Saturday 27 February 2016

RESTORAN HALAL DI CHINA



China halal food (www.foodstreet.com.my)

Kebanyakan masyarakat Indonesia yang berpelesir ke luar negeri, khususnya ke negara minoritas Muslim, pasti memikirkan tentang kehalalan makanan di tempat tujuan. Banyak pertanyaan dan keraguan yang menggelayut di hati ketika menghadap menu yang disajikan. 

Hal ini juga dialami oleh banyak wisatawan Indonesia yang mengunjungi Cina. Mungkin karena sering melihat menu Cina di film-film kebanyakan berbahan dasar babi, jadinya beranggapan bahwa semua makanan di sana tercemar daging babi. Selain karena hal tersebut, ada juga kekhawatiran tentang penyembelihan hewan-hewan halal yang kemungkinan besar tidak menyebut nama Allah. Tentu saja jatuhnya juga menjadi makanan tidak halal. 

Dalam Islam, hal tersebut dimaafkan apabila kita memakannya karena ketidak tahuan atau tanpa sengaja. Namun, bukan berarti memilih untuk pura-pura tidak tahu agar bisa makan sepuasnya di negeri orang. 

Di Cina sendiri, makanan halal sudah banyak dijual di restoran-restoran berlabel halal yang tersebar di seluruh penjuru kota, terutama di Beijing. Meski Cina merupakan negara non Muslim, di negeri Panda ini dapat dijumpai komunitas Muslim yang melaksanakan ajaran Islam dengan taat, salah satunya menghindari makan makanan yang diharamkan seperti daging babi. Jumlah umat Muslim di Cina pun cukup besar yaitu diperkirakan berjumlah 22 juta jiwa dari 1,3 milyar penduduk Cina.

Dahulunya selama dinasti Yuan berkuasa, metode halal penyembelihan hewan dan menyiapkan makanan dilarang. Begitu juga saat kepemimpinan kekaisaran Mongol.  Larangan tersebut dimulai oleh Genghis Khan yang melarang Muslim dan Yahudi untuk menyembelih hewan mereka dengan cara mereka sendiri, dan membuat mereka mengikuti metode Mongol. Namun sekarang, perlahan-lahan masyarakat Muslim Cina kembali menerapkan ajaran agamanya dengan baik, termasuk dalam hal penyembelihan hewan dan penyiapan makanan.

Secara tradisional, terdapat perbedaan antara masakan Muslim Utara dan Selatan Cina, meskipun keduanya sama-sama memanfaatkan daging kambing dan domba. Muslim di Cina Utara kebanyakan hanya memasak sapi dan sangat jarang memasak itik, udang, dan makanan laut. Sedangkan Muslim di Cina Selatan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena ketersediaan bahan baku. 

Dulunya, sapi di Cina hanya digunakan untuk aktifitas pertanian sehingga pemerintah Cina melarang untuk memotong hewan tersebut. Namun karena Cina Utara memiliki akses dekat dengan daerah terpencil yang tidak mampu dikendalikan pemerintahan seutuhnya, mereka bisa dengan mudah memotong sapi lalu mengangkutnya ke Cina Utara. Karena iklim yang kering, Cina Utara sulit untuk memperoleh bahan-bahan seperti itik, udang, dan makanan laut lainnya. 

Saat ini, kota-kota besar di Cina sudah banyak yang menyajikan menu-menu halal, meskipun masih kalah banyak dengan restoran non halal. Kebanyakan restoran tersebut menawarkan mi yang tidak begitu mahal. Sebagai pengenal, restoran tersebut memasang gambar-gambar, karpet, dan lukisan dinding yang berhiaskan tulisan Arab.

Makanan halal yang dalam bahasa Cina disebut sebagai qingzhen cai dapat dengan mudah ditemukan di kawasan dimana terdapat komunitas Muslim, seperti di Niujie Street di Beijing dan Moslem Street di Xian. Di kawasan tersebut dapat dengan mudah dijumpai restoran yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat Muslim Cina yang berasal dari suku-suku minoritas seperti Uyghur dan Hui. Selain restoran, terdapat pula supermarket Muslim yang menjual berbagai produk makanan halal seperti daging segar, sosis, mie instan dan lain sebagainya. 
 
Moslem Street di Xian (china.org.cn)
Meski awalnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan umat Muslim sendiri akan makanan halal, namun dalam perkembangnya, restoran yang dimiliki umat Muslim juga dipenuhi pengunjung non-Muslim. Mereka berpendapat bahwa restoran yang dikelola umat Muslim lebih bersih, berkualitas dan bervariasi dibandingkan restoran-restoran lain.

Tidak hanya restoran-restoran untuk umum, kafetaria di universitas pun sudah membedakan menu untuk mahasiswa Muslim dan non muslim. Biasanya untuk mahasiwa Muslim diberi label ‘Qingzhen’. Cukup dengan menunjukkan kartu mahasiswa, petugas kafetaria akan mengijinkan mahasiswa Muslim memilih makanannya. Hal serupa juga diberlakukan saat ada jamuan-jamuan besar di saar Ramadhan dan Idul Fitri.
 
Lamian (nipic.com)
Di Beijing, restoran yang terkenal dengan menu lamian adalah Western Mahua Restaurant yang buka 24 jam. Restoran ini terdapat di beberapa lokasi di Beijing seperti di Wangfujing yang berdekatan dengan Tiananmen dan Forbidden City. Selain itu terdapat pula di Baijiazhuang Road, tidak jauh dari kantor KBRI Beijing. Adapun beberapa makanan Muslim yang lazim dijumpai di restoran Cina antara lain lamian, kebab, chuanr, nang, suan cai, dan roti.

2 comments:

  1. agak suah buat cari makanan yang boleh dimakan muslim tapi skrg udh mulai banyak muslim yg kesana jadi mulai juga dibedakan makanan nya :)

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah sudah banyak tempat makan yang halal di negeri orang

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...