Monday, 29 June 2015

Thank You and Sorry



Akhir-akhir ini saya menerima banyak sekali permintaan pertemanan di facebook dan beberapa di antaranya adalah mereka yang mengenal saya dari blog ini. Ada banyak pula sapaan via inbox facebook hingga curhatan yang harus saya respon. Tapi karena keterbatasan saya, sampai sekarang masih ada inbox yang belum sempat dibalas. Kegiatan di akhir masa perkuliahan sangat menyita waktu. Kalaupun ada kesempatan membuka laptop, biasanya saya gunakan untuk merevisi Tugas Akhir atau untuk menulis blog post. 

Saya sangat senang mendapat pesan dan curhatan dari sahabat semua, meskipun saya tidak pernah merasa lebih baik atau lebih berpengalaman dari kalian. Blog ini pun tidak memiliki konsen pada tema tertentu. Saya menulis random, sesuka hati, dan jarang sekali memikirkan hal-hal yang disukai pembaca. Karena itu, saya cukup terkejut ketika tahu ada orang-orang yang mengaku menikmati tulisan-tulisan di sini. Meskipun mereka tidak berkomentar di setiap kolom komentar, itu bukan masalah.

Kebahagiaan saya semakin bertambah saat beberapa dari mereka mengatakan ikut menanti terbitnya novel pertama saya. Jujur, saat ini saya masih belum tahu kepastian naskah yang sudah saya kirim. Beberapa minggu lalu saya sempat bertanya pada redaksi tentang naskah tersebut, mereka bilang sedang dibaca dan akan dikabari tidak lebih dari 3 bulan terhitung sejak tanggal pengiriman. Semoga apapun keputusan dari mereka adalah yang terbaik. 

Hal lain yang membuat saya speechless adalah pageview blog ini yang sudah mencapai 2000 lebih per harinya. Yeah, meskipun pagerank blog ini masih nol. Mungkin karena umur domain yang masih sangat muda. Saya sudah membaca banyak tulisan untuk meningkatkan pagerank, tapi rasanya tidak ada yang bisa saya terapkan. Soal SEO, saya memang tidak paham. Yang penting blog ini ada pembaca, itu sudah cukup. 
 



 
Baiklah sahabatku yang baik hati, untuk sekali lagi saya ucapkan terimakasih. Saya sangat mengapresiasi semua sapaan, pesan, dan curhatan kalian. Maaf karena saya tidak bisa selalu membalas.



Franka Soeria: Muslimah Indonesia yang Sukses di Turki

"Satu hal yang harus kita hentikan adalah berpikir tentang kesuksesan yang instan. Saya percaya, kesuksesan instan berarti terkenal sesaat. Lagipula, melihat proyek kita tumbuh itu sama seperti melihat anak kita tumbuh. Jika saya diminta memilih antara ikut proyek yang sudah sukses atau memulai dari nol, saya akan pilih yang kedua!”—Franka Soeria 
Musim panas yang semarak, terlebih untuk negara empat musim yang berada di dua benua bernama Turki. Para turis dengan wajah antar bangsa tampak menjejali halaman hingga bagian dalam ikon-ikon utama Istanbul seperti Hagia Sophia dan Masjid Biru. Lalu di taman-taman, deretan tulip aneka warna sudah memekarkan kuncup-kuncup yang indah, mengundang keinginan manusia yang berlalu-lalang untuk berhenti sejenak dan berfoto.

Turki adalah negara yang sudah memikatku, namun kali ini bukan keindahan Turki yang menarik perhatianku. Melainkan seorang wanita berwajah Indonesia, berjilbab, menggendong satu anak laki-laki dengan seorang suami berwajah Turki di sampingnya, yang saat itu sedang diwawancarai oleh jurnalis berjilbab dari sebuah stasiun televisi tanah air.
“Oh, kenapa yang diwawancarai adalah ibu-ibu rumah tangga?” gerutuku pada awal tayangan.
Ya, aku sama sekali tidak familiar dengan wajahnya. Apalagi sampai tahu kisah inspiratif yang ada pada dirinya. Kesan pertama kali yang muncul dalam kepalaku adalah tentang seorang ibu-ibu yang fashionable dan, mungkin, sekarang dia tinggal di Turki. Tidak tahunya, wanita ini jauh melampaui apa yang berhasil aku pikirkan. Sebagai karma atas ucapanku tadi, sejak menonton wawancara tersebut, aku langsung mencari informasi lebih detail tentangnya di internet. Seketika aku mendeklarasikan diri sebagai penggemar. Tidak salah lagi! Dia memang muslimah hebat, namun sayang, tidak banyak wanita Indonesia yang kenal dengan sosoknya.


One of Franka Soeria styling work
Salah satu hasil styling-nya Mbak Franka
Franka Soeria nama wanita itu. Siapa sangka, Mbak Franka ini punya sederet bakat, pekerjaan, yang sekaligus kuanggap sebagai prestasi. Berikut adalah sebagai apa ia dikenal:
  • Konsultan fashion internasional
  • Co-founder majalah New York Covertime
  • Manajer Hubungan Internasional di Modanisa.com (E-commerce fashion Turki dengan pengunjung 6 juta setiap bulan, sekaligus dinobatkan sebagai no. 1 E-commerce of modest fashion in the world oleh The Global State Islamic Economy 2015)
  • Co-founder A La Hijab
  • Hubungan Internasional untuk Indonesia Fashion Week
  • Penulis screenplays, copywriter, press releases, dan news to advertorial
  • Penyanyi sekaligus songwriter
Jangan terburu-buru kagum jika belum tahu seperti apa perjuangan seseorang untuk mencapai sesuatu yang kita kagumi. Seperti kebanyakan orang sukses, perjalanan Mbak Franka juga tidak bisa dibilang mudah. Ia memulai semua itu dari garis nol dan kerja keras.


Shock Culture dan Titik Terendah

Pertemuan dengan seorang lelaki Turki yang berprofesi sebagai pilot di New York delapan tahun silam ternyata sempat mengubah jalan hidup Mbak Franka. Meski tidak memiliki hubungan pacaran layaknya muda-mudi, namun keduanya tetap menjalin komunikasi hingga lima tahun lamanya. Saat itu Mbak Franka sudah di Jakarta, sementara si lelaki tetap di New York. Hingga akhirnya, sebuah skenario indah Tuhan diperlihatkan, dengan niat yang teguh si lelaki datang ke Jakarta untuk melamar sekaligus menikah. Pernikahan inilah yang kemudian, mau tidak mau, menuntut Mbak Franka untuk ikut suami kembali ke tanah kelahirannya di Turki.

Mbak Franka yang selama ini belum berhijab, akhirnya memantapkan diri untuk berhijab. Kehidupan pasca pernikahan sempat menjadi ujian baginya. Perbedaan budaya antara dua negara ternyata bukan perkara sepele. Mbak Franka yang semula adalah wanita karir tiba-tiba harus melepas semua itu karena sang mertua lebih ingin ia tinggal di rumah dan hanya fokus pada suami. Ia yang biasa hidup dengan beberapa asisten rumah tangga, kini harus belajar meng-handle semuanya sendiri. Jauh dari keluarga, budaya asing, orang asing, bahasa asing, makanan asing, tidak ada kesibukan di luar, semua ini membuatnya berada di titik gelap. Ia mengaku sampai menangis.
“Ma, aku mau pulang saja ke Indonesia. Kok sepertinya aku nggak sanggup hidup di sini. Aku pulang sama suamiku, ya?” permintaannya pada sang ibu.
Meskipun dalam keadaan terpuruk, Mbak Franka masih bisa berpikir jernih. Berkat support dari suami, akhirnya niat pulang ke Tanah Air ia urungkan. Ia mulai menata kembali batu demi batu istana kesuksesan di negeri orang. Juga belajar jadi istri yang pintar mengurus rumah dan dapur. Beberapa waktu kemudian, ia diperbolehkan menjadi pengajar di sebuah lembaga, yang menurut pengakuan Mbak Franka aktivitas ini hanya sebagai pelarian agar tidak selalu berdiam diri di rumah. Lamaran kerja di bidang passion-nya juga sudah dilayangkan berkali-kali. Sayang, tak satu pun melirik. Mereka tidak yakin seorang wanita berhijab seperti Mbak Franka bisa sukses di dunia fashion. Padahal berkali-kali ia jelaskan bahwa di Indonesia dirinya adalah seorang desainer.
“Oh, ini bukan dunianya wanita berhijab sepertimu, Franka.” Komentar salah satu pemilik fashion brand di Turki.
Setelah sekian bulan seperti berjalan dalam kubangan frustasi, akhirnya cahaya itu datang. Sebuah perusahaan E-Commerce terbesar di dunia sudi mempekerjakan Mbak Franka sebagai pegawai. Berkat talenta yang ditunjukkan, kini ia duduk di jabatan Manajer Hubungan Internasional.

1431886763362467033
Modanisa

Sejak inilah hidupnya mengalami titik balik. Peluang demi peluang seolah terbentang seluas mata memandang. Dan Mbak Franka adalah seorang wanita berkarakter bisnis yang paling jeli memanfaatkan peluang tersebut.


Meyakinkan Dunia bahwa Indonesia juga Punya Fashion
“Saya mau ke Indonesia untuk Indonesia Fashion Week.” Ucap Mbak Franka pada para kolega.
Seketika wajah-wajah heran bermunculan. Kening teman-temannya berkerut. “Memangnya Indonesia punya fashion?”

Inilah salah satu tantangan untuk Mbak Franka sebagai perempuan Indonesia yang menggiati fashion di Barat. Orang Indonesia yang tinggal di Indonesia mungkin mengakui bahwa semangat fashion, terutama fashion hijab, di tanah air sedang berada di puncak. Sederet nama desainer berbakat bermunculan. Mereka tidak hanya menelurkan karya berupa pakaian, namun juga jadi public figure dan punya banyak penggemar.

Namun di luar sana, terutama di Barat, orang tidak mengenal Indonesia seperti itu. Seperti yang dituturkan Mbak Franka, masyarakat Barat lebih mengenal Indonesia dengan keburukannya seperti kemiskinan dan penyiksaan terhadap hewan-hewan yang dilindungi. Pernah satu kali Mbak Franka diliput oleh wartawan Turki, pertanyaan pertama yang muncul justru, “Apakah hubungan antara manusia dan hewan di Indonesia baik-baik saja?”

Oh, poor. Sayang sekali! Padahal kita tahu sendiri seperti apa majunya fashion di Indonesia. Hal inilah yang terus disosialisasikan Mbak Franka pada masyarakat di sana. Bahwa Indonesia itu punya banyak hal bagus, punya fashion yang tidak kalah dengan negara lain, dan punya banyak desainer berbakat.


Salah Kaprah Desainer Indonesia dan Mari Menjual di Pasar Global
"Sekarang bukan saatnya lagi gaya-gayaan, bahwa kita sudah berpameran di luar atau ikut fashion show di sana. Tetapi saatnya harus  berpikir bagaimana masyarakat muslim di luar tak lagi sekedar aware dan mengagumi tetapi juga action membeli. Saya kenal desainer Indonesia yang sangat terkenal di stage, namun tidak bisa menjual koleksinya." tutur Mbak Franka.
Menurutnya, sebuah brand akan dikenal dunia bukan dari betapa sering ia dipamerkan di sana-sini. Melainkan brand tersebut juga dicari-cari banyak orang untuk dibeli. Tapi keadaan fashion Indonesia tidak seperti itu. Kenyataannya, saat rancangan-rancangan dari Indonesia dipamerkan, itu hanya membuat orang kagum sesaat. Mereka suka melihatnya, namun tidak untuk memakainya sehari-hari. Mereka berpendapat bahwa kebanyakan model fashion Indonesia terlalu berlebihan, terlalu etnik, dan masih banyak yang kualitasnya rendah. Sangat kontras dengan fashion orang Turki yang simpel namun punya kualitas baik.
143188732870048199

Saat ini market pakaian muslim terbesar adalah Turki, kedua Uni Emirat Arab, dan ketiga baru Indonesia. Jadi, jika penggiat fashion Indonesia mau produknya laris di pasar global, penting sekali untuk memperhatikan minat fashion di negara yang dibidik. Kita tidak bisa membuat pakaian yang terlalu lebai, jika sasarannya adalah wanita Turki yang menyukai kesederhanaan namun tetap ilegan. Soal prinsip dan identitas brand, saat kita memilihnya bertema etnik, kita juga harus membuatnya bisa menjual dan layak untuk dipakai semua kalangan dalam aktivitas harian mereka.


A La Hijab, Social Platform untuk Islamic Fashion

Pertama kali mendengar nama A La Hijab, yang terlintas dalam pikiranku adalah sebuah page di facebook yang berisi segala sesuatu mengenai hijab. Ternyata aku salah! Begitu kubuka situs alahijab.com, yang muncul adalah sebuah halaman yang mirip seperti platform instagram, pinterest, dan lain-lain. Kerennya, A La Hijab adalah buah pikiran perempuan Indonesia yaitu Mbak Franka.

Aku langsung mendaftar dalam situs tersebut dan sekarang sudah punya akun di sana. Kita bisa punya follower dan sebaliknya kita sebagai following. Cara memainkannya sama seperti memainkan instagram. Kita browse foto, ditambah hastag, caption, lalu siap di-posting. Nanti akan muncul di halaman beranda alahijab.com dan bisa di-like oleh semua member.

alahijab.com by Franka Soeria
Tampilan A la Hijab

14318875751547096474\

Tujuan Mbak Franka membuat platform A La Hijab ini supaya seluruh penggiat fashion muslim skala global, baik itu desainer, brands, pembeli, bloggers, dan pecinta fashion bisa berkumpul dalam satu wadah. Di sana mereka bisa mempromosikan produk, memperkuat brand, sosialisasi trend fashion dari negara masing-masing, hingga memperluas networking.
“I know we have other established social media, but it is hard to find other hijabis from specific location and also specific products from specific location.” Ujar Mbak Franka saat ditanya alasannya mendirikan A La Hijab.
Saat ini pengguna A La Hijab memang belum sebanyak platform lain yang sudah eksis lebih dulu. Masih butuh sosialisasi yang giat agar A La Hijab bisa dikenal dan kemudian digunakan banyak orang. Mbak Franka tetap optimis pada pertumbuhan A La Hijab. Dia mengatakan bahwa platform lain seperti instagram pun tidak sukses hanya dalam waktu singkat. Fokus dan konsistensi sangat dibutuhkan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan.

“Membuat kesalahan adalah sesuatu yang wajar, itu artinya kita sedang mengusahakan sesuatu. Aku pernah gagal, namun aku tetap berjuang. Mereka berkata, kucing memiliki 9 nyawa. Mengapa kita tidak? Sejauh yang saya tahu, apapun yang kamu lakukan, selagi kamu konsisten dan terus berdoa, you will reach the goals!” ucapnya optimis.


Untuk Kita, Perempuan Indonesia...

Mbak Franka dan segala pencapaiannya membuatku berpikir satu hal, bahwa sebagai perempuan Indonesia, di mana pun kaki kita berpijak, di sana kita harus berkarya. Pindah ke negara orang bukan berarti melepas segala identitas ke-Indonesiaan, bukan berarti tidak bisa melakukan apa-apa untuk Ibu Pertiwi. Bukan perkara mustahil untuk eksis bersama nama Indonesia di tanah orang, semuanya adalah tentang kemauan dan kerja keras.

Franka Soeria (Image by www.satuharapan.com)
Franka Soeria
Sebagai perempuan Indonesia, aku rasa kisah Mbak Franka ini bisa dijadikan teladan. Tidak banyak orang mengenalnya, namun di belakang itu, perjuangannya untuk nama Indonesia patut diapresiasi. Dan kita, di mana pun kaki berpijak, semoga kemauan dan kerja keras tetap tertancap dalam hati.
“Ketika Anda mencoba untuk bersikap baik, selalu ada orang-orang yang akan menyalahgunakan kebaikan Anda. Yang ingin saya lakukan adalah ketika saya mencapai posisi yang lebih tinggi dengan dampak yang lebih besar, saya akan menyebarkan lebih banyak energi ini pada orang lain.”

Thursday, 25 June 2015

Inspirasi Style Lebaran Ala Wanita Turki



Ramadhan perlahan merangkak menuju pertengahan bulan.  Itu artinya lebaran akan datang sebentar lagi. Sudah jadi kebiasaan Muslim di seluruh penjuru dunia (khususnya Indonesia), tiap kali lebaran menjelang selalu saja belanja pakaian baru. Untuk para wanita, budget lebaran jadi bertambah karena harus beli kerudung juga.

Aku sendiri, tiap mau lebaran nggak beli baju banyak-banyak. Paling banyak tiga pasang (paling banyak lho, ya). Tapi seringnya sih baju dua, celana satu, terus ditambah kerudung. Bapak selalu marah tiap kali aku belanja pakaian terlalu banyak. Katanya mubazir. Mending uangnya disedekahin. Di luar sana banyak orang yang nggak bisa menikmati ketupat dan opor ayam di hari lebaran, lha kita malah bermegah-megahan. Biasanya aku nurut saja. Lagipula masih banyak pakaian yang bisa dipakai.

Nah, tadi aku barusan baca-baca postingan di sebuah web yang membahas style hijab seorang wanita Turki dengan akun instagram @karalardansena. Semua pakaian yang dia pakai terlihat manis, yaaa memang alasan terbesar karena si Kara ini sudah cantik dari sananya. Punya lesung pipi lagi. Jadi mau pakai baju dan kerudung bagus atau dari keset pun dia tetap saja terlihat cantik. 
 
@karalardansena

Udahlah cantik, pake ada lesung pipinya pula. (@karalardansena)
Akhir-akhir ini aku memang sering posting tentang hijab fashion. Biar begitu aku nggak pernah mendeklarasikan diri sebagai seorang fashionista juga. Aku hanya sekadar menyukai fashion. Suka aja lihat cara mereka berpakaian. Seperti yang kubilang, aku download semua foto-foto mereka yang berpakaian bagus (menurut penilaianku) dengan tujuan agar bisa dijadikan ide desain nantinya. 

Saat lihat foto-foto Kara, aku seketika menyukainya. Di Turki, pakaian seperti yang ia pakai adalah pakaian yang juga dipakai oleh wanita-wanita lainnya. Aku punya beberapa teman di facebook yang juga wanita Turki. Mereka bukan fashionista, tapi semua penampilan mereka nggak ada beda dengan pakaian yang dipakai oleh para hijab fashion asal Turki. Jadi kusimpulkan, kebanyakan wanita Turki memang berpakaian seperti Kara. 

Sama halnya dengan makanan. Di Indonesia, sarapan pakai keju, yoghurt, almond, roti, buah, dan jenis berry-berry-an kesannya mewah. High class. Pake difoto lalu di-upload buat pamer. Tapi di luar sana (khususnya Barat, termasuk Turki), semua bahan makanan tersebut sudah biasa. Yah, mungkin sama dengan bubur ayam, nasi uduk, dan tempe orek kalau di negeri kita. Sekali-kali kita juga harus begitu, tiap kali makan tempe orek langsung difoto terus di-share. Lama kelamaan pasti tempe juga jadi keren. Sayangnya, penampilan tempe kurang eye catching gitu, yah. 

Aku pernah baca postingan seorang bloggger (wanita Indonesia yang berdomisili di Turki). Ia bercerita seperti apa menu sahur dan buka di Turki. Meski suaminya bekerja sebagai pegawai biasa, menu sahurnya tetep saja keju, roti,  berry, plus minyak zaitun. Sekadar info nih, semua bahan-bahan tersebut memang dijual dengan harga wajar di Barat sana. ‘Cause rumahnya memang di sono, nggak pakai impor. Kalaupun impor, nggak bakal jauh-jauh amat. Paling dari negara tetangga. So, orang Indonesia nggak perlu gengsi juga sarapan pakai nasi uduk. Mungkin seandainya nasi uduk diekspor ke Turki, harganya akan sama dengan harga sekilo almond di Indonesia.
 
Contoh menu sahur di Turki (hosgoru.wordpres.com)
Di Turki, pakaian sejenis coat atau pardesu tidak hanya dijual di butik-butik mahal, namun juga di pasar-pasar. Harganya berkisar antara 55-65 lira atau sekitar 350 ribuan. Bagi kita sih kemahalan, ya? Berbeda dengan di sana. Bisa jadi harga segitu memang sudah dianggap pantas dan wajar. Setahuku, kualitas kain dan jahitan pakaian di Turki memang bagus-bagus. Lha di negeri kita, apa yang dijual di pasar beda jauh dengan yang di butik. Khususnya soal harga. Ibarat langit dan bumi. So, ketahuan lah ya mereka yang belanja di pasar dan mereka yang belanja di butik itu sudah beda level. Beda gaya hidup. Inilah yang rada nggak sreg di hatiku. Kesenjangan ekonomi yang njomplang banget. 
Nih, coat-coatan begini juga dijual di pasar.
Okelah, mari kita lupakan sejenak. Daripada pusing-pusing mikirin kesenjangan, mending kita lihat-lihat style hijab para wanita Turki yang kulampirkan. Semoga bisa jadi referensi style waktu lebaran. Nggak perlu mengeluh dengan harga dan sebagainya, tinggal cari saja pashmina dan pakaian yang rada panjang. Kalau mau cari yang benar-benar sama, memang kagak ada. Kalaupun ada biasanya produk-produk desainer seperti Jenahara atau Rani Hatta. Soal harga? Kamu_tahu_sendiri_berapa. 
 
@karalardansena
@karalardansena
Syukurnya nih, kuperhatikan, di pasaran sekarang lagi musim long outer. Nah, itu cocok banget kalau dipadu padankan dengan model kerudung seperti yang digunakan wanita Turki. Kalau wanita Turki, mereka biasanya suka pakai kerudung berbahan silk (sutera), makanya lebih mudah dibentuk meski hanya dengan bantuan satu buah jarum pentul. Di Indonesia, kerudung berbahan  silk 100% relatif lebih mahal. Jadi pakai saja apa adanya. 

Okay, udah panjang ya tulisannya? Cukup sekian dan terimakasih.



Eid Hijab Style A La Turkish Women


Ramadan slowly walked to the middle of the month. It means that Eid will come soon. Being  a habit of Muslims all over the world (especially Indonesia), each time near of Eid, they always look for new clothes. For women, Eid budget will be increase because they have to buy some veil too.

I myself, every Eid times dont buy clothes a lot.
Maximum are three pairs (maximum, yaa). But more often only two shirts,  a pant,  and some of hoods. My father always gets angry when I spend money to buy much clothing. He said that is a redundant. Better if  that money we give to other persons who really need for their primer needs. Outside there are many people who can not enjoy chicken curry or ketupat on the day of Eid, but here we celebrate with over luxurious. Yeah, i think my father is true. Moreover, still there are many clothes that can be worn.

Well, forget that. For last one or two second, i’ve read a blog post that discusses about style hijab of Turkish woman with instagram account’s name @karalardansena. All the clothes that she wears look cute. Yaaa the biggest reason because Kara is already beautiful by nature. She always looks pretty in any type of clothes she is wearing.  


For this Eid, you can see some of Kara’s style i’ve atthached. I think it will be nice if you can addopt Turkish women’s hijab style ‘cause they use hijab with very simple steps. No need many of pin but the result is very perfect. I suggest you have a silk pashmina to get similiar result. Okay my dears, Happy Ramadan and happy to try. Hope it will inspire you.
 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...