China halal food (www.foodstreet.com.my) |
Kebanyakan
masyarakat Indonesia yang berpelesir ke luar negeri, khususnya ke negara
minoritas Muslim, pasti memikirkan tentang kehalalan makanan di tempat tujuan.
Banyak pertanyaan dan keraguan yang menggelayut di hati ketika menghadap menu
yang disajikan.
Hal ini juga dialami oleh banyak wisatawan Indonesia yang
mengunjungi Cina. Mungkin karena sering melihat menu Cina di film-film
kebanyakan berbahan dasar babi, jadinya beranggapan bahwa semua makanan di sana
tercemar daging babi. Selain karena hal tersebut, ada juga kekhawatiran tentang
penyembelihan hewan-hewan halal yang kemungkinan besar tidak menyebut nama
Allah. Tentu saja jatuhnya juga menjadi makanan tidak halal.
Dalam Islam, hal
tersebut dimaafkan apabila kita memakannya karena ketidak tahuan atau tanpa
sengaja. Namun, bukan berarti memilih untuk pura-pura tidak tahu agar bisa
makan sepuasnya di negeri orang.
Di Cina sendiri,
makanan halal sudah banyak dijual di restoran-restoran berlabel halal yang
tersebar di seluruh penjuru kota, terutama di Beijing. Meski Cina merupakan
negara non Muslim, di negeri Panda ini dapat dijumpai komunitas Muslim yang
melaksanakan ajaran Islam dengan taat, salah satunya menghindari makan makanan
yang diharamkan seperti daging babi. Jumlah umat Muslim di Cina pun cukup besar
yaitu diperkirakan berjumlah 22 juta jiwa dari 1,3 milyar penduduk Cina.
Dahulunya selama dinasti Yuan
berkuasa, metode halal penyembelihan hewan dan menyiapkan makanan dilarang. Begitu
juga saat kepemimpinan kekaisaran Mongol. Larangan tersebut dimulai oleh
Genghis Khan yang melarang Muslim dan Yahudi untuk menyembelih hewan mereka dengan cara mereka sendiri, dan membuat mereka
mengikuti metode Mongol.
Namun sekarang, perlahan-lahan masyarakat Muslim Cina kembali menerapkan ajaran
agamanya dengan baik, termasuk dalam hal penyembelihan hewan dan penyiapan
makanan.
Secara
tradisional, terdapat perbedaan antara masakan Muslim Utara dan Selatan Cina,
meskipun keduanya sama-sama memanfaatkan daging kambing dan domba. Muslim di
Cina Utara kebanyakan hanya memasak sapi dan sangat jarang memasak itik, udang,
dan makanan laut. Sedangkan Muslim di Cina Selatan sebaliknya. Hal ini
disebabkan karena ketersediaan bahan baku.
Dulunya, sapi di Cina hanya
digunakan untuk aktifitas pertanian sehingga pemerintah Cina melarang untuk
memotong hewan tersebut. Namun karena Cina Utara memiliki akses dekat dengan
daerah terpencil yang tidak mampu dikendalikan pemerintahan seutuhnya, mereka
bisa dengan mudah memotong sapi lalu mengangkutnya ke Cina Utara. Karena iklim
yang kering, Cina Utara sulit untuk memperoleh bahan-bahan seperti itik, udang,
dan makanan laut lainnya.
Saat ini,
kota-kota besar di Cina sudah banyak yang menyajikan menu-menu halal, meskipun
masih kalah banyak dengan restoran non halal. Kebanyakan restoran tersebut
menawarkan mi yang tidak begitu mahal. Sebagai pengenal, restoran tersebut
memasang gambar-gambar, karpet, dan lukisan dinding yang berhiaskan tulisan
Arab.
Makanan halal yang dalam bahasa Cina disebut sebagai
qingzhen cai dapat dengan mudah ditemukan di kawasan dimana terdapat
komunitas Muslim, seperti di Niujie Street di Beijing dan Moslem Street di Xian.
Di kawasan tersebut dapat dengan mudah dijumpai restoran yang dimiliki dan
dikelola oleh masyarakat Muslim Cina yang berasal dari suku-suku minoritas
seperti Uyghur dan Hui. Selain restoran, terdapat pula supermarket Muslim yang
menjual berbagai produk makanan halal seperti daging segar, sosis, mie instan
dan lain sebagainya.
Meski awalnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
umat Muslim sendiri akan makanan halal, namun dalam perkembangnya, restoran
yang dimiliki umat Muslim juga dipenuhi pengunjung non-Muslim. Mereka
berpendapat bahwa restoran yang dikelola umat Muslim lebih bersih, berkualitas
dan bervariasi dibandingkan restoran-restoran lain.
Tidak hanya restoran-restoran untuk umum, kafetaria di
universitas pun sudah membedakan menu untuk mahasiswa Muslim dan non muslim.
Biasanya untuk mahasiwa Muslim diberi label ‘Qingzhen’.
Cukup dengan menunjukkan kartu mahasiswa, petugas kafetaria akan mengijinkan
mahasiswa Muslim memilih makanannya. Hal serupa juga diberlakukan saat ada
jamuan-jamuan besar di saar Ramadhan dan Idul Fitri.
Di Beijing,
restoran yang terkenal dengan menu lamian adalah Western Mahua Restaurant yang buka 24 jam. Restoran ini terdapat di
beberapa lokasi di Beijing seperti di Wangfujing yang berdekatan dengan
Tiananmen dan Forbidden City. Selain
itu terdapat pula di Baijiazhuang Road, tidak jauh dari kantor
KBRI Beijing. Adapun beberapa makanan Muslim yang lazim dijumpai di
restoran Cina antara lain lamian, kebab, chuanr, nang, suan cai, dan roti.
agak suah buat cari makanan yang boleh dimakan muslim tapi skrg udh mulai banyak muslim yg kesana jadi mulai juga dibedakan makanan nya :)
ReplyDeletealhamdulillah sudah banyak tempat makan yang halal di negeri orang
ReplyDelete