Monday, 20 March 2017

A Self Reminder: untuk Saudariku Muslim dan Muslimah




Untukmu, Wahai Lelaki. Mereka kaum Barat berkata hijab hanyalah simbol kekolotan, mengekang wanita, dan tidak masuk akal. Saat teman-teman sesama Muslim menjelaskan bahwa hijab ini berfungsi untuk melindungi seorang wanita, mereka justru giat sekali membantah, “Ah, kejahatan tidak bisa dielakkan hanya karena kamu berpakaian terbuka atau tertutup. Lagipula saat pria melihat seorang wanita, dia tidak peduli pada apa yang dipakai wanita tersebut. Karena pria selalu membayangkan wanita dalam keadaan tidak berpakaian.” 

Entahlah aku tidak tahu kebenaran ucapanmu itu, karena untuk membuktikannya berarti aku harus menjadi seorang lelaki. Seandainya benar antara yang berhijab dan yang terbuka tidak memiliki perbedaan, lalu kenapa para lelaki Muslim yang baik imannya, selalu mengingatkan saudari Muslimah untuk berhijab? Apa kamu lupa bahwa yang berkata, “Hijab akan menghalangi nafsu syahwat seorang lelaki yang melihatmu. Hijab melindungimu dari pandangan jahat dan kelakuan nakal,” juga para lelaki? 

Kupikir yang melihat semua wanita sama, yaitu dalam keadaan berpakaian atau tidak, adalah bukan semua lelaki, tapi dirimu sendiri. Itu karena lemahnya imanmu. Itu karena pikiranmu sudah lama berinteraksi dengan budaya Barat, sehingga kegiatan mengumbar aurat berubah menjadi hal yang wajar. Itu karena otakmu sudah terdoktrin oleh kampanye-kampanye luar yang mengatakan hijab adalah simbol keterbelakangan. Jadi sekali lagi, jika kamu adalah satu lelaki yang berpikir tak ada bedanya antara wanita berhijab dan yang tidak, maka cobalah sekali lagi lihat pada dirimu sendiri.

Selalu ada perbedaannya, Teman. Aku pernah punya teman-teman kelas yang mayoritas lelaki, tiap kali ada wanita berpakaian terbuka melintas, mereka pun memanggil dan menggodanya. Kebalikan dari itu, saat seorang wanita berhijab sempurna melintas, mereka akan diam, paling jauh melontarkan salam. 

Selalu ada perbedaannya, Teman. Ketika wanita yang berpakaian terbuka melintas di depanmu, aku yakin hatimu akan berdesir. Kamu boleh berkata tidak, tapi sungguh, aku tak akan percaya. Faktanya, mereka yang mengatakan tak ada bedanya adalah para manusia yang mengingkari kebenaran dari dalam hatinya sendiri. Mereka hanya ikut-ikutan, percayalah. 

Sudahlah, Saudariku Muslimah. Tak ada gunanya kita terpengaruh pada omongan kosong mereka.

 Aku memang belum pantas memberi nasehat, tapi bukankah saling mengingatkan dalam kebaikan adalah tugas dari setiap Muslim? Berdasarkan hal ini pula, aku melanjutkan tulisan ini. Sebenarnya tulisan ini sudah ada dalam draft laptopku entah sejak berapa bulan yang lalu. Hingga kemudian aku menemukannya malam ini. Setelah kubaca, rasanya tidak masalah jika aku membumbuhi dengan beberapa kalimat lagi. 

Lalu untukmu saudariku Muslimah, apakah kalian tidak ingin memiliki sebuah kehidupan yang tenang baik itu di dunia maupun kelak di akhirat? Apakah kalian tidak pernah memiliki impian untuk menjadi sosok wanita yang menenteramkan? Yang berpakaian longgar, berhijab dengan sempurna, yang menjaga shalatnya, yang menjaga pandangannya, yang menjaga pergaulannya, yang rutin puasa sunnahnya, yang baik tutur katanya, yang selalu tersenyum, yang tidak hobi marah-marah, yang tidak bergosip, yang memiliki teman-teman saleha, yang selalu membicarakan ilmu dan hal-hal yang baik saja, yang mendidik putra-putri kalian dengan ikhlas, yang menjadi suri tauladan bagi anak-anak, yang memuliakan tamu, dan lain sebagainya?

Bukankah tiap kali kamu melihat ada seorang wanita yang  memiliki kehidupan seperti itu, kamu menyebutnya sebagai bidadari dunia? Bukankah hatimu terasa sejuk tatkala melihatnya? Bukankah saat melihatnya perasaanmu berkata bahwa ternyata masih ada kebaikan-kebaikan yang tersisa di dunia ini? Bukankah kamu juga berangan-angan ingin sepertinya? 

Jika iya, maka marilah kita memulainya dari sekarang. 

Sulit? Tentu saja! Aku sangat mengakui hal itu. Ternyata tak mudah untuk menjadi baik. Tak mudah untuk mengalahkan hawa nafsu. 

Tapi percayalah, Allah tidak akan pernah mengabaikan cara kita berproses. Jika manusia saja bisa menghargai proses seseorang, maka Tuhan yang Maha Pengasih akan lebih dari itu. Dia akan memberi kita ganjaran yang jauh lebih baik, insya Allah.

Dari mana kita memulainya?

Yang pertama adalah hijab. 

Sempurnakan hijab kita, karena perintahnya sangat jelas dalam Al Quran. Dalam Islam, hijab bagi seorang Muslimah bukan sebuah pilihan, melainkan perintah alias kewajiban. Maka sudah sepantasnya sebagai Muslimah yang patuh kepada Tuhan yang Menciptakan untuk mematuhi perintah tersebut tanpa tawar menawar lagi. Wanita berhijab bukan berarti wanita yang akhlaknya sempurna, tapi setidaknya hijab akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama.

Contohnya, saat kita tidak berhijab maka kita mau-mau saja makan dan minum sambil berdiri dengan santainya. Berbeda halnya jika kita berhijab, makan dan minum sambil berdiri adalah sesuatu yang sangat memalukan. Tahu kenapa? Karena Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam jelas sekali melarang Muslim untuk makan dan minum sambil berdiri. Jika kita tak berhijab, kita tak akan malu pada orang lain, karena beranggapan orang-orang tersebut tidak tahu kita Muslimah atau bukan. Tapi ketika kita berhijab, secara otomatis semua akan tahu bahwa kita Muslimah.

Contoh lainnya saat kita akan memasuki sebuah rumah makan. Apabila rumah makan tersebut ternyata menyajikan makanan haram, paling tidak ada sekuriti atau orang yang akan memberi tahu. Karena apa? Karena kita berhijab. Tapi jika tidak? Maka tak akan ada yang menegur karena tak ada yang tahu pasti kita Muslim atau bukan.

Lalu yang kedua adalah: shalat! Perbaiki shalat kita. Jika selama ini shalat masih sering di akhir waktu, maka mulai sekarang mari kita memberikan perhatian lebih dalam masalah ini. Aku mengakui bagian ini cukup sulit, karena perkara shalat dan kekhusyukan selalu berbanding lurus dengan keimanan dalam dada. Oleh karena itu, marilah rutin menghadiri majelis ilmu, kajian, atau ceramah agama. Jika tak ada waktu untuk mendatangi orang yang ‘alim, maka carilah alternatif lain, misalnya dengan mendengarkan dari radio atau youtube. Kegiatan seperti ini, insya Allah, akan menambah keimanan kita. Ya, seperti baterai ponsel, keimanan kita pun butuh untuk selalu di-charge. Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam sendiri pernah menyinggung tentang hal ini.

Nah, ketika keimanan kita membaik, insya Allah masalah shalat di awal waktu, bahkan juga shalat sunnah, tidak akan terasa sebagai beban lagi. Kita akan bahagia menunaikannya. Menikmatinya. Justru menanti datangnya waktu-waktu shalat. Insya Allah.

Hal ketiga adalah: akrabi Al Quran. 

Seorang Muslimah yang sering membaca Al-Quran tidak mudah silau dengan gemerlapnya dunia. Sudah menjadi kecenderungan kaum wanita untuk menyukai harta benda, perhiasan bagus, sepatu dan pakaian indah serta barang-barang mewah lainnya. Tak jarang wanita juga sangat khawatir pada penampilan fisiknya, sehingga bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempercantik diri. Jika tidak waspada, hal-hal semacam itu akan membuat kita tergelincir menjadi pecinta dunia dan tidak menempatkan cinta pada Allah sebagai cintanya yang utama. Semuanya itu tidak akan terjadi jika Muslimah yang bersangkutan mengetahui ajaran-ajaran dalam Al-Quran.

Al-Quran juga membuat seorang Muslimah untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian dirinya, yang akan berdampak pada kehidupan keluarga dan rumahnya. Sehingga seorang Muslimah yang selalu membaca Al-Quran akan menghindari kehidupan yang bebas tanpa batasan, menghindari pamer kemewahan, menghindari gaya hidup boros dan sangat peduli untuk menjaga kebersihan dirinya dan lingkungannya seperti firman Allah Swt dalam Surat Al-Bqarah ayat 222;

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Pengetahuan akan isi Al-Quran juga menjaga seorang Muslimah dari kebiasaan memanfaatkan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti jalan-jalan ke mall hanya untuk melihat-lihat barang di etalase, membeli barang-barang sebenarnya tidak diperlukan, nonton sinetron dan acara gosip di televisi, ngobrol berjam-jam di telepon, menghadiri pesta-pesta mewah untuk menaikkan gengsi dan kegiatan tak berguna lainnya.

Seorang Muslimah yang suka membaca Al-Quran sangat paham bahwa waktu sangat berharga dan harus diisi dengan aktivitas yang bernilai pahala, seperti menghadiri pengajian, menuntut ilmu atau membaca buku-buku yang bermanfaat. Pada akhirnya, Al-Quran akan menyelamatkan Muslimah dari berbagai penyakit sosial.

Para muslimah yang memiliki bekal pengetahuan tentang Al-Quran akan menyebarkan pengetahuannya itu pada orang lain, pada keluarga dan masyarakat lewat interaksinya dalam berbagai kegiatan sosial. Para muslimah itu menjadi pelopor terbentuknya sebuah keluarga yang kuat karakter islamnya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pembentukan masyarakat yang islami.

Semakin seorang Muslimah mempelajari Al-Quran, ia makin sadar bagaimana harus bertatakrama sebagai seorang Muslimah. Ia sadar untuk menutup auratnya dan memilih busana yang dikenakannya dan bagaimana ia harus merias diri. Ia tahu bagaimana berbicara dengan laki-laki yang bukan muhrimnya atau sekedar melontarkan humor dalam pergaulan sehari-hari.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Ahzab:33)

Baiklah, cukup sekian tulisan malam ini. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik darinya. Marilah saling mendoakan agar Allah memperkuat keimanan dalam dada kita, semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan khusnul khatimah, dan semoga Allah meridhai kehidupan kita di dunia dan akhirat. Aaamiiin... insya Allah.

“Telah merasakan manisnya iman, siapa yang ridha Allah sebagai Rabnya, dan Islam sebagai agamanya dan ridha Muhammad sebagai nabi dan rasul.” (HR. Muslim).

1 comment:

  1. Tulisan yang simpel dan mudah dipahami secara logika, ajip. semoga kita selalu istiqamah dalam naungan jubah.
    Memang kita tidak boleh memandang seseorang hanya karena pakaiannya, apalagi langsung menjastifikasi seseorang.
    Minimal dengan pakaian yang Sari tingkahlaku kita akan ada bentengnya dalam melakukan tindakan.
    Salam kenal dan salam dami untuk Indonesia.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...