Monday, 23 January 2017

Jangan jadi Muslimah Nyebelin Teman Kosan hanya Karena 3 Hal Ini!



My dear Muslimah yang salihah, sejauh ini pernah nggak punya teman kosan, berhijab, tapi sifatnya ngeselin banget? Bisa jadi pernah, bisa jadi juga orang tersebut adalah dirimu sendiri. Jadi untuk mengetahui apakah dirimu subjek atau objek, yuk check the list bellow!



1. Ada Makhluk Ghaib yang Ikut Memakai Peralatanmu

Ini pasti sering dialami oleh kamu yang pernah/sedang tinggal bersama satu atau beberapa Muslimah dalam satu kamar, yang biasanya harus berbagi kamar mandi, meja rias, dan kulkas. Pernah nggak mendapati sabun mandi atau pasta gigimu habis dengan begitu cepatnya, padahal menurutmu, selama ini nggak menghabiskan sebanyak itu? Yah, semacam ada makhluk halus yang ikutan gosok gigi bareng kamu. 

Begitu juga dengan kosmetik seperti parfum, krim pelembab, dan lain-lain, kadang sampai bertanya-tanya, ‘Kok cepet banget habisnya?’. Bahkan kejadian serupa juga dialami makanan yang sudah dibuka dan disimpan dalam kulkas. Saat pertama dimasukkan, biskuit tim-tam mu berjumlah enam, besoknya tinggal lima. Hari ini kripikmu masih setengah plastik, dua hari kemudian tinggal seperempat.

Akhirnya kamu pun mengambil tindakan pencegahan, yaitu  membawa kotak sabunmu keluar kamar mandi, memasukkan kosmetik ke dalam lemari, dan tidak lagi menyimpan makanan yang sudah terbuka ke dalam kulkas. Kamu pun bertekad untuk pindah kamar di bulan atau tahun selanjutnya, karena itu tadi, ada makhluk yang diam-diam ‘nebeng’ tanpa modal sedikit pun. 

Bagaimana rasanya, nggak enak kan kalau barang-barang kita digerogoti diam-diam seperti itu? Pastinya sebel tingkat dewa. Sedihnya kamu nggak bisa negur temanmu langsung, karena nggak ada bukti sama sekali. Atau jika pun ada bukti, kamu pasti segan buat ngomong jujur. 

Nah, sekarang kamu sudah tahu kalau diperlakukan seperti itu nggak enak. Jadi aku harap kamu bukan Muslimah yang bisa menjelma ‘makhluk halus’ bagi teman kamarmu. Menjadi seorang Muslimah tidak hanya cukup dengan selembar hijab di kepala, melainkan juga harus belajar sedikit demi sedikit memperbaiki perilaku sehari-hari. Bayangkan seandainya teman kamarmu seorang Non Muslim. Ketika dia berkumpul dengan sesamanya, ia nggak hanya akan men-judge dirimu, melainkan juga agamamu. Itu sudah pasti. 

So, berlakulah jujur di mana pun dan kapan pun. Meskipun hanya satu kali olesan bedak, itu tetap saja mencuri. Jika kamu benar-benar dalam keadaan terdesak, misalnya kamu baru ingat kalau sabunmu habis padahal tubuhmu sudah disiram air, bolehlah kamu panggil temanmu dan katakan kamu ingin meminta sedikit sabunnya. Aku jamin dia nggak akan nolak. 


2. Di Belakang Pesonanya, Ada Joroknya!
 
Pernah nggak kamu satu kosan dengan Muslimah yang tenar banget di luar sana, disukai banyak orang, modis, wangi, tapi saat di kosan dia justru sebaliknya? Habis makan nggak pernah mau nyuci piring dan hanya ditumpuk di pinggir wastafel, nggak pernah mau bantu-bantu ngepel, dan nggak pernah mau buang sampah. Hanya saja untuk urusan pribadi, seperti pakaian dan lemari, dia ini selalu rapi plus perfeksionis. Pokoknya kalau dia show up di kampus atau kantor, nggak akan ada yang bisa menebak tabiat joroknya, yang mungkin, hanya Allah dan kamu yang tahu. 

Kamu pun menggerutu, “Huh mending juga aku, biar di luar dibilang kucel, nggak pinter dandan, nggak populer, tapi di kosan nggak pernah nyusahin orang. Kenapa sih mereka nggak pada tahu kelakuan buruknya?”

Nah, sekarang kita tukar posisi, kalau kamu merasa pernah berlaku seperti ini pada teman kosanmu, sebaiknya segera hentikan. Ingat, teman kosanmu bukan pembantu. Status kamu dan dia sama. Lagian apa susahnya mencuci piringmu sendiri begitu selesai makan? Semakin kamu menumpuknya, semakin kamu malas untuk mencuci. Ujung-ujungnya temanmu yang mencuci, karena saat dia ingin makan, nggak ada lagi piring bersih yang tersisa.

Jika kamu bisa tampil sempurna di luar sana, kenapa nggak bisa tampil sempurna untuk orang-orang terdekatmu? Okelah, mungkin kamu menganggap teman kosanmu bukan teman dekat. Tapi mau nggak mau, memang mereka orang-orang terdekatmu. Secara ikatan emosional bisalah dikatakan bukan, tapi secara fisik, setiap hari kamu hidup berdekatan dengan mereka. 

Hidup di kosan nggak bisa kamu samakan seperti hidup di rumah. Biasanya tabiat seperti ini dimiliki mereka yang terbiasa hidup enak, punya asisten rumah tangga, sehingga nggak pernah beres-beres rumah sejak kecil. Yang ia paham hanya trend mode, merek gadget terbaru, dan tren memakai hijab. Jadi begitu ngekos, ia masih belum bisa merubah kebiasaannya. 

Sekarang coba posisikan dirimu sebagai korban (si teman yang tersiksa itu), bagaimana rasanya kalau tiap hari harus mencuci piring yang nggak pernah kamu pakai? Ikut mencicipi makanannya juga kagak, eh kebagian bersih-bersih. So, it is the time for you to change your habbit. Muslimah yang baik itu nggak hanya berpenampilan baik di luar, namun juga pada orang-orang di sekitar.
Nah untuk kamu yang punya teman kamar sejenis ini, kamu bisa bicarakan baik-baik dengannya. Suruh aja dia mencuci piringnya dengan terang-terangan, jangan justru membicarakan dia di belakang. Aku sendiri pernah punya pengalaman dengan teman jenis ini, dan aku memilih untuk berkata jujur padanya. 

Alhamdulillah perlahan-lahan dia mau berubah. Membicarakan dia di belakang justru akan memperburuk keadaan. Nanti semua penghuni kosan akan mengucilkannya dan nggak berselang lama, dia pasti akan pindah kosan dan memutuskan tali silaturrahim denganmu. Itu bukan solusi yang baik.




3. Kepo Akut = Penggosip Kronis

Aku sempat punya teman kosan seorang Muslimah berhijab, namun juga ratu kepo sejagat. Kepo atau yang diartikan sebagai ‘terlalu ingin tahu’ memang punya dua nilai, positif dan negatif. Misalnya kepo ingin tahu apa aktivitas terbaru sahabat kita yang tinggal di kota berbeda, dengan cara obok-obok facebooknya, tentu ini bukan masalah. Tapi kalau kamu sudah masuk ke tahap kepo akut, ini baru masalah. Kamu selalu ingin tahu apa yang dikerjakan temanmu, dengan siapa dia pergi, apa yang setiap hari dia lakukan di kamar, apa isi diary-nya, bahkan ingin tahu harga setiap barang-barang yang ia beli seperti sepatu, tas, dan hijab.

Memangnya ada Muslimah yang kepo akut seperti ini?

Jawabannya ada. Seperti yang kubilang, aku pernah satu kosan dengan Muslimah jenis ini. Jangankan tentang aku yang tinggal satu atap dengannya, ia bahkan tahu merek plus harga sepatu teman-teman kelas. Saat ada sesuatu yang mencurigakan, misal kita baru saja pulang dari bepergian sendiri, ia akan bertamu kamar (padahal biasanya nggak pernah) kemudian menyodorkan pertanyaan paket komplit. 

Ia akan sedikit kecewa begitu tahu kenyataan kita hanya pergi menghadiri talk show di kampus. Why? Karena sebelumnya ia sudah berekspektasi akan memperoleh berita besar, misal kita pergi dengan lawan jenis. Itu akan jadi modal menggosip bersama teman-temannya yang satu spesies.

Percaya atau nggak, seorang kepo akut itu biasanya juga penggosip kronis. Ini adalah dua bad habbits yang nggak bisa dilepaskan. Keduanya ibarat hidung dan upil. Selagi masih ada hidung, maka upil akan selalu ada. Begitu juga sifat ini, selagi kamu masih kepo akut, maka hobi menggosip pun nggak bisa hilang. Tapi bukan berarti kamu harus buang hidung juga. It’s just a term.

Nah karena sekarang kamu sudah tahu kalau kepo akut itu nggak baik, then it is one of the black points you should to change too. Rasa ingin tahu itu memang naluriah, tapi kalau sudah masuk dalam area ‘terlalu mencampuri urusan orang lain’, inilah yang nggak baik. Bagimu mungkin hanya sekadar have fun, tapi kamu nggak pernah tahu betapa terganggunya teman satu kosanmu. 

Meskipun kalian menempati kamar yang sama, tetap ada privasi masing-masing yang tetap nggak boleh dicampuri. Misalnya kamu punya teman yang hobi menulis, maka sebaiknya jangan pernah kamu coba-coba untuk melihat apa yang ia tulis di laptop, kecuali jika ia yang meminta. Apalagi sampai ke hal-hal sensitif seperti buku harian. 

Oh, ini larangan keras! Jangan sekali-kali kamu membuka diary-nya. Bagiku, seorang yang membaca diary orang lain tanpa ijin itu sama saja dengan mencuri. Ini adalah tindakan paling memalukan yang benar-benar harus kamu jauhi. Sekali lagi, hargailah privasi teman kamar atau kosanmu. Selagi bisa jagalah aibnya, jangan justru kamu korek-korek lalu disebarkan ke teman-teman yang lain. Ini akan jadi bencana untuk hubungan kalian ke depannya. 


Epilog...

Jadilah teman yang baik, andai belum bisa, setidaknya sejauh ini kamu sudah berusaha dengan cara memperlakukan orang-orang di sekelilingmu dengan baik. Mungkin hari ini dia kesal saat kamu nasehati untuk mencuci piringnya, untuk nggak keluar hingga larut malam. Dia berkata pada teman-teman dekatnya bahwa kamu terlalu cerewet. Mungkin hari ini dia belum bisa melihat ketulusanmu, tapi percayalah suatu saat kelak, saat kalian berjauhan, ia akan paham betapa kamu adalah teman terbaiknya. 

Sebuah hubungan yang baik, apakah itu pertemanan, persahabatan, semuanya nggak bisa dipelajari di bangku pendidikan mana pun. Jika kamu ingin memiliki ilmu tentangnya, maka kamu harus terjun ke dalamnya. Itu hal biasa jika di bulan hingga tahun pertama ngekos atau tinggal di asrama, kamu mengalami banyak kejadian buruk bersama teman kamar. 

Aku juga pernah seperti itu. Bahkan saat di pesantren, aku sangat ahli dalam urusan membuat teman pindah kamar hingga pindah sekolah. Masalahnya sepele, aku terbawa kebiasaan selama di rumah yang nggak bisa lihat kotor-kotor. Hanya saja kala itu, aku belum tahu cara mengajak teman dengan benar. Justru aku cerita ke sana ke mari, dan berujung pada kehancuran hubungan kami.

Aku belajar banyak tentang memahami teman, tentang bagaimana hidup rukun dengan teman sekamar atau sekosan, adalah dengan menjalaninya langsung. Buku dan tips-tips dari orang lain tetap nggak bekerja dengan baik bila kamu nggak mencobanya sendiri. Sekarang semakin bertambahnya waktu, setelah bertahun-tahun kehidupan seperti itu kujalani, akhirnya aku paham rumusnya.

Benar kata Muhammad Ali, sang legenda tinju dunia itu, bahwa “Friendship is the hardest thing in the world to explain. It's not something you learn in school. But if you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned anything.” –Pertemanan adalah hal yang paling sulit dijelaskan di dunia ini. Ia bukanlah sesuatu yang kamu pelajari di sekolah. Tapi jika kamu belum pernah mempelajari makna pertemanan, kamu pasti belum pernah mempelajari apapun.

Jadi mulai sekarang, luruskan niat terlebih dahulu, selanjutnya teruslah berusaha melakukan yang terbaik. Jadilah Muslimah yang menenteramkan, baik itu di luar maupun bagi orang-orang terdekatmu.

Lots of Love
Sofia




3 comments:

  1. Tiga-tiganya pernah aku alamin tuh. Memang iya, kalau nggak ngalamin sendiri nggak akan tahu cara ngadepin temen2 sejenis ini, sekaligus jadi pembelajaran juga biar kita nggak gitu.

    ReplyDelete
  2. Aku dulu kosnya sekamar sendiri tapi kecil ukuran kamarnya. Paling nggak suka diajak nggosip. Biasanya penggosip kemana-mana juga gitu. Kita meleng dikit, gantian kita yg digosipin. Jaga jarak aja deh.

    ReplyDelete
  3. aku lagi ngekost di sekitar uny jogja. ada satu penghuni kost yg hobinya nyuri makanan di kulkas n make sepatu org sembarangan. ada satu cewek berhijab yg di curigain. sblm dia ngekost di situ g ada satupun barang yang hilang. pas dia ngekost malah heboh sendiri katanya sepatunya hilang. anehnya 2 hari kemudian sepatunya balik lagi n sejak itu makanan di kulkas n sepatu di teras mulai sering hilang. aku curiga kalo sepatu dia yg hilang itu cuma settingan aja biar gk ada yg curiga ama dia.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...