkan show Islam itu Indah di channel Trans Vision.
Ya, show ini memang tayang sesudah Subuh di Trans TV, dan tayangan ulangnya
disiarkan lagi di Trans Vision pada sore hari menjelang Maghrib.
Aku sudah lupa
apa tema pada hari itu, yang jelas tentang jangan trauma. Di salah satu moment,
Ustad Maulana berucap sambil jumpalitan dengan gaya khasnya, “Mau tau gimana
bisa dapat pekerjaan meskipun sudah ditolak dimana-mana?”
Ia
diam sejenak, memamerkan wajah sok angkuh, “Jawabannya... bikin pekerjaan!” Ia
berkata enteng.
Kalimat
itu mungkin bernada gurauan, namun ternyata sempat membuatku termenung sejenak.
Ya, jika aku tidak diterima bekerja, berarti aku lah yang harus menciptakan
pekerjaan untuk diriku sendiri. Lagipula selama ini apa yang membuatku terus
menunda nanti dan nanti? Modal? Jelas-jelas modalnya sudah ada.
Aku pengecut. Itulah yang sebenarnya.
Aku pengecut. Itulah yang sebenarnya.
Malam
itu juga aku menghubungi sepupuku yang lain, bilang padanya bahwa kita harus
segera memulai. Dia setuju. tanpa buang waktu, aku segera mencari ide logo,
packaging, hingga kartu untuk promosi. Mungkin kita masih nothing, tapi it’s
okay. Be bigger than we really are! Inilah salah satu tips favorit yang
kuadopsi dari Chris Guillebeau.
Ingin
tahu apa lagi tips-tips hebat yang bisa memotivasi? Mari kita lihat! Tips
berikut sudah kumodifikasi karena Chris menulisnya khusus bagi mereka yang
ingin sukses di dunia blogging.
1. Ciptakan sesuatu yang remarkable
Remarkable
bukan sesuatu yang super hebat sampai-sampai orang tidak mampu menjangkau.
Hebat bukan melulu tentang sesuatu yang tinggi. Tidak harus produk sekelas
intel atau black box pesawat juga yang diproduksi, cukup hal-hal sederhana,
marketnya bagus, sustainable, lalu kita bisa meng-upgrade nya.
Seperti
di sini, awalnya aku berniat untuk membuka usaha peternakan puyuh. Karena sektor
peternakan berkembang cukup bagus. Bahkan harga tidak ditentukan oleh pasar,
melainkan dari peternak. Hanya saja untuk permulaan, aku pikir ini kurang
strategis.
Aku
harus memesan bibit ke Jawa terlebih dahulu, dan ini akan memakan banyak
budget. Hingga akhirnya, aku memutusan usaha bakery. Di sini masih kota kecil,
yang kunilai pertumbuhannya cukup menjanjikan. Sudah banyak penjual makanan,
tapi untuk bakery yang profesional, they don’t have. Aku sempat membeli satu
potong brownis di toko dekat laut, dan ternyata rasanya sangat mengecewakan.
Padahal toko itu sudah lumayan ramai.
Hal
lain yang mendorongku terjun ke dunia makanan, tidak lain karena materi bisnis
yang kudapatkan selama kuliah. Salah satu dosen sempat bilang, “Kalau kalian
ingin buka usaha yang sudah pasti pasarnya, bukalah usaha di bidang makanan
atau bahan bakunya. Kalau pakaian mungkin orang tidak beli setiap hari, tapi
makanan? Selebihnya tinggal bagaimana kalian membuat makanan yang dijual itu
digemari.”
Yes,
aku memang kuliah di pertanian. Tapi percaya atau tidak, setiap hari kami
didoktrin untuk jadi pengusaha. Aku pernah belajar membuat aneka makanan
lengkap dengan uji-ujinya (organoleptik contohnya), membuat ide dan proposal
bisnis, presentasi produk, mendesain packaging
dan logo hingga mencetaknya. Itu semua dipelajari pada dua semester
akhir.
Jadi
ini lah kenapa aku tidak tertarik untuk ikut tes pegawai negeri. Karena tiap
hari otaknya sudah dicuci untuk berwirausaha. Insya Allah.
2. Clearly Answer the “Reason Why”
Saat
berpikir untuk menghasilkan suatu produk, ada baiknya kita bertanya pada diri
sendiri, “Mengapa orang lain harus menyukai produk yang kita jual?”
Mau tidak mau pertanyaan ini akan menuntun kita untuk mengetahui kelebihan produk tersebut untuk akhirnya bisa dijadikan bahan promosi. Jika kita sendiri saja tidak tahu jawabannya, orang lain pun begitu. Pada akhirnya, produk kita hanya akan menjadi angin lalu yang tidak berbekas.
3. Prioritize Marketing Over Everything Else
Untuk
sebuah bisnis, jualan, atau apalah ia disebut, sebenarnya adalah tentang seberapa
pintar kita mempromosikannya. Orang lain tidak akan tahu seberapa enak kue yang
kita jual, seandainya mereka tidak pernah tahu, terlebih mencobanya.
Jadi
saat starting, lupakan dulu keuntungan. Untuk yang bergerak di bidang makanan,
turunlah ke spot-spot yang ramai, suruh mereka mencicipi secara gratis, sebarkan
kartu/brosur, siarkan pada tetangga dan teman-teman, serta jangan lupa berikan
diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak.
Aku
rasa di dunia digital seperti sekarang, promosi akan jadi lebih mudah dengan
memanfaatkan internet. Salah satunya dengan membuat fanpage, ciptakan foto yang
menarik, kemudian keluarkan uang untuk
iklan di facebook. Jangan takut kehilangan uang demi promosi, because it will
be totally paid off.
4. Be Bigger than I Really Am
Ya, orang lain tidak peduli apakah usaha kita
ini masih baru atau sudah berkembang. Mereka hanya memperhatikan yang tampak.
Seperti Chris, ketika masa-masa awal ia menulis di blog, pembacanya bahkan
tidak genap 100 orang. Tapi Chris berlaku seolah pembaca blognya sudah ratusan
ribu. Dia menulis dengan percaya diri, seolah dia sudah tersertifikasi dalam
hal profesionalitas.
Jika
kita ingin menjual produk, contohnya makanan, maka buatlah ia terlihat
profesional. Tidak peduli pembelinya baru satu orang (itu pun ngutang), yang
jelas siapkan packaging yang menarik, tambahkan logo, tulisan halal, dan
buatlah testimoni sebanyak mungkin. Percaya atau tidak, pembeli itu lebih
memperhatikan kekerenan melebihi
segalanya.
Contoh,
ada dua penjual brownis talas bogor yang berjualan berdampingan. Penjual A
menggunakan kotak yang cantik plus ada pitanya, sementara penjual B hanya menggunakan kotak bertuliskan ‘selamat
menikmati’.
Kira-kira
manakah yang lebih menarik pembeli?
Aku
sendiri jelas pilih yang kotaknya bagus. Seseorang akan lebih bangga saat
menenteng oleh-oleh dalam kotak bagus, ketimbang kotak ‘selamat menikmati’.
Meski yang dibawa ya sama-sama brownis talas, tetap saja gengsinya itu yang
tidak boleh disamakan.
Tentu
saja kita tidak boleh mengabaikan kualitas dan rasa brownis yang dijual.
Mentang-mentang kotaknya bagus, eh soal rasa malah hamburadul. Dijamin pembeli
tidak akan pernah kembali lagi.
5. Build Long-Lasting Relationships
Bagi
seorang penjual, pembeli adalah raja. It’s really true! Aku belajar hal ini
dari sepupu yang punya usaha ayam potong. Baginya kepuasan pembeli di atas
segalanya. Ia bahkan sering menelepon pembeli dan menanyakan, “Apakah puas
dengan ayamnya?”.
Sedangkan untuk pembeli langganan, ia menjalin komunikasi
layaknya teman dekat. Ia terus memfollow up dan rutin bertanya perkembangan
bisnis katering atau ayam goreng si pelanggan.
Terkadang ia memberikan harga
spesial yang tidak didapatkan oleh pembeli lain. Dengan cara ini, trust akan
terbangun dan pembeli tidak ingin berpindah ke lain hati.
Yuk sama-sama praktekkan lima hal di atas! BACA JUGA: Top 4 Online Shop Terbaik untuk Muslimah.
Lots of Love
Sofia
Hohoho, cocok bangetlah buat para pengusaha yang ingin sukses.
ReplyDeleteterimakasih mba tips suksesnya
ReplyDeletesaya coba terapkan, semoga bisa sukses juga :)
Cari Tiket Pesawat dan tiket kapal Online Super Cepat dan murah??
ReplyDeletehttp://selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!
Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??
Yang memiliki potensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di http://agenselltiket.com
INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI:
No handphone : 085372801819
PIN : D10398A5
bisa untuk langsung dicoba inimah gan
ReplyDeletememang begitulah nikmatnya proses ber wirausaha
ReplyDeletechcek IG @WARUNGFD Raja Puyuh
kami menerima catering dalam jumlah besar & kecil
untuk harga Normal 15.000
bisa berubah sesuai AKAD