Saturday, 14 January 2017

Niqab Sharing



A sister from Brooklyn. Credit to: @elamraniiman

Dulu, aku beranggapan bahwa para wanita yang mengenakan niqab di negara-negara seperti Indonesia, adalah wanita yang ngotot. Buat apa harus bersusah payah menutup wajah, belum lagi harus menerima pandangan sinis orang-orang, sementara hal itu tidak diwajibkan dalam Islam? Kenapa mereka tidak bisa ber-Islam dengan sederhana saja, tidak fanatik? Lihatlah, mereka justru menyusahkan diri sendiri. Di beberapa negara, seperti Prancis dan Belgia, niqab ini dilarang oleh negara. Tapi para Muslimah di sana tidak mau seketika menanggalkan niqab, sebaliknya mereka menggelar aksi agar niqab dilegalkan. Hey, girls, why you make these all become complicated? Islam is easy! If the goverment don’t allow you to wear niqab, then put it off! Quran and Hadist never ask you to cover all of your face and hands, right? Just wear the simple hijab, I mean you may take the big size of hijab and then let your face and hands be uncovered. 

Problem solved!

Ya, that was me! Ya, itu dulu!

Tapi, akhir-akhir ini, aku disadarkan oleh maraknya para Muslimah mualaf dari Eropa, Amerika, bahkan Rusia, yang memutuskan mengenakan niqab. Kita bisa lihat bagaimana cara Muslim di negara-negara Barat tersebut berdakwah di area publik. Mereka menyebarkan brosur tentang Islam, memberikan penjelasan kepada orang-orang di jalanan, bahkan menggelar ‘try to wear niqab’ bagi para wanita yang ingin menjajal bercadar. 


Kemudian di instagram, aku juga mengikuti beberapa Muslimah Barat yang bercadar (kebanyakan adalah para Mualaf), lalu memperoleh banyak pencerahan dari caption foto yang mereka bagikan. Kini aku mulai paham mengapa mereka begitu gigih mempertahankan niqab. 

Niqab adalah wujud kesempurnaan dari kepatuhan kepada Allah swt, dimana semakin teguh iman seseorang, maka semakin pula ia ingin menyempurnakan kepatuhan tersebut. Bagi seorang Muslimah, adakah yang lebih tinggi untuk dijadikan sebagai bukti kecintaan kepada Allah melebihi niqab? Jika aku ditanya tentang hal ini, jawabanku adalah tidak ada! Ketika seorang Muslimah telah mengenakan niqab, itu artinya ia benar-benar telah mengaplikasikan salah satu ikrarnya di setiap shalat, yaitu ‘Sesunggunya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan Penguasa Alam’ dengan sempurna.

Kenapa aku berpendapat seperti itu?

So look at me! Aku adalah Muslimah berhijab panjang, alhamdulillah. Tapi jika kamu memintaku untuk bercadar, bisa dipastikan aku harus berpikir dulu selama berminggu-minggu. Kenapa? 

Karena aku takut.

Aku takut orang-orang tidak bisa melihat senyumku lagi, wajahku lagi. Aku takut tidak bisa memamerkan make up lagi. Dan aku juga juga tidak bisa memakai aneka model gamis lagi. Kan sekarang lagi nge-trend gamis syari warna-warni, lucu-lucu, ditambah renda dan bunga-bunga. Nah, kalau aku bercadar, maka aku harus say good bye forever pada semua itu.

Jadi kesimpulannya, meski aku sudah berhijab panjang, apakah aku sudah terlepas dari yang namanya tabarruj? Kenyataanya belum. Aku masih ingin berdandan untuk menarik perhatian orang, masih ingin dipuji ‘aduhai, teduhnya wajahmu’, dan seterusnya. 

Tapi apa jadinya jika aku mengenakan niqab dengan pakaian keseharian berwarna gelap? Tentu semua itu tidak lagi bisa kudapatkan. Pada poin inilah aku bisa membuat kesimpulan, bahwa wanita yang benar-benar berniqab adalah wanita yang benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Azza wa Jala. Ia tidak lagi peduli pada pujian manusia, karena ridho Allah adalah segala baginya. 

“Bagaimana perasaanmu saat mengenakan ini?” seorang Muslimah asal Kuwait (berniqab) menanyai seorang wanita bule yang kini sudah berniqab rapat. Ini adalah pembicaraan di sebuah area publik, dimana Muslimah asal Kuwait ini mempersilakan siapa saja wanita yang ingin mencoba niqab.

“Liberated. Dengan pakaian seperti ini aku merasa orang-orang saat berbicara padaku, maka mereka akan fokus pada mataku, kemudian mereka akan mendengarkan dengan baik apa yang kukatakan. Tidak justru memperhatikan tubuh, kecantikan wajah, atau rambutku. It’s amazing!” 

Aku sendiri pernah merasakan seperti apa rasanya menjadi wanita berniqab, tepatnya ketika bekerja di perusahaan Jepang satu tahun lalu. Karena ruang kerjaku ada di lantai Clean Room, jadinya dituntut untuk mengenakan jump suit, hijab seperti ninja, dan masker, sehingga yang terlihat hanyalah mata. Begitu keseharian aku bekerja dan berinteraksi dengan rekan yang lain. Namun percayalah, kondisi pakaian yang seperti ini justru membuatku sangat nyaman. Saat sedang tidak begitu banyak kerjaan, terkadang aku bercerita panjang lebar bersama beberapa engineer and teknisi di sana. Aku bebas tertawa, mengeluarkan pendapat, dan sebagainya. 

Berbeda jika aku ada di luar. Mau bicara saja harus berpikir ratusan kali dulu. Why? Karena aku tidak begitu nyaman saat keseluruhan wajahku diperhatikan oleh lawan bicara. Kesimpulannya, aku lebih nyaman berkomunikasi ketika aku mengenakan masker dan hijab ninja. Rasanya lebih bebas dan tidak perlu terlalu pusing untuk bereskpresi. 

Di Indonesia sendiri, kuperhatikan, niqab sudah mulai memasuki era trend. Lihat saja beberapa waktu yang akan datang. Terbukti dari mulai maraknya toko online yang berjualan abaya dan gamis lebar yang dilengkapi cadar, bahkan beberapa toko online mulai meng-import design gamis longgar para Muslimah Prancis yang mengenakan niqab. Hanya saja, masih banyak juga masyarakat kita yang memandang niqab sebagai sesuatu yang aneh. Stempel ekstrimis, istri teroris, penculik bayi, dsb masih belum bisa hilang. Ini karena memang beberapa pelaku kriminal ada yang sengaja memanfaatkan niqab untuk menyembunyikan identitas mereka. But it is the reality that we can’t deny.

Aku sendiri, untuk saat ini, belum mengenakan niqab. Beberapa waktu lalu aku sempat mendatangi salah satu pesantren tahfidz Quran yang menurutku cukup berkualitas, tapi para wanitanya diharuskan berniqab. Bapak sempat memintaku untuk lanjut menghafal di pesantren ini nantinya setelah pengabdian, hanya saja aku masih berkilah sebab niqab tersebut.

“Apa yang salah dengan cadar?” tanya Bapak. Dan aku tidak bisa memberikan jawaban.

Tidak ada yang salah dengan cadar. Justru aku sangat menghormati para wanita yang sungguh-sungguh bercadar karena Allah ta’ala. Yang salah adalah imanku yang tak kunjung meningkat ini. Semoga Allah memperteguh iman kita, dan menjaga kita agar selalu beristiqomah di jaman akhir yang mengkhawatirkan seperti sekarang.

Bapak, tiap kali menelepon beberapa waktu terakhir, seringkali mengingatkan tentang kondisi umat saat ini. Memprihatinkan. Seperti kita sedang melakukan penyambutan untuk beberapa peristiwa besar di penghujung akhir jaman. Semoga Allah selalu melindungi kita, memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang kembali dengan hati ridha lagi diridhai-Nya. Semoga Allah selalu menjaga kelurusan niat di dalam hati kita. Memilih berhijab syari atau berniqab, semuanya kembali pada penilaian masing-masing. Allahummaj 'al khaira 'umrii wa khaira ‘amalii khawaatimahu wa khaira ayyaamii yauma liqaa ika.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...