sumber: klik di sini |
Mungkin
Anda pernah melihat suatu jenis penutup telinga yang disebut `earmuff’. Basanya, jenis penutup telinga
ini banyak dipakai di saat-saat musim salju dengan bahan yang empuk sehingga
menutup telinga jadi nyaman. Nah, bagaimanakah earmuff pertama ditemukan? Earmuff,
pertama kali ditemukan oleh seorang anak berusia 13 tahun bernama Chester
Greenwood di bulan Desember yang dingin di tahun 1873.Saat itu, Chester yang
hobi ice-skating di luar, merasa bahwa kupingnya kedinginan. Maka, untuk
membuatnya bisa bertahan, ia meminta bantuan neneknya yang kemudian menggunakan
kawat dengan diberi kapas penutup di kedua ujungnya untuk melindunginya
telinganya. Awalnya ia ketawain habis-habisan oleh teman-temannya. Tapi, saat
teman-temannya mulai melihat dia justru bisa bertahan ice-skating lebih lama di
luar, mulailah teman-temannya memintanya untuk membuatkan buatnya. Di usia yang
ke-17, Chester mematenkan penemuannya dan hingga 60 tahun kemudian, perjalanan
hidupnya Chester Greenwood adalah membuat earmuff.
Atau,
Anda mungkin masih ingat dengan berbagai iklan tentang plester untuk luka.
Masih ingat kan dengan iklan tentang anak yang bersepeda, terjatuh dan terluka.
Lantas, oleh orangtuanya diberikan plester penutup lukanya. Nah, bagaimanakah
penemuan plester luka ini terjadi? Ternyata, plester luka itu pertama kali
diinpirasikan oleh seorang koki wanita yang tidak berpengalaman bernama Earl
Dickson. Karena kurang trampil, ia seringkali memotong jarinya sendiri saat
potong sayur. Akhirnya, oleh suaminya Dickson, yang saat itu bekerja di Johnson
and Johnson, ia membuatkan semacam penempel yang dikasih pembalut yang akan
segera bisa dipakai saat istrinya terluka. Ternyata, upaya menolong istrinya
ini menjadi cikal bakal penemuan plester luka yang luar biasa.
Begitupun,
seorang pembuat permen cokelat bernama Clarence Crane, selalu menemukan bahwa
cokelatnya selalu lumer di saat-saat hari yang panas. Pernah suatu kali, saat
sedang mengirim cokelatnya, semua coklatnya lumer di alat angkutan sehingga
pelanggannya marah-marah. Hal paling buruk terjadi di tahun 1913, ketika para
pelanggannya menghentikan pesanan permen coklatnya sampai masalah lumernya
coklat bisa teratasi. Akhirnya, untuk mengatasi masalah ini, Clarence mulai
memeras otak memikirkan apa yang harus diperbuat untuk menyelamatkan bisnisnya.
Akhirnya, Clarence mulai bereksperimen dengan permen yang bisa dibuat lebih
keras. Masalahpun muncul, karena yang tersedia saat itu adalah mesin-mesin
pembuat obat-obatan. Akhirnya, dengan cerdik, Clarence membuatkan permen yang
lebih keras, yang kecil tetapi plus lubang putih ditengahnya (akibat cetakan
mesin obatnya). Akhirnya, inilah cikal bakal permen terkenal ya luar negeri,
permen ini disebut sebagai life savers.
Peristiwa Sehari-hari
Menjadi Inspirasi
Teman-teman,
berbagai contoh penemuan di atas adalah kisah penemuan yang berawal dari
pengalaman sehari-hari. Berbeda dengan para ahli dan penemu yang berkutat di
laboratotium atau lokasi riset yang memang dikhususnya untuk mendesain
penemuan, rata-rata mereka menemukannya dalam perisitiwa sehari-hari. Mereka
justru mendapatkan idenya dari pengalaman, dari peristiwa serta masalah yang
mereka hadapi sehari-hari. Tetapi, justru itulah yang menarik, oleh karena
ditemukan dari kehidupan sehari-hari, alat-alat yang mereka temukan pun seperti
earmuff, plester luka maupun permen life savers di atas, menjadi barang yang
praktis dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari serta praktis.
Termasuk
diantaranya pula contoh penemuan praktis yang terkenal yakni penemuan penting
yang berasal dari seorang pelukis gagal, yang kemudian menjadi seorang
sekretaris. Semuanya, dimulai dari persoalan yang sepele. Setiap kali salah
mengetik, ia selalu merasa kesulitan. Akhirnya, mulailah ia menggunakan
kemampuan mengecatnya untuk menutup kesalahan pengetikan di mesin tiknya. Tidak
disangka-sangka bahwa idenya ini kemudian menjadi inspirasi untuk membuat
cairan pemutih yang banyak dipakai untuk mengkoreksi tulisan. Dialah Bette
Graham. Dan di tahun 1980, perusahaan pembuat cairan putih untuk koreksi
kesalahan itu akhirnya terjual lebih dari 47 juta dollar. Sebuah angka yang fantastis,
untuk sebuah penemuan yang begitu kebetulan.
Melatih Mata Inspirasi
Kita
Masalahnya, dengan mencermati pengalaman para penemu
`kebetulan’ di atas, bisakah kita pun memiliki pengalaman seperti itu. Menurut
Thomas Alva Edison, yang seumur hidupnya pernah mematenkan lebih dari 1.093
jenis paten, ia mengatakan bahwa pada dasarnya hampir setiap orang punya
kesempatan untuk sukses sepertinya. Salah satu problemnya, adalah bagaimana
seseorang cara memandang melihat peristiwa sehari-hari dan menganalisa pengalamannya.
Kebanyakan
dari kita saat melihat permasalahan dan problem yang kita hadapi, biasanya
adalah mengeluh, menyalahkan ataupun mengkritik. Akibatnya, yang seringkali
terjadi, masalah-masalah dari kehidupan kita, justru melemahkan dan tidak menginspirasi.
Kita pun lebih banyak menyalahkan situasi dan melihat persoalan sebagai sebuah
kemalangan, bukan sebagai keberuntungan. Saat kita melihat itu sebagai ketidak
beruntungan, maka diri kita pun merasa tidak berdaya dengan masalah yang kita
hadapi (helpless). Dan lebih parahnya
lagi, diri kita pun bahkan jadinya tidak tertarik sama sekali untuk melakukan
sesuatu untuk memperbaiki situasi (effortless).
Akhirnya, peristiwa ataupun masalah yang kita hadapi pun menjadi sesuatu yang
tidak memberdayakan, malah cenderung mencelakakan.
Tidak Menyerah Dulu Pelajaran penting yang bisa kita
dapatkan dari beberapa penemuan di atas adalah ketidakinginan mereka untuk
menyerah dengan situasi. Andaikata nenek Chester Greenwood menasihatinya untuk
mengurangi niatnya lebih lama ber-ice skating, sementara Dickson menasihati
istrinya untuk berhenti jadi koki, mungkin berebagai penemuan-penemuan tersebut
tidak akan pernah terjadi.
Belajar
dari berbagai pengalaman tersebut, salah satu mental penting untuk memiliki
mental penemu adalah melihat masalah, lantas dengan gigih berupaya memikirkan
berbagai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Dan ternyata, dari berbagai
alternatif yang dipilih tersebut, beberapa diantaranya berubah menjadi penemuan
yang berharga. Dengan demikian, pengalaman penemuan ini memberikan kepada kita
pembelajaran agar jangan berpikir untuk mengganti masalah tetapi gantilah
solusinya. Berbagai problem dan masalah akan tetap terjadi dalam kehidupan
kita, tetapi bagaimanakah kita berupaya mencari solusinya, itulah akhirnya akan
berdampak munculnya alternatif solusi yang lebih baik. Bahkan beberapa
diantaranya, tak jarang berujung pada penemuan-penemuan yang tak terduga.
Latar Belakang Beda
Justru Berguna
Ternyata,
banyak penemu yang berlatar belakang berbeda dengan apa yang ditemukannya. Sama
seperti cairan putih pengkoreksi kesalahan yang ditemukan oleh seorang
sekretaris berlatar belakang seniman. Begitu pun pisau lipat serbaguna yang
ditemukan oleh seorang pemancing ataupun sistem telepon langsung yang justru
ditemukan oleh seorang penjual peti mati! Berbagai kejadian ini memberi
inspirasi bahwa semakin berbeda latar belakang seseorang maka semakin besar
peluang untuk menemukan ide-ide kreatif untuk memecahkan sebuah masalah.
sumber: klik di sini |
Masalah terbesar dengan orang-orang yang terjebak dan
ruitinitas dan pekerjaannya sehari-hari dengan `nerimo’ dengan apa yang menjadi
problem kesehariannya adalah ketumpulan mereka dalam berpikir. Saat ditanya
bagaimana mereka akan memecahkan problemnya, mereka biasanya akan memberikan
respon ”Memang udah begini masalahnya.
Dan inilah yang harus kamu terima!”. Dan akibatnya merekapun tidak melihat
adanya masalah yang harus dipecahkan. Bayangkanlah kejadiannya mirip seperti
kejadian Bette Graham yang mungkin telah dinasihati berkali-kali, “Sebagai sekretaris kamu harus mengetik
hati-hati, karena kalau salah maka kamu mesti mengulanginya lagi dari awal”.
Bayangkanlah kalau Graham Bette kemudian menerima kondisi ini sebagai kenyataan
yang harus diterima setiap sekretaris, maka dunia tidak akan pernah diuntungkan
oleh penemuannya. Tetapi, justru karena latar belakangnya sebagai pelukis,
memberikannya keuntungan. Akhirnya, kebiasaan mencampur catpun dipakainya
sebagai sebuah ide untuk mengkoreksi tulisan yang salah.
Dengan
demikian, semoga tulisan kali ini menginspirasi kita untuk belajar melihat
peluang `penemuan’ baru dari kejadian yang kita alami sehari hari. Pertama,
jangan lagi melihat masalah sebagai sesuatu yang celaka. Kedua, perbesar mata
Anda untuk melihat alternatif dan ketiga, jutsru gunakan ilmu dan pengetahuan
yang lain dalam melihat permasalahan yang Anda alami sekarang. Selamat
menemukan hal-hal baru.
No comments:
Post a Comment