Monday 31 December 2012

Sedikit Tentang Buku 'Cahaya di Atas Cahaya' Oki Setiana Dewi

Apa kabar sahabat? Semoga masih berada dalam naungan Hidayah dan kasih sayang-Nya. Amin...
Kali ini saya ingin berbagi tentang buku ke tiga mbak Oki, sebenarnya buku 344 halaman ini saya beli awal Ramadhan lalu. Cuma, karena ini dan itu jadi lupa untuk sedikit membahasnya dan berbagi apa yang saya dapat dari dalam buku ini kepada kalian semua. It’s okay, meski sudah agak lama, namun isinya tidak akan pernah basi kok, itulah kehebatan sebuah karya tulis. Bahkan hingga penulisnya sudah terlebih dahulu meninggalkan Dunia ini, karyanya tetap abadi. Semoga kita semua bisa terus mengasah kemampuan menulis ya, amin...

Baiklah sahabat, mengapa buku ini berjudul Cahaya di Atas Cahaya? Karena...mbak Oki maunya begitu. Nah kok?

Pada bagian prolog di buku ini, kita akan langsung mengerti kenapa mbak Oki memberinya judul tersebut. “Sesungguhnya ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah takkan datang kepada seorang yang berbuat maksiat” benar bukan? Ya, Ilmu memang seperti cahaya, tanpa ilmu tidak akan pernah ada peradaban, tanpa ilmu dunia hanya akan dipenuhi oleh kebodohan dan kegelapan, tanpa ilmu Manusia tidak akan pernah mengenal dirinya dan Tuhanya. Ah, betapa agungnya ilmu hingga Allah memerintahkan Nabi-Nya berdo’a agar Rabbul Izzati berkenan memberi ilmu sebagai rezeki (Tha’Ha:114). Iya sahabat, buku ini memuat pengalaman mbak Oki saat menimba Ilmu di Kota cahaya, Makkah. Makkah adalah Satu-satunya tempat yang cahayanya bahkan terlihat ditengah pekatnya angkasa. Makkah, Pusat Bumi yang cahayanya tetap terlihat dalam jarak ribuan tahun cahaya. Subhanallah, semoga kita juga diberi kesempatan untuk mengunjungi dan meraup ilmu dari Kota itu sahabat. Amin...

Pada bagian awal buku ini, mbak Oki menceritakan betapa tidak mudah untuk merealisasikan mimpinya ini. Namun, setiap ada keinginan, Ikhtiar dan Do’a yang kuat pada sebuah keinginan InsyaAllah Allah pun akan memudahkanya untuk kita. Dan di dalam buku ini, mbak Oki telah membuktikanya. Dengan Uang yang pas-pasan, masalah Visa yang hampir tak bisa keluar, Pesawat yang penuh hingga harus masalah menentukan siapa yang akan menjadi mahram selama di Tanah Suci nanti. Semua terasa seperti tembok besar yang berdiri kokoh menghalangi mimpi mbak Oki untuk belajar di Makkah, namun... Ia terus berdo’a dan Ikhtiar dan Allah mendengarnya. Mbak Oki berangkat bersama sang Ibu tercinta dan seorang mahram, Uwak Bandi namanya. Seorang kakek tetangga Mbak Oki yang sering menjaga mbak Oki sewaktu kecil. Ah, tak bisa kubayangkan betapa bahagianya kakek itu. Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan mbak Oki...

Selain itu, Mbak Oki juga menceritakan bagaimana perjuanganya untuk belajar Bahasa Arab kepada setiap orang yang bisa dijadikanya guru di Masjidil Haram, bagaimana kekuatan keinginanya untuk menghafal Al-Qur’an. Semuanya di ceritakan dengan apik dan memotivasi. Memotivasi untuk terus menuntut ilmu dan membuat mimpi untuk mengunjungi Kota yang paling dicintai Allah dan Rasul-Nya itu semakin menggebu. 
Di Makkah, mbak Oki bisa belajar Bahasa Arab di Ummul Qura’ University tanpa persyaratan apapun. Padahal, sejauh ini banyak sekali persyaratan yang harus di lengkapi untuk bisa belajar di Universitas ternama itu. Di Kampus barunya, Mbak Oki bertemu dengan wanita-wanita dari berbagai Negara yang memiliki kecintaan luar biasa pada Islam. Banyak cerita luar biasa dari teman-temanya itu. Untuk cerita itu, sebaiknya sahabat baca sendiri yaa...

Sudah ya? Belum... masih banyak pengalaman yang dikemas mbak Oki dalam kata-kata sederhana namun memikat. Tentang perjalananya mendaki Jabal Nur juga tidak kalah menarik, belum lagi kunjunganya ke Makam Rasulullah SAW dan Madinah. Semuanya luar biasa menginspirasi.
Hmm... sepertinya ini sudah cukup sahabat, insyaAllah lain kali akan di bahas mengenai buku-buku lain yang juga bermanfaat. Jangan sampai kehabisan yaa. Sekedar info, buku Mbak Oki selanjutnya yang berjudul ‘Hijab I’m In Love’ akan segera terbit. Salam Ukhuwah sahabat semua...

Friday 28 December 2012

Teknik Menulis Resensi Buku




~dan…kebahagiaan akan berlipat ganda
jika dibagi dengan orang lain~

(Paulo Coelho dalam novel “Di Tepi Sungai Piedra”)

Beruntung orang yang suka membaca buku. Mereka yang gemar membaca buku akan terbuka wawasannya, tidak kuper dan cupet pandangan. Mereka akan mendapatkan informasi selain yang dipikirkannya selama ini, begitu juga referensi dan pengetahuannya akan bertambah luas. Inilah sebenarnya investasi berharga sebagai modal untuk mengarungi kehidupannya. Orang yang menyukai aktivitas membaca, biasanya mereka tidak akan terjebak dalam pola berpikir sempit ketika menghadapi problem-problem penting yang terjadi di dunia. Dalam kehidupan nyata juga berpeluang besar punya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam mensikapi kejadian-kejadian keseharian di sekitarnya.

 Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tak cukup. Mereka perlu memiliki ketrampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku (berbagi bacaan). Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi buku, ada beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya, diantaranya sebagai berikut,

1. Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud (karena buku yang diresensi biasanya buku baru) atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku sedikitpun. Dengan adanya resensi, pembaca bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, dalam level praktis keseharian, bisa dijadikan bahan obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.

2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi, bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur). Lewat buku yang diresensi itulah peresensi belajar melakukan kritik dan koreksi terhadap sebuah buku. Disisi lain, seorang pembaca juga akan melakukan pembelajaran yang sama. Pembaca bisa tahu dan secara tak sadar akan menggumam pelan “Oooo buku ini begini…. begitu” setelah membaca karya resensi.

3. Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi Undercovernya. Kalaupun tidak bisa mendapkan informasi yang demikian, peresensi tetap bisa mengacu pada halaman pengantar atau prolog yang terdapat dalam sebuah buku. Kalau tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.

4. Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.

5. Bagi penulis buku yang diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya. Karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi penerbit bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font (jenis huruf) mutu cetakan dsb.

Nah, untuk bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan siapa saja yang akan membuat resensi buku asalkan mereka mau. Diantaranya;

A. Tahap Persiapan

1. Memilih jenis buku. Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus. Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Tidak berarti membatasi atau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.

2. Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya. Sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan hanya sekedar untuk berbagi ilmu, bukan untuk mendapatkan honor) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).

3. Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;

Judul Karya Resensi

Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :

B. Tahap Pengerjaan

1. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.

2. Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;

• Informasi(anatomi) awal buku (seperti format diatas).
• Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
• Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
• Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
• Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.

C. Tahap Publikasi

1. Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.

2. Menyertakan cover halaman depan buku.

3. Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.

Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu urusan meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

di kutip dari http://forumlingkarpena.net/tips_menulis/read/teknik_menulis_resensi_buku/

Sunday 16 December 2012

Film 5 cm, Persahabatan dan Puncak Tertinggi Jawa

Menuju puncak Mahameru
      Satu hari yang lalu, tepatnya sabtu malam 15 Desember 2012. aku dan ke-8 temanku (satu kontrakan) memilih menghabiskan malam minggu untuk Hang Out bareng ke Mall. Buat apa? Belanja? sayangnya untuk kali ini bukan tempatmya aku membahas tips-tips belanja hemat coz terikat judul yang sudah aku buat, yaitu review film 5 cm. yaa... kita-kita sudah memesan tiket sejak jam 17.00 lho (dua orang teman berangkat terlebih dahulu, dan selebihnya menyusul sesudah maghrib)dan itupun tiket untuk jam tayang  19.15 sudah ludes. Akhirnya kita kebagian pada jam 20.00 WIB. Jadilah kita menanti jam 20.00 adalah penantian yang membosankan. mau shopping, dompet lagi kempes. akhirnya kami memutuskan untuk memperhatikan mas-mas dan mbak-mbak yang lewat. yahh, memang sudah takdirnya bioskop selalu dipenuhi oleh muda-mudi yang berpasang-pasangan dengan memamerkan keromantisan yang solah-olah dunia milik berdua (yang lainya ngontrak).
      Setelah sekian lama menunggu, akhirnya jam 20.00 datang juga. Setelah memasuki ruangan, butuh jeda sekitar 15 menit sebelum akhirnya layar besar itu menampilkan film yang paling banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. betapa tidak butuh waktu 4 tahun untuk menyelesaikanya.

siapakah aktor-aktor nya?
hmm... Pernah nonton film Di Bawah Naungan Ka'bah kan? nah sebagai pemeran utamanya adalah Herjunot Ali sebagai Zafran. di film ini dia lebih bersifat santai-tidak intelektual-, pencinta puisi, dan gokil. selanjutnya, siapa sih yang gak kenal sama fahri? yups, Fedi Nuril sebagai Genta. di film ini fedi berkarakter paling dewasa and paling intelektual di antara yang lainya. pemain yang lainya adalah Denny Sumargo sebagai Arial berkarakter sok cool, hobby nge-gym, tapi gak pernah berani ngomong sama cewek, Raline Shah sebagai Riani  berkarakter sederhana dan periang, dan Igor Saykoji sebagai Ian berkarakter periang, hobby makan mie instan, ngefans sama Happy Salma, and paling telat diwisuda.

Gimana sich alur ceritanya?
untuk alurnya menggunakan alur maju. di awal film, Zafran sebagai pemilik cerita memperkenalkan keempat teman-temanya lengkap dengan karakter dan kesukaan masing-masing. Film ini menceritakan kekuatan persahabatan dan ingin menampilkan keindahan Indonesia secara real.

Dimana konfliknya?
Asmara
konflik perasaan masing-masing tokoh sebenarnya langsung terlihat sejak beberapa menit film ini dimulai. dimana Arial yang sebenarnya juga menyukai cewek yang pernah mengulurkan tanganya kepada Arial (namun tidak disambut karena Arial gerogi), dimana Genta dan Riani yang selalu berpandang-pandangan, dan Zafran yang menyukai adik Arial. buat Ian, gak punya masalah hati, ia lebih sibuk dengan mie instan dan game player nya.

konflik sebenarnya
konflik sebenarnya adalah perjuangan mereka untuk menuju puncak Mahameru. Ide ini berasal dari idenya Genta (secara dia yang paling pinter). mengapa harus mendaki Mahameru? ini berawal dari percakapan mereka sat ngumpul bareng dirumahnya Arial. disana Genta mengungkapkan, selama ini mereka seperti tidak punya teman lain selain mereka berlima, dan selama sepuluh tahun  Genta merasa persahabatan mereka datar-datar saja. ungkapan tersebut di iyakan oleh ke empat sahabatnya. dari situlah muncul ide agar mereka tidak ketemuan, tidak sms'an, dan tidak telfonan selama tiga bulan. awal ide sih selama enam bulan, tapi Riani tidak setuju karena kelamaan. Dan sebagai perayaan pertemuan mereka pada 17 Agustus, Genta memiliki rencana spesial yang nantinya bakal tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. selama selang waktu tiga bulan, mereka msing-masing bisa memperbaiki dan mencapai keinginan masing-masing. Ian akhirnya mendapat undangan sidang, Arial berhasil kenalan dengan cewek tadi, Zafran sibuk menggoda adiknya Arial, Riani dan Genta sibuk dengan proyek-proyek mereka dikantor.

what's the surprise on 17 of August?
Nah itu dia, pendakian Mahameru, punjak tertinggi Jawa.

Bagaimana endingnya?
Nah, untuk ini sebaiknya gak usah di share ya? tapi pasti bakal jadi surprise banget. Penasaran? Makanya buruan nonton. Ending yang membuatku dan teman-teman gak habis pikir.Dan yang lebih oke lagi, kamu bakal melihat puncak Mahameru dengan jelas. merubah pikiranmu selama ini tentang Indonesia. Ternyata Indonesia itu Amazing dan indaaaaahhhhh banget.

Selamat menonton yaa...


Sunday 25 November 2012

Resensi Buku Biografi : MUHAMMAD 'Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik'



Judul buku      : MUHAMMAD ‘Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik’
Tebal               : 671 Halaman
Harga              : Rp.72.900;
Penulis            : Martin Lings (Abu Bakr Siraj al-Din)

Apa yang menarik dari buku ini?

Aku menemukan buku ini tersusun rapi di rak-rak buku Gramedia, lama memandangi covernya yang berwarna coklat tua lalu kuputuskan untuk membaca tentang penulis dan penghargaan-penghargaan yang telah diperoleh buku ini. Buku biografi Rasulullah ini terpilih sebagai biografi Nabi Terbaik dalam Bahasa Inggris pada Konferensi Sirah Nasional di Islamabad, Pakistan pada 1983. Sejak itu karya ini telah dipublikasikan dalam bahasa Prancis, Italia, Spanyol, Turki, Belanda, Tamil, Arab, Urdu, Jerman, dan sekarang Indonesia. Pada 1990, setelah buku ini berhasil mencuri perhatian Universitas Al-Azhar, Kairo, penulisnya mendapat bintang kehormatan dari Presiden Hosni Mubarak. Buku yang sekarang ada digenggamanku sendiri adalah buku cetakan ke-18 untuk versi Indonesianya.

Nah, membaca keterangan tersebut, aku cukup tertarik untuk membaca seluruh isinya. Tanpa berfikir lama, aku langsung membayarnya di kasir. Uang senilai Rp.72.000; tak kesayangkan sama sekali.

Bagaimana isi buku ini?

Jujur saya tulis di sini, buku ini memang memberikan kisah lengkap tentang Nabi Muhammad SAW, bahkan penulis juga menuliskan sejarah silsilah Rasullah sejak zaman Nabi Ibrahim, lalu bagaimana terbentuknya suku-suku di kalangan bangsa Arab. Semua sejarah tentang Rasulullah ditulis dengan sangat lengkap dan teratur. Sungguh, sangat cocok sekali untuk anda yang ingin mengenal Muhammad SAW lebih dalam.

Mengapa harus memiliki buku seperti ini?

Sebagai umat yang mengaku mencintai Rasullah, buku ini tentunya sangat bermanfaat sekali. Masih ingatkah sebuah aforisme klasik yang mengatakan tak kenal maka tak cinta? Itu memang benar adanya, tanpa mengenal sesuatu dengan lebih dalam, mustahil perasaan cinta kan tumbuh di hati. Masih ingatkah dialog Umar bi Khattab ra bersama Rasulullah di suatu hari?

            Dalam Hadits Riwayat Imam Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab berkata kepada Nabi Saw.: “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.”

Nabi Saw.bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’.

Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’

Kemudian Nabi Saw.bersabda, Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.” (HR Bukhari)

Karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi Saw.belum sampai pada tingkat ini, maka belumlah sempurna imannya, dan ia belum bisa merasakan manisnya iman, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Anas ra, dari Nabi Saw., bersabda:

“Ada tiga hal, barang siapa melaksanakan ketiga-tiganya maka ia akan merasakan kelezatan iman: Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada yang lain, orang yang mencintai orang lain hanya karena Allah dan orang yang benci untuk kembali kekafiran sebagaimana benci untuk masuk ke dalam neraka.”

Nah, untuk generasi kita yang memang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah semasa hidupnya, menumbuhkan rasa cinta ini akan sulit sekali. Berbeda dengan Umar ra yang setiap harinya selalu bersama Rasulullah, ia menyaksikan sendiri betapa Rasullah adalah pribadi yang luar biasa. Namun, disinilah peran biografi ini ditulis, dengan tujuan kita mengenal Rasulullah lebih dalam dan bisa mencintainya sebagaimana kecintaan para sahabatnya kepada Rasulullah.

Apa kelemahan buku ini

Meskipun buku ini terbilang sempurna, tapi tetap saja mendapat masalah yang sama dengan buku-buku terjemahan lainya. Disini, entah kesalahan penerjemah entah bagaimana, sehingga bahasa yang tertulis sangat sulit difahami. Namun, buku ini tetap enak dibaca jika dengan keseriusan dan hati yang ikhlas.
Selamat membaca...

Martin Lings
           

Tuesday 25 September 2012

Kali Ini Tentang Sedekah

"Sungguh, sedekah memiliki pengaruh yang luar biasa untuk menolak berbagai macam bencana, sekalipun pelakunya adalah seorang pendosa, zalim. atau bahkan kafir. Allah akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan perantaraan sedekah tersebut".
   Aforisme diatas adalah dari Syaikh kita Ibn Qoyyim Al Jauziyah, aku menemukanya disudut notebook coklatku, buku catatan yang terisi penuh dengan hadist, Ayat Al qur'an dan catatan penting saat kuliah atau hal-hal lain. Ucapan Syaikh besar diatas membuatku termenung, betapa dahsyatnya pengaruh sedekah sehingga bisa menolak berbagai macam bencana. Dan satu hal yang lebih mengagumkan hal itu berlaku untuk semua manusia tak terkecuali mereka yang setiap harinya bergumul dengan dosa. Wallahu'alam...
 
      Aku kembali melihat diriku, selama ini aku terlalu egois sehingga tidak mau memikirkan mereka yang berkekurangan disekitarku, atau yang lebih sederhanaya lagi aku sering membuang muka saat ada peminta-minta yang menghampiriku. Sedekah adalah jual beli yang dilakukan dengan Allah SWT, lalu mengapa aku sering merasa sayang untuk mengulurkan sedikit bantuan untuk mereka? aku tau, selama ini aku disibukkan oleh fikiranku sendiri. Aku merasa bahwa aku ini seorang pelajar, uang saja masih meminta dari orang tua jadi tak harus bersedekah. Aku tak berfikir alangkah baiknya jika aku menyisihkan sedikit uang jajanku untuk mereka. Ingatanku kembali melayang ke waktu beberapa bulan lalu, saat aku masih menjalani hari-hari matrikulasi, aku dan 19 temanku yang juga Mahasantri penerima scholarship PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) ditempatkan di wisma YPI (Yayasan Pendidikan Islam) milik Kementrian Agama RI di Ciawi, Bogor. Diwisma itu begitu dekat dengan pasar ciawi, jadi setiap sore menjelang berbuka kami akan berkeliling pasar membeli berbagai camilan untuk berbuka. Setiap aku melewati trotoar Toko-toko, aku selalu menemukan seorang ibu-ibu dengan pakaian lusuh duduk bersimpuh disudut trotoar, ia menengadahkan tangan pada semua orang yang melewatinya tak terkecuali padaku dengan sorot pandangan yang penuh harap. Dan seperti biasa aku pasti pura-pura tak melihatnya. Aku beranggapan bahwa ibu itu sehat, kenapa ia tidak bekerja saja. Intinya aku menganggapnya wanita pemalas. Aku tak mau berfikir positif padanya. Sekarang aku baru menyesal telah memupuskan harapanya padaku waktu itu. Kenapa aku tak berfikir bahwa ia adalah wanita yang tiada pilihan ditengah sulitnya hidup di tengah perkotaan?
    Aku akan mengutip sebuah kisah dari satu buku berjudul "Sejuta Pelangi", kisah yang menggambarkan kekayaan hati seorang penjual kelontong di atas kursi roda. Begini kisahnya:
     Sore yang teduh. Gerimis dan bau tanah basah. Senja yang sempurna. Tepat pukul 16.57 aku berjalan melewati jalan setapak yang biasa kulalui sepulang kuliah. Tak lama lagi aku akan sampai di sebuah jalan besar menuju rumahku. Sore kali ini memang berbeda, sebab gerimis datang bersama teduh Matahari yang beranjak pergi meninggalkan bumi.
    Di kejauhan, tampak seorang kakek tua renta bersandar di tepi trotoar yang akan kulewati. Cukup lama aku mengamatinya dari kejauhan. Jelas sekali ia kelaparan. Keriput di wajahnya menceritakan luka yang berkepanjangan.
  " Ah...Dimana keluarganya, anaknya?" Tanyaku dalam hati
   Aku mulai merogoh sakuku sekiranya ada uang receh yang bisa kuberikan kepadanya. Memang tak banyak, karena biasanya uang receh yang tersisa dikantongku adalah sisa membayar angkutan umum.Aku hanya menemukan empat keping uang logam 500 Rupiah.
   "Ah...ini pasti cukup" Pikirku. Toh, dia sama seperti pengemis lainya di pinggir jalan, Dan uang 2 Ribu Rupiah selalu cukup untuk seorang pengemis.
   Ketika tepat berada disampingnya, aku memasukkan koin logam kedalam sebuah peci yang kakek itu gunakan untuk menadah uang. Tanpa melihat lagi, aku langsung berjalan pergi.
    "Dia pasti senang mendapat tambahan uang" Pikirku
    Baru beberapa langkah aku berjalan, dari tikungan muncul seorang bapak paruh baya. Dia duduk di atas kursi roda yang begitu usang. Ketika kuperhatikan lagi, subhanallah, bapak itu memangku sesuatu! barang dagangan yang dia pangku dengan bambu diatas kursi rodanya. Diikatkanya bambu tersebut pada kursi rodanya dan dia mulai menjajakan daganganya.
   "Kelontong, ember, sapu, kain pel.."
   "Sapu lidinya, dek..." Sapanya ketika menghampiriku
   Saat itu aku bisa melihatnya dengan jelas, Bapak itu lumpuh tapi Ia tetap berdagang, mencari nafkah tanpa menggadaikan harga diri. Sikapnya membuatku kagum bercampur haru melihatnya. Kau tahu apa yang lebih mengejutkanku lagi? Bapak itu menghampiri pengemis yang tadi kuberi uang receh, lalu ia mengeluarkan uang dari sakunya sebesar 20 Ribu Rupiah, dan memberikan kepada pengemis itu seraya berkata, " Bapak belu makan kan? ini uang buat bapak makan, sisanya untuk bapak sarapan besok."
   GLEK...!!!
   Kakiki terpaku, kaku menyaksikan peristiwa itu. Hatiku tertampar, aku malu! bagaimana bisa seorang pedagang kelontong keliling yang cacat itu, tulus memberikan uang sebegitu berlipatnya dari jumlah yang kuberikan, kepada seorang pengemis. Padahal, mungkin ia lebih membutuhkanya, karena mungkin hanya uang selembar itu yang ia miliki. Lalu aku? Aku sudah merasa cukup dengan hannya memberi 2 ribu Rupiah, padahal didompetku masih ada 2 lembar uang 50 ribu dan 2 lembar uang 20 ribu.
   Aku kalah...aku kalah peduli, kalah tulus, kalah ikhlas,kalah memberi dari seorang pedagang kelontong yang cacat.
    Hari itu Allah menamparku dengan cara yang paling halus...
    Begitulah kisahnya, semoga bisa diambil hikmahnya...
    Aku teringat pada suatu sore yang hampir mendekati maghrib, aku baru pulang kuliah dengan menumpang sebuah angkutan umum. Hari itu ada praktikum di kampus IPB dramaga, jadi membutuhkan waktu lama untuk sampai di kosan. Dari balik jendela, aku melihat seorang ibu paru baya duduk didepan sebuah trotoar. Pakaiannya lusuh, dan yang lebih menyentuh hatiku ia tengah memberikan susu formula pada anaknya yang masih bayi, di sampingnya duduk seorang anak laki-laki yang kuperkirakan berumur 7 Tahun. Ya Allah.... dimana suaminya? mengapa begitu tega menelantarka anak dan istrinya sebegitu menyedihkan. Betapa hari-hari mereka dipenuhi dengan lara yang berkepanjangan. Anak nya yang pertama itu pasti ingin jajan dan mainan seperti anak laki-laki lainya, pasti ia juga ingin bersekolah. Aku teringat adikku... aku bersyukur aku dan adikku berada dalam keluarga yang utuh dengan seorang ayah yang begitu menyayangi kami.

     Membahas tentang sedekah, ada sebuah pertanyaan yang muncul dibenakku.
    "Apakah semua sedekah harus dengan finansial?"
    Allah maha pemberi hidayah, ditengah kebingunganku itu Ia mengirimkan jawaban melalui sebuah Hadist Rasulullah SAW yang tertulis di bagian pojok sebuah halaman Notebook ku.
    
   "Setiap anggota tubuh manusia mempunyai kesempatan untuk bersedekah tiap hari. Yaitu, mendamaikan orang-orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang naik kendaraan adalah sedekah, setiap langkah yang anda lakukan untuk pergi shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan umum adalah sedekah".(HR.Muslim)

   Hmm...Begitu rupanya, jadi tidak ada alasan bagi setiap manusia untuk tidak bersedekah. Begitu banyak peluang bagi kita mendapatkan pahala sedekah setiap harinya tanpa perlu memiliki banyak uang. Tapi, begitu banyak mereka yang terus mencari-cari alasan dengan dalih tak punya uang, hidup yang serba kekurangan dan sebagainya. Satu garis besar yang bisa kuambil dari hadist di atas adalah SEDEKAH TIDAK HARUS BERBENTUK UANG.


Bogor, 25 September 2012
  
 

Friday 21 September 2012

Betapa Kasih Sayang yang Sempurna (kudedikasikan untuk mereka para orang tua yang berjuang siang dan malam)

Bapak, Ibu, Adikku (baju ungu), dan adik sepupuku
    Kisah ini adalah kisahku, kuambil dari catatan harian yang kutulis pada 05 Desember 2011 lalu. Sambil mengisi kekosonganku (hari ini tidak ada jadwal kuliah), aku kembali membongkar kardus yang berisi kumpulan buku ku. Kegiatan itu berakhir pada sebuah buku coklat, buku yang setia mendengarkan keluh kesah, impian, dan kebahagiaanku sepanjang 2011. Aku membuka lembar demi lembar diary itu, kubaca tulisan demi tulisan yang kutulis setahun yang lalu. Ada beberapa catatan yang membuatku tersenyum saat membacanya, namun ada juga yang membuatku dadaku terasa sesak karena catatan yang kutulis dengan berurai air mata saat itu. Dengan membaca kembali catatan harianku itu, aku tersadar kembali betapa dulu aku begitu berambisi untuk kuliah (saat itu aku tidak tau bagaimana caranya untuk melanjutkan pendidikan ditengah ekonomi keluargaku yang tak mungkin cukup menguliahkanku), aku juga ingat kembali beberapa mimpi-mimpiku yang sama sekali belum kuraih. Setelah lembaran itu hampir mencapai akhir, aku tergugu pada sebuah catatanku tentang keluargaku. Aku sungguh tak mampu membendung lagi air mata ini untuk mengalir deras membanjiri pipi saat membacanya. Aku merindukan ayah, ibu, dan adikku...
    disini aku ingin menuliskan kembali catatanku itu, semoga ada manfaatnya untukku dan sahabat semuanya.
   
    05 Desember 2011
    Bismillahirrahmanirrahim
    Besok ujian Fiqh, Fisika dan Grammar. Mohon doanya ya sahabatku...
    Malam ini aku merindukan keluarga, ingat masa kecilku bersama bapak dan ibu. Kenangan bersama bapak, sungguh tak mungkin kulupakan. aku punya beberapa cerita sedih sewaktu bersamanya sahabat, cerita yang selalu membuatku menangis saat mengingatnya. waktu itu aku masih kecil, umurku sekitar 10 tahun. Sewaktu dirumah tak ada beras sama sekali, harga kelapa murah sekali saat itu. Bapak meminjam sepeda motor tetangga (waktu itu kami tidak punya sepeda motor sama sekali) untuk pergi kerumah toke kelapa dengan maksud untuk meminjam uang. Aku yang masih kecil merengek-rengek ingin ikut, kerena memang aku sangat dekat dengan bapak. Akhirnya ia mengajakku setelah mendengar rengekkanku. Bukan tanpa halangan menempuh jarak 9 Km menuju rumah toke kelapa itu. Jalan aspar yang pecah disana sini, miring dan sempit (bahkan sampai sekarang pun masih begitu) ditambah jalan tanah gambut yang becek luar biasa dimusim hujan. Sesampai dirumah toke kelapa itu, yang kami dapat hanyalah menelan ludah, karena toke itu juga belum ada uang (katanya). Akhirnya kami pulang dengan kecewa, tapi ditengah perjalanan saat masih dijalan tanah gambut yang becek (memang saat itu sedang musim hujan), sepeda motor yang kami tumpangi tiba-tiba mati, bapak berusaha menghidupkanya namun hasilnya nihil. Sedihnya lagi, hujan tiba-tiba tercurah lebat dari awan-awan diatas sana. terakhir, ditengah derasnya hujan bapak mendorong sepeda motor itu dan aku didudukkan diatas sepeda motor.
   Bapak juga pernah membonceng aku dengan sepeda tua menempuh 10 Km, hanya untuk memuaskan aku untuk melihat pasar minggu di kecamatan. Aku memang belum bisa membahagiakanya. Dulu waktu kecil aku sering duduk ditengkuknya saat pergi/pulang dari suatu tempat, aku pernah menendang-nendangnya saat keinginanku tak dikabulkan dan banyak lagi kenakalanku. Bapak tak pernah begitu marah padaku hingga sekarang, umurku sudah 16 tahun. Pernah bapak marah sedikit besar padaku karena aku tak mau ikut shalat maghrib padahal teman-teman mengajiku yang kebetulan mengaji dirumahku dengan bapak, mereka semua shalat. Karena itu bapak marah dan memukulku dengan tali pinggang sekolahku, itu sama sekali tidak sakit. Namun, karena aku memang manja, malamnya aku langsung demam tinggi. Sejak itu bapak tak pernah memukulku.

    Bapak adalah satu-satunya laki-laki di Dunia ini yang mencintaiku dengan sempurna, dia selalu berusaha yang terbaik untukku. aku punya tekad, suatu saat nanti saat aku punya cukup uang, aku ingin mengajaknya ketanah suci. Dia selalu bilang padaku, bahwa ia begitu ingin kesana, walau aku tau ia tak punya cukup uang untuk itu. Hingga kini, ia selalu berusaha membuatku bahagia dan mandiri, walau aku selalu mengecewakanya. Ia tak pernah memarahiku, ia hanya menasehatiku bila aku salah.
    Selanjutnya adalah ibu, Ia memang sedikit pemarah, tapi dengan sifatnya itu aku bangga lahir dari rahimnya. ibu  rela tidak tidur semalam penuh saat aku sakit, dia juga wanita yang menagis saat asmaku kambuh. Ia juga wanita hebat dan pekerja keras. Aku sungguh kasihan saat melihatnya kekebun, mengangkut kelapa dan sebagainya. Ia sama sekali belum pernah ke kota, ia belum pernah masuk ke mall atau ketempat wisata (begitu juga bapak dan adikku). Ia tak pernah memanjakanku, tapi dengan begitu aku bisa memasak, mencuci, dan mengurus rumah. Ia mengajariku segala sesuatu,mengeja, membantu mengerjakan PR, membuat bunga, dan sebagainya. Ialah guruku yang pertama...
   Sewaktu aku kecil, ia selalu mendandaniku dengan ikat rambut yang berwarna-warni, memakaikanku baju kembang saat ada acara pesta pernikahan tetangga di Kampung, dan memberikan yang terbaik semampunya. Dulu aku sering dibelikan mainan alat-alat memasak dari plastik, mungkin Ia ingin aku mencintai dunia wanita itu sejak kecil... aku juga sering main tanah saat menunggunya mencuci baju di Parit saat hari minggu, ia juga sering membawa gantungan baju untuk memukulku saat aku berenang lama di Parit atau menjaring ikan-ikan kecil di parit. Hingga sekarang, aku belum bisa membahagiakanya....
    Terakhir, adikku Ilham. Aku sangat menyayanginya. Aku selalu ingin ia menjadi baik dan lebih, lebih, lebih baik dariku. Aku ingin bisa menyekolahkanya, aku tak mau ia kesulitan kuliah seperti yang kualami. bahkan aku ingin menyekolahkanya setinggi-tingginya. Aku ingin setamat SD ia masuk Pesantren di Jawa, aku ingin ia pandai berbahasa Arab dan Inggris (ini adalah cita-citaku yang belum terwujud), aaku ingin ia menjadi hafidz Al-Qur'an (ini impian bapak untuk aku dan adikku), aku ingin ia kuliah di Timur tengah....
   Kadang aku menangis saat mengingat waktuku bersamanya, tanganya pernah melepuh (waktu itu umurnya baru 1 tahun beberapa bulan, baru belajar berjalan) saat main masak-masakan bersamaku (kami memasak tanah yang dicampur air didalam kaleng susu hingga adonan mainan itu mendidih), ia juga pernah jatuh kebawah tangga hingga bibirnya berdarah saat aku disuruh ibu menjaganya (ibu pergi berjualan kue), aku juga sering memaksanya belajar dengan durasi lama dan terus membentak mengajarinya. Hingga ia memohon pelan " wes mbak.... eham kesel, sesok meneh yaaa???" ("sudah mbak, eham capek, besok lagi yaa???"), aku juga pernah memaki-makinya dengan kata-kata kotor, juga mengunci semua pintu saat bertengkar denganya, sesudah semua pintu terkunci biasanya ia akan menangis ketakutan diluar rumah dan memohon padaku agar membukakan pintu untuknya. Aku merasa menjadi kakak yang paling jahat bila mengingat masa-masa itu...
   Sekarang... Ia sudah besar, Ilham sudah kelas 5 SD... Ia adikku satu-satunya, ia juga sangat pintar dan penurut. Ia selalu mendapat peringkat 1 di kelasnya dari kelas 1 hingga sekarang. Tiga tahun lebih aku hidup jauh dari keluarganya, 3 tahun aku di Pesantren hanya 4 kali aku pulang. dan sekarang aku semakin jauh dari mereka, kita berbeda pulau... terpisahkan selat sunda. Mereka tetaplah orang-orang yang paling kurindukan di Sumatra sana... kini, aku kan berfikir ribuan kali saat ingin memarahi adikku, aku selalu menyuapinya makan saat aku pulang di liburan idil fitri, aku ingin ia menjadi laki-laki yang shaleh dan bertanggung jawab pada semua tindakanya. semoga aku bisa menyekolahkanya... amien


     Pekanbaru
      sofy

  Lembaran itu kututup kembali... Rindu semakin tersa menyesak dalam dada ini.  Semoga aku bisa meraih mimpiku di Pulau Jawa ini dan membahagiakan mereka. amien....

Friday 29 June 2012

Bagaimana Seharusnya Seorang Muslim Berdo'a?

    Do'a...??? yaa, semua orang pasti pernah berdo'a. dengan do'a hidup terasa lebih lapang, beban yang menghimpit dada seakan lebih longgar, dan dengan do'a ada secercah sinar harapan. Yang papa menggantungkan harapanya untuk bisa kaya, yang dilanda cinta masih terus berharap untuk segera menikahi kekasihnya dan banyak lagi problematika yang kita gantungkan pada Do'a. Namun, betapa banyak juga diantara kita yang kecewa dengan do'anya sehingga ia menjadi manusia yang mengeluh.
"saya berdo'a setiap malam, tapi hidup saya tetap begini-begini saja..."
"saya sudah berdo'a, puasa dan sholat tahajjud setiap malam untuk meminta pada Allah agar sifulani menjadi jodoh saya, eehh...sekarang dapat kabar sifulani tiba-tiba menikah dengan orang lain. saya tidak percaya dengan do'a..!!!"
    Itu hanya segelintir kekecewa'an yang terekam dalam ingatan saya, dan saya yakin masih bejibun saudara-saudara kita yang kecewa dengan do'a.
    Masih ingatkah teman dengan janji Allah dalam kitabnya...???
"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya Ku-ijabah permohonanmu" [Al-Mu'min:60]
    Belum jelaskah firman itu...? baik, mari kita berkaca pada sejarah. Anda pasti masih ingat dengan kisah Nabi Zakaria as. yang do'anya dikabulkan Allah setelah ia berdo'a selama 60 tahun untuk meminta keturunan, Nabi Musa as. berdo'a selama 40 tahun lamanya demi kerutuhan fir'aun, Nabi Ayyub yang bertahun-tahun tak pernah putus asa berdo'a padahal ia diuji dengan setumpuk ujia yang begitu berat dan masih lupa jugakah kita dengan penderitaan yang dialami Nabi kita Muhammad saw??? apakah mereka mengeluh??? TIDAK...!!! mereka tak pernah putus asa dalam berdo'a siang dan malam karena do'a adalah kata-kata cinta seorang hamba pada Tuanya. Nah, mengamati kisah para Nabi dan Rasul yang do'anya juga tidak langsung di'ijabah seharusnya kita sebagai manusia biasa yang setiap harinya bergumul dengan dosa ini tau diri dan malu.  Dalam do'a seorang hamba benar-benar meminta belas kasih Tuanya dan ternyata Allah menyukai rintihan seorang hamba yang berdo'a dengan syarat hamba itu mematuhi aturan-Nya.
    Dalam sebuah Hadist Qudsi Allah berfirman pada Malaikat "Disebelah sana ada hamba-Ku yang fasik, banyak berbuat dosa sedang berdo'a pada-Ku. penuhi permintaanya dengan segera! karena Aku sudah jera mendengar suaranya. Ditempat lain, ada seorang hamba-Ku yang shaleh sedang berdo'a kepada-Ku. Tangguhkan permintaany! karena Aku senang mendengar rintihanya"
   Pada Hadist qudsi diatas, saya mencatat dua hal yang perlu dicermati. Pertama, tidak ada do'a yang tidak diterima. semuanya pasti maqbul. semuanya pasti di'ijabah. SEMUANYA HANYA SOAL WAKTU. tapi..tentu saja pengecualian bagi para pendo'a yang tidak menjalankan perintah-Nya.
    Teman, buanglah rasa kecewamu karena do'a yang belum kunjung dikabulkan! teruslah berdo'a, teruslah mencintai-Nya... semua hanya persoalan waktu... [Bogor,2012. dengan berbagai sumber]

Thursday 22 March 2012

MUHASABAH : Ya Rasulullah Kemana Kami Adukan Semua Ini...???

      Dikaki bukit-bukit dan gunung batu, di lembah Mina yang penuh berkah, aku menangis tersedu, terguncang-guncang pundakku. Berkali-kali kupanggil namamu, Ya Rasulullah. Kami rindu padamu. sangat-sangat rindu...
     Ketika setiap hari kaum muslimin teraniaya, aku teringat padamu. Jika engkau disisi kami, engkau pasti akan melindungi kami.
     Mengobati luk dan besarkan hati kamidengan janji Allah yang Maha Tinggi. Kini kami sendiri. luka kami semakin perih dan nganganya tak tertutupi lagi. tak ada yang melindungi dan mengobati perihnya, tak juga para pemimpin kami yang tampak gagah perkasa.
     Kami rindu padamu, Ya Rasulullah. Hampir tak tertahan lagi perih ini. Di kaki-kaki bukit dan gunung batu, di lembah Mina yang penuh berkah. Tak putus-putus air mataku. Menangis pilu penuh rindu padamu, ya Rasulullah.
     Di irak, sudah lebih dari enam tahun kaum muslimin menderita, tak hanya dibunuh dan terluka, tapi kaum muslimah juga dilecehkan dan ternoda. jika Engkau di sini, engkau pasti mengirim perlindungan, menuntut balas dan menegakkan keadilan, seperti yang pernah engkau lakukan pada muslimah yang dilecehkan pemuda yahudi jahannam.
     Jika engkau ada di sini, engkau pasti menjaga kami. Membuat kami kuat dan mempertahankan diri. Mengusir rasa takut dari relung hati dengan mengabarkan berita langit dari yang Maha Tinggi.
      Di kaki bukit-bukit dan gunung batu, di lembah Mina yang penuh berkah, aku mengadukan segala lukaku. berkali-kali kupanggil namamu, ya Rasulullah. Kami rindu padamu. sangat-sangat rindu...
      Di Pakistan, setiap hari ledakan terjadi. Membunuh dan menewaskan saudara-saudara sendiri. Kini, kami tak hanya bermusuhan dengan musuh-musuh agama ini . Tapi juga saling bermusuhan diantara saudara-saudara sendiri.
      Jika engkau di sisi, pasti engkau akan mendamaikan kami. Membuat kami saling berpelukan dan menyadari diri. Meluruskan dan merapatkan barisan serta shaf kami yang tak terurus lagi. Engkau pasti akan membuat kami bersaudara lagi. Bahkan melebihi darah kami.
      Kami rindu padamu, ya Rasulullah. kini tak ada tempat lagi untuk mengadukan perpecahan di antara kami.
      Dikaki-kaki bukit dan gunung batu, di lembah Mina yang penuh berkah, aku terisak-isak tanpa tahu bagaimana caranya berhenti. Berkali-kali kupangil namamu. sangat-sangat rindu...
      Ya Rasulullah, salam dan shalawat kami ucapkan, semoga Allah senantiasa memberi kemuliaan. Dan kami yakin, Allah akan menyampaikan kerinduan kami padamu yang pasti mengerti tentang segala yang kami adukan. Salam kami untukmu, wahai nabi akhir zaman. Allahuma shali ala muhammad.

     Dikutip dari majalah Sabili, oleh Ust. Herry Nurdi

Wednesday 21 March 2012

Resensi Sejuta Pelangi "Oki Setiana Dewi"

     
Nama Oki Setiana Dewi tentu tidak asing lagi terdengar ditelinga, sosok wanita berhimar yang pantas menjadi inspirator bagi siapa pun. saya memanggilnya "mbak oki"Setelah sukses memerankan tokoh rekaan Kang Abik dalam Megafilm KCB sebagai Anna althafunnisa, mbak oki terus berkarya. semangatnya dalam mencetak prestasi bisa kita baca dalam novel pertamanya Melukis Pelangi. Sekarang, setelah Melukis Pelangi sudah masuk dalam daftar buku Bestseller, mbak oki kembali meluncurkan buku keduanya dengan judul "Sejuta Pelangi" pada 11 Maret lalu.

seperti buku pertamanya, Sejuta Pelangi pun bertutur kata "AKU", karena memang buku ini menceritakan sejuta kisah orang-orang yang ditemui mbak oki. Dalam buku kedua ini, mbak oki masih menggunakan tema pelangi, mungkin karena ia memandang hidup ini layaknya pelangi yamg memiliki Gradasi warna. ada saatnya kita melihat warna cerah yang indah dalam kehidupan ini, dan tak jarangg juga warna gelap itu menyapa. meski begitu gabungan dari warna-warna itu akan menghasilkan sebuah pelangi yang begitu indah, mahakarya sang Maha pencipta... ALLAH SWT. 

Semua kisah-kisah itu ia tulis dengan indah dan begitu menginspirasi bagi setiap pembacanya. contohnya seperti sebuah kisah tentang UCUP, seorang bayi yang dibuang ibunya di pemakaman yang menyebabkan mata Ucup harus kecil sebelah karena digigiti serangga, ia juga menceritakan tentang seorang anak berusia enam tahun yang pernah ditemui dimasjid, disana ia menceritakan betapa anak sekecil itu begitu mencintai Allah. Selain dua contoh cerita tersebut, masih banyak lagi kisah inspiratif yang disajikan mbak oki dengan gaya menulisnya yang sederhana namun tepat sasaran, yaitu NURANI SETIAP PEMBACANYA.

Saya sendiri cukup tertarik dengan kisah pembuka dalam buku ini yaitu tentang motivasi bahwa sebenarnya di Dunia ini tidak ada manusia yang bodoh, yang ada adalah mereka yang tidak mau belajar. Bahasa yang digunakan untuk menceritakan kalimat demi kalimat pun terkesan luwes dan meremaja. 

launching Sejuta pelangi
    
Selamat membaca dan temukanlah sejuta hikmah dalam buku ini...

Saturday 18 February 2012

Review Melukis Pelangi

Judul Buku : Melukis pelangi "catatan hati oki setiana dewi"
Penulis        : Oki Setiana Dewi
Harga         : Rp.55.000,00

   
launching Melukis pelangi
     Sobat tercinta....untuk novel kali ini nyesel dech kalau gak baca (ni review pa promosi ya?)

    Tapi bener deh, saya sendiri sudah memimpikan novel ini sejak pertama launching di bulan maret, but karena saya seorang anak rantau yang berjuang menuntut Ilmu dan berharap termasuk salah seorang mujahid yang mulia di sisi ALLAH SWT... amien.....

Sooo,,,,gak punya cukup money gitu,,,,(jujur amat yaa) and alhamdulillah saya bisa membelinya pada 9 Februari 2012 (Alhamdulillah saya gak nyolong money_nya frends2 ya demi ni novel idaman) hehe....

Langsung aja dech kita review yaa....

Apa yang membuat saya tertarik banget ma ni novel ?
   
Sebab: penulisnya adalah my idola sekaligus sosok wanita yang sudah teruji sacara klinis kesolehan and ketawadhuanya.... jadi karyanya saya yakin juga akan mendatangkan sejuta PELANGI dalam kehidupan nantinya. 

Apa sih spesialnya ni novel??? 

Wah...wah...subhanallah begitu spesial saudara-saudara. menyentuh nurani terdalam dan selau saja membuat hati ini gerimis mengikuti kata demi kata yang ditulis oleh mbak oki. sebuah skenario hidup yang begitu indah namun penuh dengan hal2 yyang membuat kita slalu inggat pada sang pencipta. saya sendiri sungguh-sungguh tidak menyangka mbak oki mengalami kisah yang begitu mengharukan. and....dengan gaya menulis mbak oki yang sederhana kita jadi seolah rmelihat perjuanganya dalam melukis warna demi warna pelanginya....

Gimana kesanya habis baca ni novel??? 

Alhamdulillah setelah membaca novel ini saya merasakan begitu banyak perubahan2 positif dalam diri saya, bahkan insyaAllah saya ingin istiqomah berhijab seperti mbak oki.....

Pesan buat pembaca....

Selagi ada kesempatan baik materil atau kesempatan, bacalah novel ini....gak rugi kok.... SAYA JAMIN...MIN....!!!!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...