Wednesday, 15 October 2014

Jika Memang Rasa Itu Tidak Pernah Sampai

Source: click here
Aku ingin melihat wajahmu pada sebatang pohon, pada matahari pagi, dan pada langit yang tanpa warnaJalaluddin Rumi

Siang itu di kotaku sedang berada di puncak musim panas, ketika seorang gadis berlari ke arahku. Debu dan dedaunan kering yang tersapu oleh kakinya beterbangan.

“Seorang laki-laki sangat setia menantiku, bahkan ia sudah terang-terangan mengatakan untuk datang melamar. Keluargaku sudah mengenalnya karena memang dia adalah tetanggaku. Dan, dia adalah ustadzku dulu ketika di Pesantren.” Ceritanya tanpa diminta. Aku menutup halaman sebuah buku yang sejak tadi kubaca, melihat ke wajahnya yang sembab. Sepertinya ia sudah memikirkan masalah ini selama beberapa hari terakhir.

“Lalu masalahnya? Bukankah seharusnya kamu bahagia?” aku bertanya. Dalam hati aku justru menganggap hal yang dialami sahabatku itu sebuah anugerah. Perempuan mana yang tidak bahagia jika mendapat kemuliaan dan penghargaan setinggi itu dari seorang laki-laki?

“Tidak sedikit pun aku mencintainya. Sungguh sejak bertahun-tahun lamanya dia terus mencoba, tapi selama itu pula hatiku tidak pernah tersentuh olehnya. Sofi, aku wanita sederhana dan juga menginginkan cinta yang sederhana. Aku hanya ingin suatu hari laki-laki yang kucintai juga mencintaiku dan datang pada orang tuaku. Pengorbanan, pembuktian cinta, atau segala macam pernak-pernik seperti yang sudah diberikan laki-laki yang tadi kuceritakan sama sekali tidak kubutuhkan. Aku hanya ingin hidup dan mengabdikan diriku kelak pada laki-laki yang kucintai. Itu saja.” Ceritanya dengan mata yang penuh harapan.

“Itu bukan perkara sederhana. Aku sendiri tidak memiliki kepandaian yang cukup untuk bisa menyederhanakan walau sekadar lewat kata-kata. Terkadang, kita memang harus mengikhlaskan dia yang kita harapkan. Bukan karena tidak mencintainya, tapi seperti itulah cara untuk menghargai. Menghargai takdir, menghargai pilihannya, dan menghargai kehidupan kita sendiri.”

Aku bukan seorang yang ahli dalam masalah seperti ini. Lebih sering jawaban yang kuberikan hanya diam dan lebih banyak mendengarkan. Namun dalam tulisan, aku merasa memiliki sedikit waktu lapang untuk berpikir sebelum menjawab atau mengungkapkan sesuatu. Itulah sebabnya kuberanikan untuk menuliskan cerita sahabatku ini, seorang gadis manis yang menurutku memang benar sangat sederhana.

“Lalu aku harus menerima laki-laki itu?” tanyanya kembali.

“Jika aku menjawab pertanyaanmu, akan ada pertanggung jawaban yang berat saat jawaban itu kamu tunaikan. Aku tidak bisa memberikan jawaban apapun. Namun, kamu bisa memantapkan hatimu dengan cara meminta petunjuk pada-Nya. Petunjuk dari-Nya adalah jaminan untukmu agar tidak ada penyesalan.”

“Baiklah...” ucapnya sambil melayangkan pandangan ke langit biru yang sangat cerah sekligus menyilaukan.

"Lalu, apakah kamu menyimpan seseorang dalam hatimu kini?" aku bertanya lagi.

Ia mengangguk kecil, "Tapi dia tidak pernah tahu dan aku pun tidak memiliki cukup keberanian untuk memberi tahu..."

Aku menelan ludah, tidak tahu harus menimpali seperti apa. Pembicaraan  kami berakhir setelah beberapa kalimat lagi. Ia harus pergi untuk mengikuti perkuliahan selanjutnya dan meninggalkan aku sendiri dengan seribu pertanyaan.

Berapa banyak wanita yang memiliki masalah sama seperti sahabatku itu, ketika ia yang diharapkan tidak pernah menyadarinya, sebaliknya yang tidak dikagumi justru datang berkali-kali? Dan untuk laki-laki yang setiap saat namanya disebut-sebut oleh sang wanita, yang sosoknya dikenang meski tanpa berani menyapa, tidak bisakah hatinya tersentuh sedikit saja? Lalu untuk ia para wanita yang menyimpan rapat-rapat rasanya, tidak jugakah laut dan daratan mau membantu menyampaikan perasaan itu?

Sahabatku, barangkali sekali lagi kita harus tersadar. Apa yang tersimpan dalam hati seorang anak manusia di luar kendali manusia yang lain. Jika rasa itu memang tidak pernah sampai, tidak ada salahnya kita menuruti kalimat Rumi, yaitu dengan melihat wajahnya pada sebatang pohon, pada matahari pagi, dan pada langit yang tanpa warna. Semoga suatu saat kelak, wajah yang selalu kamu hadirkan itu mau tersenyum padamu, atau kamu yang sudah bisa mengganti wajah itu dengan ia yang selama ini menghadirkanmu dalam doa-doanya.

Bogor, 16 Oktober 2014


2 comments:

  1. Undangan Menjadi Peserta Lomba Review Website berhadiah 30 Juta.

    Selamat Siang, setelah kami memperhatikan kualitas tulisan di Blog ini.
    Kami akan senang sekali, jika Blog ini berkenan mengikuti Lomba review
    Websitedari babastudio.

    Untuk Lebih jelas dan detail mohon kunjungi http://www.babastudio.com/review2014


    Salam
    Baba Studio

    ReplyDelete
  2. aaaahhhh aq sedih bacanya sofiiiiiii hiks hiks

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...