Macau without any expectation
“Aku mau
meninggalkan Jakarta sejenak buat ngelupain Abimanyu, juga buat ngilangin
stres.” Ucapku pada Ulfa, teman yang menelepon malam hari begini hanya untuk
bertanya keberadaanku.
Saat itu aku
sudah duduk di pesawat yang akan membawaku ke Macau dari bandara Kuala Lumpur.
Tak ada seorang pun yang tahu kalau pagi tadi aku bertolak dari Jakarta menuju
negeri Jihan, termasuk temanku yang sedang berbicara di ujung telepon ini.
Hubunganku
dengan Abimanyu, laki-laki yang sudah menemaniku selama 6 tahun terakhir harus
kandas karena alasan sepele. Dia jatuh cinta pada perempuan lain, kemudian
mencampakkanku begitu saja. Kita resmi tanpa ikatan dua hari lalu. Di saat
seperti itu, tanpa alasan yang jelas, aku juga dipecat dari pekerjaan sehari
lalu.
Aku melirik
bayangan wajah di layar ponsel. Ya Tuhan, wajahku sudah mirip mayat hidup.
Pantas saja petugas imigrasi di dalam bandara tadi menanyakan apakah aku
baik-baik saja.
“Kamu dimana
sekarang?” tanya temanku lagi, membuatku tersadar dari lamunan.
“Kuala Lumpur.”
Aku menjawab singkat.
“Ngapain?”
“Sekarang
sudah di pesawat.”
“Ha, mau
kemana?” tanyanya mengejar.
“Macau.”
“Astaga...seorang
wanita yang sedang patah hati lalu berpelesir ke Macau tidak akan berakhir
indah. Kamu nggak lagi pengen ngabisin uang tabungan buat main kan? Atau
terjun dari puncak Macau Tower?” suara Ulfa di ujung sana terdengar cemas.
“Tidak tahu.
Aku hanya sedang ingin ke luar negeri tanpa harus mengurus visa. Singapura,
Malaysia, dan Hongkong sudah terlalu sering. Tidak ada salahnya ke Macau.”
“Tapi...Macau
is a borring city.” Ucapnya dengan suara melemah.
Hatiku sedikit
tersentak. Baru ingat kalau Ulfa sempat berkunjung ke Macau awal tahun ini. Dia
pasti tidak mengada-ngada. Ah, yang benar saja. Kalau begitu Ulfa benar, kota
yang membosankan tidak baik untuk perempuan dalam masalah sepertiku.
Aku
mengembuskan napas, kemudian menjawab, “I don’t care.”
Jawaban itu
sebenarnya tidak sesederhana seperti yang kuucapkan. Nyatanya dalam hati aku
tetap cemas. Benarkah Macau adalah kota yang membosankan?
Pertemuan di Macau Fisherman’s Wharf
Sekian jam di
pesawat kuhabiskan untuk tidur. Begitu sampai dan keluar bandara, kupingku
seketika disambut suara-suara aneh yang terasa asing.
“Porto...por siempre...alejandro...dono kasino
indro...”
Ya, inilah Macau yang
terletak pada 70 km sebelah barat daya Hong Kong dan
145 km dari Guangzhou, adalah koloni Eropa tertua di Tiongkok,
sejak abad ke-16.
Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan terhadap Makau kepada Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 1999, dan Macau kini
merupakan sebuah Daerah Administratif Khusus Tiongkok.
Penduduknya kebanyakan bertutur dalam Bahasa
Kantonis dan Portugal. Bahkan sedikit sekali yang bisa berbahasa
Inggris. Penduduk Macau kebanyakan tidak begitu mementingkan bahasa Inggris,
mereka bangga dengan bahasa Kanton dan Portugal.
Seorang
laki-laki yang kutanyai tadi pun menggeleng sambil melambaikan tangan. Oh, ternyata
dia juga nggak open sama bahasa Ingrris. Terpaksa aku menyotoikan diri naik
transportasi, hingga akhirnya sampai di pelataran Macau Fisherman’s Wharf yang
lokasinya tak jauh dari pelabuhan penyeberangan Macau-Hongkong.
Kukeluarkan kamera pocket dan mengambil
beberapa gambar. Namun jika mengingat tidak ada yang bisa mengambil foto diriku,
sedih kembali menghampiri. Akhirnya aku memilih duduk di salah satu sudut
pelataran dan mengamati sekeliling.
Ulfa benar.
Tempat ini tidak cukup sakti untuk menghilangkan rasa sakit hati dan
kekecewaanku. Bukan tidak cantik, areal bermain seluas 120 meter persegi ini
sangat indah jika dibandingkan beberapa wisata bermain di negara sendiri.
Bangunan-bangunannya didesain dengan perpaduan Barat dan Cina. Berfoto dengan
latar belakang area ini akan membuat kita seperti berada di Roma. Kelebihannya,
di sana terdapat kuil yang akan membawamu masuk ke dalam film-film Kung Fu.
Perpaduan yang harmonis dan indah.
Di sini cocok
sekali untuk Mak-Mak yang bawa anak, bisa diajak main F1 Simulator, Initial D,
Gundam, atau Guitar Heroes. Lalu aku? Lain kali saja kalau aku sudah punya anak
nanti (halah, baru juga diputusin).
“Hey, why you look so sad?” sebuah pertanyaan menguar dari sampingku. Sontak aku menoleh. Cukup terkejut ketika mendapati seorang lelaki sudah duduk di sampingku.
“I am happy.” jawabku singkat.
Ia tertawa
kecil. “Orang yang sedang bahagia tidak mungkin berwajah pucat mirip vampir
sepertimu. Kamu menangis dalam dua atau tiga malam terakhir. Wajahmu seperti orang
mati alias mayat hidup.”
Sotoy. Ucapku
dalam hati. Ternyata budaya sotoy bukan cuma peninggalan kebudayaan purbakala
asli Indonesia. Buktinya, laki-laki ini, baru kenal juga sudah menyotoykan
diri. Dan apa katanya? Aku mirip orang mati? Kurang ajar sekali.
Aku kembali
menoleh padanya dengan wajah garang, “Itu urusanku. Lalu apa urusanmu
mengataiku orang mati?”
Senyumnya
merekah, “Teman, ketika hati seorang manusia kehilangan kebahagiaan dan tidak
memiliki harapan, itu sama saja dengan mati. Tampaknya kamu jalan sendirian.
Ayo ikut aku. Akan kutunjukkan padamu The Real of Macau.” Ia berdiri, menanti
respon dariku.
Dengan posisi
berdiri seperti itu, penampilannya bisa tertangkap jelas. Dia laki-laki
jangkung berkulit putih. Jiwa traveler dalam dirinya tertangkap jelas. Ia
mengenakan celana yang panjangnya sampai di bawah lutut, dipadukan kaos
berwarna putih. Sebuah kamera DSLR menggantung manis di lehernya.
“Apa garansi keselamatanku?” tanyaku menyelidik. Siapa tahu aku malah diculik, dimutilasi, kemudian dijual kiloan di pasar daging. No one knows.
“You believe in God? So God as your garantee. Lagipula kamu punya dua kaki yang bisa dipakai untuk melarikan diri dariku.”
Ah, jawaban
yang membuatku tidak bisa berkutik lagi. Baiklah, tidak ada salahnya juga.
Kalau dia coba-coba, aku punya suara segede petir saat berteriak. Nilai plus,
aku juga juara lari tingkat kecamatan waktu kelas 5 SD. So, walaupun nggak jago kung fu, aku punya cara buat menyelamatkan
diri. Finally, aku menyetujui
tawarannya.
Kuil A Ma, Persembahan
untuk Dewi Pelaut
“Your name?” tanyanya ketika kami sudah duduk di dalam bus. Saat itu aku belum tahu destinasi selanjutnya.
“Zhanza. Yours?”
“Zhanza? Not familiar. I am Mustafa.”
Aku mengernyit. “Mustafa?”
“Ya, Mustafa and i am Muslim. Jangan kaget, saya dari Turki. Hanya saja sudah dua minggu berada di Macau.” Ia menjelaskan.
Ada sedikit
kelegaan dalam hatiku, perjalanan bersama orang yang satu agama menjadi garansi
lebih. Kemudahan paling ketara yaitu soal memilih makanan halal.
“Itu adalah
Grand Lisboa.” Ia menunjuk ke arah luar jendela. Mataku mengikuti.
Seketika aku menangkap
sebuah bangunan kaca tinggi dengan arsitektur yang menyegarkan mata.
“Bangunan 58 lantai, memiliki tinggi 261 meter. Gedung itu bukan satu-satunya gedung pencakar langit di Macau, so tidak mustahil kalau kota ini dijuluki Las Vegas-nya Asia.” Ia menjelaskan. “Kupikir kita tidak perlu singgah, kamu bisa berfoto di depannya nanti atau besok malam. Itu akan jadi background yang lebih indah ketika malam.”
Aku hanya
manggut-manggut. Bus terus melaju hingga akhirnya ia menekan bel dan kami turun
di salah satu bus stop.
“Kita sampai
di Kuil A Ma.” Katanya seraya menunjuk kuil yang berdiri tak jauh dari kami.
Kami berjalan
mendekati kuil. Mustafa mengambil beberapa gambar, termasuk mengarahkan
kameranya ke arahku dua atau tiga kali. Aku pun sibuk dengan kameraku sendiri.
Tidak berbeda jauh dengan Macau Fisherman’s Wharf, areal ini juga dipadati
banyak turis mancanegara. Kuil berwarna oranye dengan ukiran-ukiran khas Cina
itu memang sangat memikat. Sejenak lupa pada masalah yang beberapa terakhir
sangat mengangguku.
Indera penciuman kami dipenuhi aroma dupa dari tempat peribadatan yang ada di dalam kuil. Mustafa berjalan mendekat dan memulai ceritanya. Kuil ini telah dibangun sejak abad ke-16, usianya bahkan lebih tua dibandingkan Kota Macau sendiri. Nama Macau pun berasal dari nama kuil ini, yaitu A-Ma-Gau yang berarti tempat A-Ma. Kuil ini awalnya dipersembahkan untuk Dewi Mazu, yang menurut kepercayaan masyarakat sekitar merupakan Dewi Pelaut. Menurut kisah yang tersebar, A-Ma ingin pergi ke Kanton menggunakan kapal. Namun sayangnya, di tengah perjalanan ombak meluluh lantahkan seluruh kapal. Yang tersisa hanyalah kapal yang berisi gadis miskin tersebut. Setibanya di Macau, gadis tersebut hilang hingga akhirnya muncul kembali dalam bentuk seorang dewi di tempat berdirinya kuil ini sekarang.
“So touching story...” responku.
Dia tersenyum
kecil kemudian mengangkat kamera dan membidikkan tepat pada dua perempuan
berambut pirang yang sedang meraba-raba dinding kuil.
“Ayo, kamu
lapar kan? Sekarang masih pukul 09.23. Kita bisa mengerjakan shalat Zuhur di
waktu Asar di Mosquita de Macau, di Ramal Dos
Moros nanti sore sekitar pukul 15.00
atau lebih sedikit. Sebenarnya kamu bisa shalat di hotel, tapi mumpung aku
sedang libur hari ini, tidak ada salahnya sekalian kuajak kamu melihat masjid
satu-satunya di kota ini.”
Kembali aku mengangguk, idenya
bagus.
Empat potong Portuguese Egg Tart
Kami
berjalan beriringan menuju spot selanjutnya. Mustafa bilang kami akan
mengunjungi Senado
Square. Sebelumnya kami singgah terlebih dahulu di Ponte
16. Ini salah satu
icon kota Macau. Ponte 16 merupakan salah satu bangunan terbesar yang
diintegrasikan pada resort-resort mewah serta beberapa objek hiburan. Dibangun
di pelabuhan Inner Macau dengan luas
sekitar 270.000 meter persegi. Resort yang dibangun dengan mengadaptasi
pluralisme dan budaya dari negara Portugal ini memiliki mesin game sebanyak 320
buah. Di Ponte 16
ini juga menyediakan kamar dan hotel dengan jumlah sekitar 423 yang memiliki
fasilitas kelas satu. Tapi
magnet utama bagi turis seperti kami adalah MJ Gallery. Museum mendiang King of
Pop Michael Jackson.
“Di sini
tersimpan 40 memorabilia dan replika asli sang raja pop, michael Jackson, including
the cream leather rhinestone glove he wore for his first Moonwalk performance
on television. Do you love
MJ?”
Aku tidak
mengatakan tidak, juga tidak mengiyakan. Siapa yang tidak kenal MJ? Bahkan
Kakek dan Nenekku pun mengenalnya. Hanya saja aku bukan fan berat MJ, sekadar
suka dengan gaya nyentrik dan dance-nya
yang khas.
“And me too.” Ucapnya seolah mengerti alasanku.
Setelah puas
jadi pengamat di MJ Gallery, kami langsung tancap menuju tujuan utama yaitu
Senado Square. Sebelumnya Mustafa mengajakku mampir dulu di sebuah kios yang
menjual egg tart, makanan khas Macau yang yummi dan kresh banget.
Delapan egg tart ada di tangan
Mustafa sekarang, dan ia memberikan setengahnya padaku. Duh, perut udah mulai
keroncongan mirip iklan air kacang ijo di televisi. Untuk menikmati kue-kue
mungil yang ranum itu kami duduk di salah satu kursi. Kulirik Mustafa
melahapnya dengan nikmat, aku mengikuti. Kue mungil ini berbentuk mangkok,
berwarna kuning keemasan, lalu bagian tengah lebih lembut dengan tambahan
cokelat. Dan wow, ini benar-benar kue yang lezat. Rasanya pecah di lidah. Roti
unyil Bogor kalah saing deh. Dan suasana hatiku tampaknya sudah mulai membaik
sekarang.
“Di Macau ada dua egg tart populer, yaitu Lord Stow dan Margaret’s. Untuk yang sekarang kita nikmati, no brand. Tapi soal taste sama lezatnya. Kamu berani lomba menghabiskan?” Mustafa memberikan tawaran.
“Yeessss...i am the winner.” Aku menunjukkan wajah sombong pada Mustafa yang masih berjuang mengandaskan potongan egg tart terakhirnya.
“Kamu curang.” Katanya sambil berusaha menelan egg tart. Mungkin terasa seret.
Tanpa peduli aku menjulurkan lidah, kemudian melenggang meninggalkan kursi
tersebut. Mustafa mengikuti dari belakang.
Yummy Fishball di Areal Senado Square
Senado Square
merupakan salah satu lokasi pasar kota terbaru di Macau yang memiliki ciri
warna dan arsitektur bangunan bergaya Portugis kental. Jalan sempit dan
bangunan berbatu yang dihiasi dengan pusat-pusat perbelanjaan dan restoran
menjadikan keunikan tersendiri sekaligus sebagai daya tarik bagi para wisatawan
yang datang dan menghabisi waktu liburannya di Macau. Area ini adalah alun-alun
kota, sekaligus surga belanja dengan nuansa Eropa. Berasa di London. Bagi para
fotografer, suasana Senado Square yang merupakan paduan antara budaya China dan
Portugis yang sangat layak untuk diabadikan.
Letaknya di
daerah pusat semenanjung Macau. Kawasan ini memiliki luas kurang lebih 3.700
meter persegi. Pada tahun 2005 Senado Square resmi masuk ke dalam daftar
warisan dunia UNESCO. Alasannya sederhana dan masuk akal, karena kawasan ini
merupakan bagian dari pusat sejarah Macau.
“Kalo jalan terus sampai ujung, kamu akan melihat Ruins of St. Paul’s Church.” Mustafa memberi tahu.
Meskipun ini
adalah tempat belanja yang dijejali aneka brand terkenal, aku memilih untuk
tidak belanja apa-apa. Pemecatanku tentu menjadi alasan yang paling kuat, tidak
ada jaminan untuk finansialku ke depan. Sedikit berhemat.
“Tidak ingin
belanja?” tanya Mustafa sambil menunjuk outlet Gucci. Secepat gledek aku
menggeleng, pura-pura sibuk memotret. Sepertinya laki-laki itu tahulah gelagat
cewek nggak punya duit, alasan nggak suka belanja, atau nggak tertarik, padahal
akar masalahnya cinta kantong doang.
Kami berjalan terus hingga sampai di Ruins of St. Paul’s Church, yang merupakan salah satu simbol Macau yang sangat
terkenal. Dulunya, St. Paul’s Church adalah sebuah gereja megah dan pada tahun
1835 terjadi kebakaran melanda gereja ini. Semua bangunannya runtuh, namun
hanyalah bagian depannya saja yang masih tersisa, yang dinamakan Ruins of St.
Paul’s Church.
Tidak jauh
dari area itu, Mustafa kembali mampir di salah satu kedai yang menjajakan aneka
makanan seperti kai pin tong yi tan (fish ball), ka
lei yi tan (curry fish ball). Tiap kios memamerkan aneka fishball,
bakso, sosis, daging, jeroan, seafood
dan sayuran yang sudah ditusuk. Mustafa bilang, kedai yang paling ramai berarti
itu menjual makanan paling enak. Yaa, walaupun ngantri sebentar. Akhirnya dua
tusuk sosis sudah ada di tanganku. Mustafa sendiri memilih dua tusuk fishball dengan lumuran saus tomat. Uap
panasnya bersatu dengan rasa pedas and it’s
sooo yummy... Gigitan pertama membuatku tidak sabar untuk gigitan
selanjutnya. Kresh...
“Halal?” tanyaku, padahal satu tusuk sosis sudah lenyap.
“Haha...lalu kalau tidak halal kamu mau memuntahkan satu tusuk sosis yang sudah kamu makan?”
Memasang wajah
manyun adalah cara jitu versiku untuk menghentikan candaan yang tidak
proporsional. Sadar ekspresiku berubah, laki-laki itu akhirnya menjelaskan.
“Don’t worry. I also know about halal and haram. Aku sudah menanyakan kepada penjualnya tadi, mereka bilang ini halal.”
Pesona Grand Canal Ala Venice
“Kamu belum pernah ke Venice kan? Kalau gitu ayo. Kalahkan rasa lelahmu.” Kata Mustafa begitu melihatku berat untuk melangkahkan kaki.
“Lihat aku pakai sepatu dengan heels lima senti. Ini sakit sekali.” Aku menunjuk sepatu warna cokelat yang kukenakan.
“Kalau gitu duduk saja di sini. Jangan pergi kemana-mana. Aku ingin ke toilet sebentar sekaligus mencari sesuatu.”
Aku diam tanpa menjawab apapun. Mau ke toilet aja
pakai izin segala. Lagian aku nggak bakal berani keluyuran sendiri di tengah
keramaian begini, siapa yang menjamin kalau aku nggak bakal diculik lalu
dijadiin daging kiloan.
Tak sampai lima menit kemudian, Mustafa sudah
kembali. Kali ini aku jadi sangat tersentuh begitu ia mengulurkan kotak sepatu
kets.
“Cepat ganti sepatumu, semoga ukurannya cocok. Kita harus mengejar bus menuju Venetian Resort.”
Tanpa bisa
berkata-kata, segera kuganti sepatu itu yang ternyata pas banget, sesuai kaki.
Duh, pengen nangis guling-guling di aspal. Abimanyu yang kuratapi itu pun tak
pernah sekali pun membelikan sesuatu padaku sesuai kebutuhan seperti ini.
Akhirnya
dengan hati yang campur-aduk seperi adonan kue apem, aku mengikuti langkah
Mustafa mencari bus bertuliskan venetian yang akan membawa kami menuju Venetian
Resort.
Dan...akhirnya
setelah sekian puluh menit, sampai juga kita di resort mewah bin jumbo yang
pasnya buat foto-foto—mau makan atau naik gondola: mahal.
Resort
ini adalah hotel tunggal terbesar di Asia dan bangunan terbesar keenam di dunia. Fasilitas kelas mewah di Venetian
Resort ini bisa untuk menampung 10.000 tamu sekaligus. Interiornya seperti
kota kecil. Ada nama jalan-jalannya juga. Meniru suasana Venice di italy,
pastinya ada kanal-kanal air dan gondola. Kompleks ini dinamakan Grand Canal.
Sekitarnya dikelilingi toko-toko duty free. Pokoknya dreamy banget. Apalagi kalau di samping ada Mas-Mas kece
kayak Mustafa, dijamin berasa honeymoon
(halah).
“Kamu lihat langit biru dengan awan-awan itu. That is not real.” Mustafa menunjuk ke atas, kemudian mengarahkan kameranya ke arah yang kulihat.
“Kamu tahu, volume pasir yang digunakan untuk mereklamasi lahan yang digunakan untuk membangun resort ini cukup untuk membangun piramida terbesar di Mesir. Total luas bangunan ini setara dengan 56 lapangan sepakbola dan cukup untuk menampung hampir 100 pesawat jenis boeing yang berbadan lebar.” Mustafa melanjutkan penjelasannya. Decak kagumku semakin kerap, tapi cukup di dalam hati aja agar nggak terkesan kampungan amat.
Ada Islam di Kota Ini
Kami
berkeliling Venetian Resort hingga pukul 14.30, dan yang buat kesal tidak ada
satupun makanan yang bisa kucaplok di resort megah ini. Foto-foto masakan yang
diracik oleh koki internasional mejeng di depan restoran-restoran di dalam
Resort. Bikin nelen ludah dan frekuensi keroncongan naik dua kali lipat. Sayangnya
begitu lihat harga, duh gantian sakit kepala yang muncul.
Setelah
puas foto-foto dan ngobrol sama Mustafa panjang lebar, akhirnya kita keluar
dari Resort tersebut menuju Ramal dos Mouros
yang menghadap ke Macau Ferry Terminal Harbour Outer. Seperti ucapan
Mustafa ketika kami berada di A Ma Temple tadi pagi, kami akan shalat Zuhur dan
Asar di Mosquita de Macau.
Kami turun di halte Rua Dos
Pescadores. Di tempat turun tersebut kami disuguhi pemandangan Macau
Reservoir (Reservatorio) yang sangat
luas. Di sekelilingnya terdapat taman dan fasilitas olahraga gratis. Selanjutnya
kami berjalan menyusuri taman
hingga sudut taman yang berada di tepi jalan Estrada do Reservatorio. Syukurlah
di taman itu tersedia wifi gratis. Jadi
aku bisa upload beberapa foto ke media sosial, termasuk satu foto selfi bareng
Mustafa di Grand Canal tadi. Yakin deh, Si Ulfa bakal envy setengah mati.
Berjalan tidak begitu jauh, kami
tiba di gerbang masjid satu-satunya yang ada di kota ini. Gerbang yang
terbuat dari beton bercat putih dan sedikit hijau, lengkap dengan lambang bulan
sabit di tengah-tengahnya ini tampak sudah sangat tua.
Suasana di area Masjid ini sangat
sepi, berbanding terbalik dengan pusat kota yang dipenuhi hiruk-pikuk. Aku
hanya melihat seorang laki-laki tua yang duduk di salah satu sudut pelataran
sambil membaca buku, ditemani semilir angin sepoi-sepoi. Ah, ia pasti sedang
menikmati kedamaian tempat ini.
Setelah shalat, aku dan Mustafa
memilih duduk di depan Masjid. Mungkin di sinilah kami harus berpisah.
“Sampai kapan kamu di kota ini?” tanyaku pada Mustafa.
“Sampai besok pagi.” Ia menjawab singkat, membuatku sedikit terkejut.“Maksudmu?”
“Besok aku harus kembali ke negaraku. Aku sekadar melakukan penelitian untuk tesis di kota ini. Setelah genap dua minggu, ini adalah kali kedua aku berkeliling Macau. Masih banyak yang belum kamu lihat, besok lanjutkan perjalananmu ke Museum Macau, Macau Tower, Danau Nam Van, taman-taman, Rumah Panda, dan jangan lupa makan sepuasnya di Rua Do Cunha. Jangan lupa untuk memastikan bahwa makanan yang kamu makan jelas kehalalannya.” Senyumnya terlihat.
“Baik.” Aku menjawab singkat. Pura-pura tidak mengkhawatirkan apapun.
“Senang bisa berkeliling Macau hari ini denganmu. Semoga berbahagia. Lain kali kamu harus melihat negaraku juga.”
Mustafa berdiri. Kembali tersenyum
kemudian pergi meninggalkan area Masjid ini setelah mengucap salam. Aku tidak
berani memanggilnya kembali, sibuk dengan perasaanku sendiri. Setelah sekian
menit dan sosok laki-laki itu telah hilang, aku baru menyadari kalau tidak ada
satupun kontak Mustafa yang nantinya bisa kuhubungi.
So, Why Macau?
KRRIIIIINNNNGGG...!!!
Aku terkejut bukan
kepalang. Spontan duduk dan mencari-cari jam weker yang masih berbunyi nyaring.
Menekan tombol off-nya dengan sebal.
Dimana aku sekarang?
Sambil berusaha mengingat,
aku melihat sekeliling. Tumpukan kertas, kamar umuran 3x3, laptop dalam keadaan
terbuka, dan mangkok sisa mi rebus. Oh, aku baru ingat ini kamar kosan. Lha,
kapan aku pulang dari Macau-nya?
Ponselku berbunyi. Setelah sibuk
mencari-cari dan ternyata ada di balik bantal, aku mengangkatnya.
“Ya Ulfa...ada apa?”
tanyaku
“Tugas powerpoint untuk presentasi
Bahasa Inggris udah beres kan?”
Ya ampuuun...aku baru sadar
kalau ternyata perjalanan ke Macau bareng Mustafa itu hanya sekadar mimpi. Tidak
cuma itu, kejadian tragis putus hubungan dengan Abimanyu dan tragedi
pemecatanku juga cuma mimpi. Nyatanya aku kan nggak punya pacar dan masih harus
mandi pagi buta, kemudian ngampus. Sedihnya, presentasi bahasa Inggris menanti
di depan mata.
“Ya kamu tenang aja. Udah beres
kok. Aku ngerjain sampai ketiduran tadi malam.”
Setelah telepon terputus,
aku merenung. Coba mengingat kembali perjalanan yang sudah kulakukan dalam
mimpi.
“Siapa bilang Macau is a borring city. Dalam mimpi aja
aku bisa happy banget.” Kataku sendiri.
Sejak pagi itu aku memiliki
alasan yang kuat kenapa Macau menjadi salah satu destinasi perjalanan yang
menyenangkan. Aku ingin mewujudkan mimpi tersebut.
Setelah pernah bermimpi, aku punya tips supaya
perjalanan ke Macau jadi menyenangkan.
- Usahakan berani untuk backpacker, karena explore sendiri atau bareng teman itu lebih menyenangkan dan menantang. Kamu juga punya banyak waktu untuk menjelajahi semua spot di Macau.
- Wajib untuk interaksi sosial. Jangan Cuma lihat-lihat dan foto-foto doang. Tapi usahakan punya percakapan dengan penduduk lokal atau teman-teman baru. Ini akan jadi pengalaman yang berkesan. Apalagi kalau dapat temen bule, cakep lagi, hitung-hitung bisa diajak foto bareng terus dipajang di facebook. Dijamin teman-teman kamu bakal jealous sampai cakar-cakar monitor.
- Baca tentang pengalaman-pengalaman orang yang sudah pernah ke Macau. Ini akan sangat membantumu, biar nggak kelihatan lugu-lugu amat di kota besar.
- Jangan melewatkan makanan khas Macau, yaitu egg tart. Begitu juga jajanan sate sosis atau baso. Nggak nyampe seratus ribu juga sudah puas banget. Asalkan jajannya nggak di restoran bermerk aja.
- Bawa kamera. Ini wajib atuh. Tanpa kamera dijamin bakal garing. Bisa ngeliatin tempat-tempat indah doang, tanpa bisa dipamerin itu sakitnya aduhai.
- Jangan takut kesasar. Masyarakat setempat pasti mau kok bantuin kamu. Explore aja sepuas-puasnya. Nggak ada yang bisa bahasa Inggris, tenang...semua manusia paham bahasa Tarzan.
Fakta-Fakta tentang Macau yang harus kamu tahu!
- Uang yang dipakai di sana adalah Macao Pataca (MOP). Jangan lupa bawa dolar Amerika, secara uang Paman Sam itu laku keras di money charger seluruh dunia.
- Wilayah Macau sejak jaman purbakala sebenarnya hanya ada 3 bagian: Macau, Pulau Taipa dan Pulau Coloane. Lalu dibuat tanah reklamasi yang menyatukan Pulau Coloane & Taipa, membentuk distrik baru bernama Cotai. Macau International Airport juga dibangun diatas tanah reklamasi.
- Dari bandara atau pelabuhan ada shuttle bus menuju The Venetian, Galaxy dan Grand Emperor. Semuanya GRATIS!
- Selain shuttle bus, transportasi lain yang bisa membawamu keliling Macau adalah bus publik dan taxi (nggak recommended untuk backpacker). Tarif bus biasanya sekitar MOP$ 3.20.
- Wifi gratis tersebar di setiap spot-spot menarik kota. So, nggak perlu pusing aktivasi kuota pakai kartu Indonesia. Belum juga sempat upload foto, pulsamu udah kandas duluan.
- Untuk kita rakyat Indonesia Raya, nggak perlu urus visa. Cukup pegang paspor, monggo keliling kota sampai 30 hari.
- Colokan atau lubang terminal buat ngecas pakai 3 lubang. Kalau pinter ganjelin pakai pensil atau bolpoin, charger dua colokan pun bisa masuk kok.
- Em koi. Hapalkan ucapan dalam bahasa Kanton ini, artinya sama dengan ‘thank you’, ‘excuse me’, ‘help’ dan sejenisnya. Intinya buat pesan-pesan sesuatu dan berterimakasih. Ucapkan ini dan mereka akan lebih sumringah melayani pesananmu, walau cuma setengah tusuk sate sosis.
So?
Sudah capek aku
ngajakin kamu berkeliling Macau lewat mimpi dan tulisan, sekarang saatnya kamu
yang explore sendiri. Pasti sudah tahu kan kenapa kamu harus berkeliling Macau?
Biar kata belum bisa injak-injak kaki di Eropa, supaya nggak terkesan kasihan
amat, Macau sudah bisa memberikan sensasi Eropa kok. Lebih murah, dekat dan
bebas visa lagi. So what are you waiting
for?
Referensi:
http://travel.okezone.com
http://www.medanbisnisdaily.com
http://muhdhito.me
http://www.inijie.com/
http://anintyanovitasari.wordpress.com
http://www.asal-usul.com
http://cina.panduanwisata.com/
Mantap, keren, dan selalu menarik...
ReplyDeleteTulisannya selalu penuh kejutan diawal, tengah dan akhir tulisan...
Kreatif banget nulisnya, sangat informatif, dan semua rasa bersatu padu menghias perjalanan walau hanya lewat tulisan, mirip dengan kenyataannya.. ah, saya nggak tau mau berkata apa lagi, terlalu indah untuk di komentari. Semoga beruntung mendapat tiketnya ke Macau yaaa :))
Wah... makasih banget kakak.... aamiiin... doa yang sama untuk kakak... :))
DeleteSWEARRRR..... ini tulisan keren bangett.
ReplyDeleteAku klaim "Juara 1" karya Sofy untuk menjejakkan kaki di Macau.
dari awal paragraf smpe Akhir Aku gak bosen dan gak ssakit kepala,
cerita perjalannnya seolah menghidupkan pembaca dalam nuansa ke Macau.
penulisnya mampu bangett mengenal macau dan isi-isi nya. sampe sejarah, budaya
kuliner, hingga tetek bengek apapun disebutkan.
yang gak kalah lagi, tips trik nya itu menjadi pengetahuan juga. alasan "Why Macau" nya jelas bangett. mudah dimengerti pembaca dan hidup bangettt.
ASLI! AKU rekomendasikan "You are the WINNER in Blog competition"
Selamat, Selamat..
terus berkarya wahai TEMANKU... :) :)
Good Luck in Macau Trip :D :D
Waahhh.... i don't think so lho shob... thanks so much... wish you too... :))
DeleteSepakat dengan Mbak Aida Maruf. Selalu ada kesan wow setiap kali membaca tulisan Mbak Sofi.
ReplyDeleteSyukrom katsiron Mas Lutfi... Saya juga menyukai tulisan Mas Lutfi yang selalu memberi ilmu baru.
DeleteMimpi yang sangat keren dan inspiratif :) Dijadikan novel juga bisa itu... ^^d Good Luck ya... Jadi pingin ke Macau... lalu ketemu bule Muslim dari Turki :D
ReplyDeleteTerimakasih Mbak.... aamiiin.. wah ketemu bule dari Turki juga impian saya tuh Mbak. Wish you best of luck mbakk....
DeleteLagi baca2 tulisannya, hehehe saya cukup terkejut diendingnya idenya bagus :D
ReplyDeleteTerimakasih.... ini nulisnya mendadak banget. Nggak nyangka.
DeleteSelamat ya....tulisan ini benar benar membawa ke Macau
ReplyDeleteTerimakasih Mbak... alhamdulillah :)
DeleteKeren ni. Selamat ya sudah menjadi finalis :)
ReplyDeleteThanks alhamdulillah...
DeleteSelamat ya mbak atas kemenangannya. Selamat menikamti Macau. *mupeeeeeng :D
ReplyDeleteTerimakasih Mbak... :))) insya Allah rezekinya Mbak menanti di tempat lain.
DeleteKalau nggak tahu ini Sofi, nggak ngira ini yang nulis 19 tahun hahaha...
ReplyDelete"Namun jika mengingat tidak ada yang bisa mengambil foto diriku, sedih kembali menghampiri. " <-- belum kenal tongsis nih hahahaha!!
Ya ampuun Una.... seperti kebanyakan bilang, aku lebih dewasa dari umurku *kibasin rambut
DeleteHaha...dia kan nggak narsis ala ABG, nggak punya tongsis (ngeleeessss)
Makasih Una kunjungannya ;)
pertemuan kita di bogor walau hanya sekali,membuat kenangan tersendiri.Gaya nulis sofie memang asyik,lain dari yg lain.ayo fie kelarin kuliah,bikin buku ya..selamat ya sofieee jadi pemenang
ReplyDeleteMak Fadlun....ya ampuun saya tersentuh Mak. Ternyata Mak Fadlun masih ingat saya... aamiiin.. makasih Mak ;) ;) ;) bighug
Deletetulisannya bagus sekali..
ReplyDeleteselamat ya mba sofie...asiik nih jalan2 ke Macau beneran :)
Terimakasih Mbak..... ;) alhamdulillah
DeleteKehadiran laki-laki yang informatif memang membuaat perjalanan lebih indah ya *hehem
ReplyDeleteHihi... just a fiction Mbak.....
DeletePertama baca aq dah curiga nih soal Abimanyu, dan ternyataaa... ternyata.... Ternyata tulisan Sofie memang keren bingiiit... have fun ya ntar di Macau
ReplyDeleteHihi...nggak tau juga gimana nemu ide begitu. Makasih Mbak... ;)
DeleteSofi... Entah berapa kali saya harus bilang: saya jatuh cinta dengan tulisanmu!
ReplyDeleteTerus menulis ya sofi. Kamu berbakat jadi penulis fiksi. Kereeen! (y)
keren... selamat menjelajah Macau!
ReplyDeleteAngka Ramalan, Jitu Dan Akurat SGP/HKG 2d 3d 4d yang bisa anda menangkan eyang woro manggolo di 082-391-772-208 Atau angka yang di berikan eyang benar2 jebol langsung 6D tak saya sangka saya menang 250 jt sudah 3 kali putaran berturut-turut saya menang sudah banyak yang lain tapi tidak ada bukti hanya eyang lha yang bisa membuktikan angka nya eyang saya sangat berterimah kasih eyang.
ReplyDelete