My Village's View |
After a girl is
grown, her little brothers—now her protectors—seem like big brothers.
[Terri Guillemets]
Pagi itu titik-titik
embun masih belum hilang dari setiap helai daun yang tumbuh di kampung
halamanku. Pagi yang sangat kukenali bahkan sejak aku mampu mengingat tentang
hidupku sendiri. Dan seperti waktu-waktu yang lain, kampung halaman adalah
tempat yang membuatku merasa hidup seutuhnya. Ketika di perantauan, terkadang
aku menganggap diriku sendiri layaknya orang asing, namun ketika kembali ke
rumah, ke tanah kelahiran, mereka semua mengingatkanku bahwa di sinilah semua
kehidupanku dimulai, dan di sini pula semua tujuan perjalananku di perantauan
sana...
Seorang pemuda cilik mengikuti langkahku menyusuri
jalanan desa kami. Langkahnya sangat riang dan menganggap keberadaanku di sana
seumpama seorang peri baginya. Bahkan sejak awal kedatangan, pemuda cilik itu juga yang berlari menyongsongku dengan
senyum merekah. Aku sangat mempercayainya, meski aku diminta memilih antara
sepuluh laki-laki lain atau pemuda cilik itu, sungguh sampai kapanpun aku akan tetap
memilihnya karena kepercayaan itu. Dan aku tidak pernah meragukan satu hal: di
saat semua orang tidak ada lagi yang mempercayaiku, pemuda cilik itu akan tetap
membelaku.
Terkadang aku terbawa
emosi saat bermain dengannya dan dengan begitu ringan tanganku memukulnya, tapi
tak sekalipun ia mau membalas. Pernah satu kali tanganku bergerak sangat cepat
lalu mendarat dengan keras di pipinya karena aku tak tahan ia mengejekku dengan
seorang teman laki-laki, aku sangat yakin pukulan itu menyakitkan, spontan ia mengangkat tangan untuk membalas.
Namun tahukah, ia tidak pernah melakukan itu. Ia tarik kembali tangannya dan
pergi begitu saja dengan wajah murung. Saat itu aku merasa sangat berdosa
padanya. Pilihannya untuk tidak membalas justru membuatku sangat menyesal.
Dia adalah adikku.
Adik satu-satunya. Saudara kandung satu-satunya yang sejak dulu sangat kunanti
kehadirannya. Adik kecil yang saat kelahirannya membuatku menjadi gadis kecil
yang paling bahagia di dunia karena telah diaugerahi seorang teman bermain. Aku
menungguinya tidur di ayunan dengan senang hati. Memandanginya dimandikan Ibu.
Menyuapinya meski aku belum pandai mengulurkan sendok dengan tepat kala itu.
Ya, sejak kelahirannya dia adalah malaikat kecilku, dan sekarang pun tetap
begitu.
Kemaren tanggal 03
Oktober ia genap berusia 13 tahun. Aku merasa sangat berdosa apabila tidak
menyempatkan diri untuk sekadar membuat tulisan kecil untuknya. Walaupun
sekarang ia tidak membaca tulisan ini, harapanku tetap sama seperti tahun
sebelumnya, berharap suatu saat ia akan membacanya dan mengetahui betapa
aku mencintainya.
Selamat ulangtahun
Dik...
Mbak tuliskan ini
tepat di hari ulang tahunmu, dan maaf baru sempat menerbitkannya hari ini.
Kamu adalah doa Mbak
setiap hari, dan harapan Mbak hari ini semoga semua doa kebaikan untukmu
dikabulkan Yang Maha Kuasa... Semoga kehadiranmu adalah berkah bagi semua orang...
There’s no other love like the love for a brother. There’s
no other love like the love from a brother.
[Terri Guillemets]
Selamat ulang tahun buat adik laki-laki satu-satunya. Semoga kehadirannya membawa berkah bagi keluarga.
ReplyDeleteAamiiin... terimakasih Mas Lutfi :)
DeleteKami sekeluarga di Pontianak (Kalimantan Barat) Juga turut mengucapkan selamat ultah ya. Happy Birthday. Bahagia dan sukses selalu
ReplyDeleteAamiiin... terimakasih Mas Asep.... :)
Deleteselamat ulang tahun buat adiknya :)
ReplyDeleteAamiiin... terimakasih Mbak Natha :)
DeleteWah, mirip nih Mbak sama adiknya :) beda usianya lumayan jauh ya..
ReplyDeletePasti mbak sayang banget ya sama adiknya, namanya juga saudara satu2nya :)
Aamiiin... terimakasih Mbak... alhamdulillah sayang...
DeleteAlhamdulillaah..., saya ikut bahagia.
ReplyDeleteSelamat Ulang tahun buat adiknya ya, Mbak.
Semoga sehat selalu dan jadi anak yang shalih.
Aamiiin... terimakasih Pak. Syukron katsiron...
Delete