Friday 14 February 2014

Teruntuk Saudaraku: Tanyakan Pada Rumput yang Bergoyang (Musibah Kelud)


"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk".
[al Baqarah/2:155-157]

 

Perjalanan ini
Terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan.
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan.

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap kering rerumputan
Perjalanan ini pun,
seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit.

Barangkali di sana ada jawabnya,
mengapa di tanahku terjadi bencana?

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita,
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.
Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Ada rasa yang berbeda saat lagu Pak Ebiet di atas mendayu-dayu dari ponselku malam ini. Ingatan membawaku pada sebuah suasana gelap berdebu dan balutan udara panas yang sedang mengepung saudara-saudara kita, di Jawa Timur. 
Negeri ini kembali berduka, bencana datang silih berganti, dan lagu Pak Ebiet selalu mengiringi berita-berita duka itu. Tapi mengapa sedikit sekali yang mau menghayati bait-bait lagu tersebut? Yang apabila didengarkan sepenuh hati, akan membuat air mata menetes dengan sendirinya.
"Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang."

Rumput yang bergoyang tidak akan pernah menjawab apapun, kita semua pasti tahu itu, karena itu hanya kalimat majas. Diri kita sendirilah yang harus diberi pertanyaan itu. Lalu, sudahkah kita bertanya pada diri sendiri?

Tulisan kecil ini kupersembahkan untuk saudara-saudaraku di Jawa Timur sana (Kampung halaman Bapak), yang tengah dirundung nestapa bencana, yang mungkin sedang duduk meringkuk di tenda-tenda, mengenang nasib rumah mereka. Yang mungkin para Ibu tengah tertawa pura-pura untuk menghibur anak-anak mereka, untuk memberikan ketenangan pada buah hati mereka. Yang mungkin para Ayah sedang duduk menahan air mata, teringat sawah yang mulai menguning entah apa nasibnya.

Bersabarlah, saudaraku...

Kaum Sadum dan Gomorrah dihancurkan dengan hujan batu akibat kedurhakaan dan perilaku homo seksual mereka, dan kaum Nuh ditenggelamkan karena keangkuhan dan kebutaan mereka. 

Apakah musibah dan bencana hanya ditimpakan bagi mereka yang durhaka?

Bila engkau lupa, mari kita ingat kembali, bagaimana rupa jenazah para syahid di perang Uhud? Ketika Hamzah dihujam dengan tombak, kemudian dirobek dadanya, dicabut jantungnya? 

Bagaimana rupa jasad Mush’ab bin Umair? Pemuda tampan yang dulunya selalu berpakaian indah itu syahid dalam keadaan yang sebaliknya.

Mush’ab adalah pembawa bendera Rasulullah saat perang Uhud, dan ketika perang sedang berkecamuk, Ibnu Qumaiah dengan menunggang kuda datang menebas tangan Mush’ab. Tidak menyerah, Mush’ab tanpa memedulikan rasa sakit menarik kembali bendera Rasulullah ke satu  tangannya yang masih utuh. Tapi kemudian, Qumaiah menebas tangan Mush’ab lagi. Pemuda tampan itupun tersungkur. Dengan lantang ia mengulang kembali ucapannya sebelumnya:
“ Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.”

Dengan kedua pangkal lengannya, Mush’ab merangkak mendekati bendera Rasulullah, lalu mendekapnya dengan semangat yang masih tetap berapi-api. Namun, Qumaiah dengan cepat menancapkan tombak ke lambung Mush’ab hingga akhirnya pemuda itu wafat.

Apakah kamu masih ingat kisah itu, sahabat? 

Bagaimana dengan kisah Hussein cucu Rasulullah, saat di Karbala? Kisah Rasulullah yang dilempari batu dan caci maki dari penduduk Thaif? Padahal ketika itu Rasulullah datang dengan harapan mendapat perlindungan. 

Lalu, kisah kaum Muhajirin yang menempuh panasnya gurun pasir demi memperoleh keamanan menjalankan Islam di Madinah? Kisah pembantaian muslim di Bosnia pada tahun 1992-1995? Ketika para laki-laki dipisahkan dari wanita, lalau mereka diberondong senjata. Sementara itu, kaum wanita diperkosa secara masal oleh tentara Serbia. Ingat ketika para tentara itu menelanjangi para Imam Masjid? Memenggal kepala mereka? Menggoreskan luka berbentuk salib di tubuh mereka? Kemudian menjadikan kepala mereka sebagai bola mainan? Masih ingatkah?

Musibah dan bencana akan menjadi azab bagi mereka yang durhaka, dan menjadi ujian bagi mereka yang bertakwa. Aku tidak tahu apakah peristiwa Kelud, Sinabung, dan sebagainya ini merupakan ujian atau azab dari Tuhan. Pertanyaan yang harus kita tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Negeri ini Negeri Cincin Api, kita tidak bisa memungkiri. Ratusan gunung api melingkari Indonesia dengan letusan-letusan yang tidak mungkin bisa dihindari. Mereka akan beraksi sesuai sunnatullah, atau yang disebut sebagai ‘hukum alam’ bagi mereka yang tidak percaya dengan sunnatullah. Tak perlu disesali.

Semoga kita tetap bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Semoga kita tetap berkarya dan berjuang untuk mewujudkan surga dalam lingkaran neraka. Tanah ini—yang dilingkari cincin api, yang beralaskan tiga buah lempeng dunia—adalah anugerah Tuhan untuk Indonesia.

Untuk saudaraku, jangan lupa mengucapkan:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا

“Kita milik Allah semata dan sesungguhnya hanya kepada-Nya semata kita kembali. (QS. Al-Baqarah [2]: 156). Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku, dan berilah aku ganti yang lebih baik daripada musibah yang telah menimpa.” (HR. Muslim)

Bersabarlah, sesungguhnya Tuhan melihat dan menilai kesabaran kita...
Bogor, 14 Februari 2014

12 comments:

  1. I also pray for East Java, Darling!
    Actually Indonesia is a precious country, what things you don't have? think about it. It is just a small exam for your country, your goverment, your people. Just keep smile, darling ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks...
      Wish this disaster will overcome soon :) you are right, just thankful everything which God was gave us... :)

      Delete
  2. Dalam banget. thanks for your share...

    ReplyDelete
  3. Tak sanggup menahan pilu dihati,,,kini ku mendapat jawaban dari langit ketujuh, mengapa langkahku terhalang untuk mengejar ilmu di Kampung Inggris di Kediri Desember lalu, inilah jawabannya, terjadi musibah dan bencana Kelud yang tak terduga. Allah Maha Tahu, sedang saya sempat protes,, :"(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah..Allah Maha Tahu segalanya Kak :)

      Delete
  4. Yap...sesungguhnya cobaan Allah itu hanya sedikit. Nggak perlu dipikir terlalu berat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali, Mak.
      Terimakasih sudah berkunjung :)

      Delete
  5. semoga semuanya cepat berlalu ya , semoga diberikan kesabaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin...Ya Rabb
      terimakasih sudah berkunjung Mak :)

      Delete
  6. Kalau ada bencana selalu terdiam, terpekur. Kita itu sebenarnya lemah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, Mak. Hanya saja kita terlalu sombong dan angkuh ketika dianugerahi kebahagiaan.
      terimakasih sudah berkunjung :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...