Cinta Versiku: Gampang Diatur!

 

Cinta??? Siapa tak kenal cinta? Dari bangsa jin sampai manusia kayaknya udah hapal bener sama yang namanya cinta. Entahlah jin cinta dari mana yang masuk ke dalam hatiku pagi ini, sampai-sampai tanganku bergerak sendiri buat mengetikkannya di sini.

Cinta itu apa, sih?

Huaaahhh....rumit! Udah bejibun definisinya, tapi tetep aja setiap orang punya definisi masing-masing. Kamu lebih pahamlah soal cinta, kagak perlu didefinisiin, deh!

Yap, seperti kata Jalalludin Rumi “Cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan.” Ya nggak, sih?

Nah, kalau kalian tanya ke aku, pernah nggak sih aku jatuh cinta? Cinta monyet sampai cinta kingkong sekalipun?

Hmmm...pasti pernahlah. Hanya saja menurutku cinta itu urusan gampang! Yup, bener! Cinta versiku adalah cinta versi gampang diatur! Haha, maksud?

Gini loh teman-teman, aku nggak tahu pasti apakah ini berlaku pada diriku sendiri atau pada setiap manusia. Entah kenapa, aku itu gampang banget buat mencintai someone, asalkan masuk kriteria aja, deh! Nggak ada tuh namanya cinta sejati—menurutku. Ya, hari ini aku jatuh hati sama si dia, yang baik hati, saleh, de es be. Tapi besoknya, nemu yang lain, eh jatuh hati juga. Di tengah kegalauan itu, akhirnya aku hanya bisa berdoa, agar Tuhan kelak mengirimkan laki-laki yang baik untuk kujadiin imam.

Menurutku sih, nggak perlulah yang namanya nangis sampe mau bunuh diri segala hanya soal cinta. Cinta itu gampang diatur. Percaya, deh! Argumenku ini diperkuat oleh statusnya Mbak Oki Setiana Dewi, nih baca: 

Selesai umrah tadi.. Maimoona datang ke hotel. Rasanya bahagia sekali karena sudah 2 tahun lamanya tak bertemu.

Bagi sahabat-sahabat semua yang sudah baca buku ke 3 saya, Cahaya di Atas Cahaya tentu sangat kenal dengan sang hafidzoh satu ini.. sahabat yang banyak mengingatkan saya akan Allah.. sahabat yang menemani hari-hari saya selama di berada di kota cahaya , Makkah 2012 silam.

Dalam setiap pertemuan kalimat Moona tak pernah jauh dari ayat-ayat Qur'an ataupun hadits. Dan malam ini Moona mengingatkan saya akan ayat terakhir surat Al Kahf 110:

" .... Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengam sesuatupun dalam beribadah kepada-Nya".

Oh ya, Moona baru saja menikah minggu lalu. Moona bercerita sedikit tentang proses perkenalannya yang cepat. Moona menerima karena keluarga besarnya setuju, laki-laki ini baik dan shalih di mata keluarga dan para sahabat.

Saya tanya pada Moona,

"Kamu cinta sebelumnya pada suami kamu?”

Dia menggeleng. Moona bilang 'sebelum menikah tidak. cinta tumbuh pelan-pelan setelah menikah Oki. Ketika dia cinta Allah maka tumbuh pula cintaku padanya'.

Masya Allah moona... barakallah...

Tuh, kan? Ternyata nggak cuma aku doang yang berpikiran cinta itu gampang diatur. Yang jelas, perbaiki diri aja dulu, banyakin silaturrahim, banyakin berdoa, banyakin senyum, kejar cita-cita, baru deh ntar cinta-cintaan. Yap, bagiku cinta nggak boleh main-main, siap nggak nikahin? Kalau nggak mending nggak usah deh berucap cinta (Duh, kayak udah senior cinta aja).

Tahu nggak? Ibuku di kampung sana itu selalu aja kepo setiap kali telpon. Tanyain udah punya pacar apa belum? Nyeritain pacarnya anak-anak sedesa yang seumuran denganku, lah. Maksudnya apa coba?

Ibu memang berbeda dengan Bapak. Kalau Bapak sih nyaranin nggak usah pacar-pacaran, ntar juga kalau udah saatnya bakal datang laki-laki tepat yang melamar, katanya. Bapak juga sering mewanti-wanti (hampir setiap kali menelepon), bilang kalau milih suami nanti pentingin dulu soal iman. Iman itu nomor satu bagi Bapak. Kata Bapak, kalau agamanya baik, insya Allah segalanya baik. Duh, jadi pengen nangis kalau ingat nasehat Bapak. Apalagi Bapak itu termasuk orang terhormat (cieh) di kampung sana, selalu dinomor satuin lah kalau ada acara-acara agama, termasuk setiap kali ada pernikahan plus walimah di desa sana. Bapak sering jadi saksi, de es be.

Nah, beberapa waktu kemaren, ada dua pasang muda-mudi desa yang menikah dini gitu (adik kelasku waktu SD), ya menikah gara-gara hal begitulah—kamu pasti tahu itu apa! (udah kayak novel Harry Potter aja). Jadinya, oleh karena itu, akibatnya, sepulang dari acara, Bapak langsung menelepon dan menjabarkan nasehat panjang. Bapak bilang, nggak usahlah maen pacar-pacaran, apalagi sampai ngelakuin hal begituan, kalau mau menikah langsung bilang aja, Bapak nggak mungkin ngelarang-larang, asalkan laki-laki itu baik agamanya.

"Idih...siapa juga yang punya pacar. Tenang aja Babam...hehe"

Abisnya Bapak menasehati seolah-olah aku punya pacar aja di sini. Dulu sih sempat punya pacar, waktu akhir-akhir SMA. Sebelum pacaran sih sering ketemu—soalnya dia tutorku gitu di Universitas nomor satu, Riau—tapi setelah pacaran, satu kalipun nggak pernah ketemu lagi, ampe sekarang! Pacaran juga nggak bertahan lama, hanya dua atau tiga bulan,  nggak betah aku. Sekarang sih aku berdoa, semoga nggak terjerumus pacar-pacaran lagi.

Untuk saat ini, merekalah yang paling kucintai :)

Aku mau lebih fokus memperbaiki diri dulu, ngebahagiain ortu, silaturrahim, cari teman sebanyak-banyaknya, sambil berdoa tentunya. Berharap yang datang nanti adalah laki-laki yang tepat, baik agamanya, syukur-syukur kalau dia laki-laki Turki—haduh! Iya, nih, bio singkat di side bar tentang aku yang pengen punya suami orang Turki itu nggak bohong, lho! Aku serius.

Oh iya, aku juga pengennya nikah muda. Sekitar umur 20-22,5 tahun nanti. Semoga di umur segitu udah ada hal berarti yang kuberikan pada Bapak-Ibu. Semoga juga cita-citaku membangun peternakan sudah terwujud juga di umur segitu. Jadi, bisa untuk mencukupi biaya pendidikan adikku. Selain itu, nggak khawatir juga kalau seandainya aku nantinya nggak tinggal di negeri ini. Maksud? Apa sih, mau tahu aja! Hehe

Okehhhhh, deh! Pegel, nih. Aku sengaja nggak nulis soal beginian pake bahasa melow plus berpuitis ria. Nulis inipun sambil santai aja, yang penting apa yang pengen kusampai’in nyampe ke teman-teman semua. Mohon doanya, ya...semoga bisa istiqomah nggak pacaran, istiqomah memperbaiki diri, dan plus-plus lainnya. Kita saling mendoakan.

Remember! Cinta itu gampang diatur. Ntar seiring berjalannya waktu, cinta itu pasti tumbuh sendiri. Siapapun dia yang datang nanti—sesuai kriteriaku dong—walaupun nggak saling kenal saat ini, insya Allah aku bisa mencintaimu. (Cieh...dalem banget!).

Ah, udah ah! Görüşürüz....