Sunday, 5 March 2017

Padang, dan Percakapan Manis



“Apakah itu menyenangkan?” tanyaku suatu ketika, saat kita duduk bersebelahan di sebuah padang yang teduh.

“Maaf?” Kau mengkonfirmasi.

Aku tersadar, pertanyaan barusan sedikit kurang sempuna.

“Maksudku, apakah itu menyenangkan menjadi seorang dokter sekaligus memiliki hobi menulis?”

Kau mengangguk, tersenyum, menarik napas dalam, memandang jauh ke depan pada kawanan burung yang terbang rendah. Angin padang menerpa kita, menerbangkan anak rambutmu.

“Sejujurnya, profesiku sebagai dokter sudah cukup menyenangkanku. Merawat pasien tidak hanya sekadar kuanggap sebagai tugas, tetapi juga kebahagiaan. Lalu kebiasaanku menulis, itu tidak lain karena kamu selalu menyukai tulisanku.”

Aku tersenyum. Sepertinya wajahku sudah bersemu merah. Kau selalu bersikap dan berkata manis, terlepas dari aku tidak tahu apakah itu kalimat rayuan semata atau kejujuran. Tapi biarlah, aku tak perlu bertanya soal itu. Mendengar ucapanmu barusan sudah membuatku cukup lega.

“Ya, sesibuk apapun dirimu di Rumah Sakit, kuharap kau tak pernah lupa untuk menulis. Paling tidak sekali dalam tiga hari. Jika pasien lain sembuh karena resep obat darimu, maka aku selalu sembuh karena tulisanmu.” Kataku. Sama-sama perkataan gombal.

“Sebuah pengakuan yang merugikan, Mariam.” Senyummu lebar, menatapku sesaat. “Sekarang aku tahu betapa kamu sangat bergantung padaku. Kamu tahu, hal seperti ini tidak baik. Menjadi seorang wanita akan lebih menguntungkan bila kamu sedikit cuek, dengan begitu lelaki merasa harus berjuang dua kali lebih giat demi mendapatkan hatimu.” kau mengerjipkan mata, kemudian tersenyum mengejek.

“Aku tidak peduli. Lagipula aku pun tahu bahwa kau sangat bergantung padaku. Jika kau coba-coba tak menulis, maka aku pun akan berhenti membuatkan capcay setiap hari Ahad.” Kini aku memasang wajah cemberut.

Kau tertawa. “Kumohon jangan balas dendam. Ini menyakitkan.” 

Baiklah, pada akhirnya aku yang menang. Kita berdua tertawa lirih bersamaan dengan sekawanan merpati yang singgah di antara hamparan bunga

2 comments:

  1. hihihi seru banget kak ceritanya hehe

    ReplyDelete
  2. Kalo beekerja dengan hati kadang ga ada beban jadinya, mengobati malah menjadi kesenangan tersendiri. bahkan merasa bersalah kalo tidak membantu banyk

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...