Seorang wanita berkisah (dalam buku Menjadi Wanita Paling Bahagia karya Syaikh Aidh Al Qarni): Suamiku meninggal dunia saat aku berumur tiga puluh tahun. Waktu itu, aku telah dikaruniai lima orang anak. Tak ayal, dunia pun terasa gelap gulita di mataku: dari hari kehari aku hanya bisa menangis seraya meratapi nasibku hingga kering airmataku. Aku semakin putus asa dan hari-hariku terus diliputi oleh kesedihan, kegundahan dan kecemasan. Apalagi, bila aku mengingat kelima anak-anakku yang masih kecil-kecil, sedang diriku sama sekali tidak memiliki pendapatan yang memadai untuk hidup mereka. Akhirnya, aku pun menjual sedikit demi sedikit harta peninggalan suamiku yang tak seberapa.
Syahdan, suatu hari aku menyendiri di kamar sambil mendengarkan siaran al Qur’an dan ceramah dari sebuah radio transistor. Lalu, terdengarlah olehku seorang syaikh menuturkan, “Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan mengusir segala kesedihan yang menghantuinya dan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya.” Sejak mendengar ceramah itu, aku terus memperbanyak istighfar. Demikian juga dengan anak-anakku: aku perintahkan mereka untuk melakukan hal yang sama. Tak disangka, enam bulan kemudian sebuah proyek besar membutuhkan sebagian tanah kami dan siap memberi ganti rugi berjuta-juta.
Bersamaan dengan itu, anakku yang pertama berhasil menjadi pelajar teladan di kota kami. Bahkan, ia sudah hafal al Qur’an dengan sempurna dan mendapat undangan pengajian di masyarakatku. Singkat cerita, sejak hari itu rumah kami serasa dipenuhi dengan anugerah: hidup kami lebih nyaman dan sejahtera dan Allah menjadikan putra-putriku sebagi orang-orang yang sukses dan saleh.
Demikianlah: kesediham, kecemasan, kerisauan, dan kegelisahan pun sirna dariku. Dan akhirnya, aku pun menjadi wanita paling bahagia.
Mbak, terima kasih banyak untuk pengingatnya. :)
ReplyDeleteSubhanallah, terima kasih sudah mengingatkannya, Sofi. :)
ReplyDelete