Tuesday 20 January 2015

[RESENSI] Ada Apa dalam Buku Bulan Terbelah di Langit Amerika?



Akhir-akhir ini berita tentang penembakan di salah satu majalah kontroversial Charlie Hebdo sedang menjadi trend berita internasional. Lagi-lagi Islam ditunjuk sebagai pelaku penembakan yang menewaskan 12 orang tersebut. Isu terrorism kembali muncul ke permukaan, tak ubahnya tanaman yang daunnya mulai kuning satu saja, maka banyak orang yang panik, mencari-cari cara menemukan air untuk segera menyiramnya. Seolah-olah isu ini tak boleh hilang, karena seluruh dunia sebenarnya tahu, jika tanpa isu ini Islam tentu akan merebak cepat merengkuh hati seluruh penduduk negara-negara Barat. 

Bulan Terbelah di Langit Amerika, aku merasa menjadi satu-satunya orang yang beruntung ketika memutuskan untuk membeli dan membacanya dalam kondisi sekarang ini. Tema yang diangkat bukanlah hal baru, tapi selalu dibutuhkan untuk memupuk kebanggaan sebagai Muslim. Lihatlah, aksi-aksi teroris yang jumlahnya tidak sedikit dan hampir semuanya menyeret Islam membuat muslim banyak menerima deskriminasi. Belum lagi pemberitaan di media-media Barat yang seolah berlomba untuk memojokkan Islam, selalu memuat gambar-gambar seram di bawah judul berita mereka. Sungguh jika tanpa keimanan yang kuat, keyakinan yang tak mampu ditembus, semua itu sangat mudah meluluh lantakkan kepercayaan diri seorang Muslim. Bahkan mungkin ada beberapa Muslim di luar sana yang mulai bertanya-tanya, benarkah Islam adalah agama pembawa kedamaian?

Nah, menjawab pertanyaan tersebut,  buku garapan Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra ini sangat kurekomendasikan untuk dibaca. Suami istri yang memiliki dua misi berbeda saat mendatangi Negeri Patung Liberti ini pada akhirnya bertemu di satu jalan cerita.  Ketika Rangga disibukkan oleh presentasinya dan impian menikmati setiap sudut Amerika Serikat bersama sang istri, perhatian Hanum justru tersita penuh oleh misinya menjawab sebuah pertanyaan “Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?”.

Menuliskan tentang Islam di Negeri Paman Sam, tentu tidak akan pernah melupakan peristiwa kehancuran menara kembar di tahun 2001. Tak ada yang membantah, bahwa sejak peristiwa tersebut Islam justru berkembang pesat di negara adidaya tersebut. Tapi di lain sisi, jutaan kebencian pun tertanam dalam hati penduduk Amerika terhadap Islam. Sebagai akibatnya, tak sedikit Muslim yang bermukim di sana menerima perlakuan yang tidak bersahabat. Untuk Indonesia sendiri bisa terlihat dari sulitnya seseorang yang memiliki nama berbau Islam untuk masuk atau melanjutkan pendidikan di Amerika.

Kebencian non Muslim dan ujian untuk para Muslim pasca tragedi WTC itulah yang kemudian menemani perjalanan Hanum dalam buku ini. Kedua hal tersebut diwakili oleh Jones yang menjadi anti Islam sejak meninggalnya sang istri, dan Azima Hussein yang menjalani kehidupan tidak mudah sejak meninggalnya sang suami. Baik istri Jones atau suami Azima, keduanya sama-sama tewas dalam tragedi WTC yang juga menewaskan ribuan manusia lainnya. 

Ada beberapa pertanyaan yang nantinya akan terjawab setelah membaca buku ini,

Kenapa Julia Collins mengenakan turtle neck tinggi hingga menyentuh dagu dan telinga? Bagaimana detik-detik terakhir suami Azima menjemput ajalnya? Apa yang ingin ia berikan pada sang istri di hari itu? Benarkah istri Jones meninggal saat ia benar-benar sudah berada di puncak usaha untuk menyelamatkan diri? Benarkah Colombus adalah orang pertama yang menemukan benua Amerika? Benarkah Thomas Jefferson, pembelajar ilmu multidisiplin  dan meraih summa cumlaude untuk semua disiplin ilmu yang ia pelajari hingga menjadi presiden Amerika sekaligus pencipta The Jefferson Bible, juga memiliki dan mempelajari Al quran? Benarkah pahatan wajah nabi Muhammad saw ada di dinding Mahkamah Agung Amerika Serikat dengan judul lukisan ‘The Great Law Givers on Earth”? Dan benarkah potongan surah An Nisaa’ ayat 135 tertulis di gerbang Fakultas Hukum Universitas Harvard?

Menggetarkan. Ya, jangankan melihat atau mendengarkan langsung, membacanya saja sudah membuat hati bergetar. Siapa yang menyangka sebuah negara raksasa yang paling disegani di abad ini pada kenyataannya begitu dekat dengan Islam secara tidak langsung. Belum lagi saat membaca kalimat-kalimat Jefferson yang dipahat pada patungnya yang menghadap White House, semua orang rasanya tidak akan percaya.

Jefferson Memorial, dalam bangunan ini terdapat patung Jefferson. (Sumber: http://www.destination360.com)
“Harus ada cara untuk mengurangi jumlah penduduk dunia di negara-negara itu, anak muda,” ucap Pak Tua yang duduk di samping Rangga dalam bus menuju Washington DC.
“Maksudmu program pembatasan kelahiran?” Rangga bertanya baik-baik.
“Itu terlalu konvensional. Kita memerlukan cara yang efektif. Al quran-mu juga mengajarkan teori ini. Ehm, perang, perang, dan perang.”
“Kamu salah, Pak!” sergah rangga.
“Bukan demikian menginterpretasikannya. Kamu salah besar!” lanjut Rangga lagi.
Bagaimana Rangga bisa menjelaskan kesalah pahaman penafsiran Al quran oleh si Bapak Tua di atas? Dan bagaimana Hanum bisa menemukan satu titik terang bahwa dunia tidak akan lebih  baik tanpa Islam? Sebaiknnya langsung baca saja di bukunya.

Berbeda dengan dua buku sebelumnya, 99 Cahaya di Langit Eropa dan Berjalan di Atas Cahaya, yang merupakan catatan perjalanan sesungguhnya (fakta), Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan gabungan fakta dan fiksi. Akibatnya, pembaca tidak mampu membedakan mana yang benar-benar dialami oleh pasangan penulis dan mana yang hanya imajinatif. Menurutku, kejadian yang benar-benar fiktif itu berada di ending cerita. Karena terlalu manis dan dirasa cukup jauh untuk mencapai akhir seindah itu. Mungkin itu juga yang menjadi kekurangan buku ini dan membuat  beberapa pembaca setia agak kecewa. But, overall aku sangat menikmatinya.

Bagi teman-teman yang ingin memiliki buku setebal 346 halaman terbitan Gramedia Pustaka Utama ini bisa didapatkan di toko-toko buku dan Gramedia dengan harga Rp 75 000. Selamat membaca dan menemukan banyak hal menggetarkan. Semoga apa pun yang kita pilih untuk dibaca, bisa memperkaya pengetahuan dan memupuk keimanan kepada Allah swt. 
Demi matahari dan cahaya siangnya.
Demi bulan apabila mengiringinya.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa menyucikan jiwa.
Pancarkan Islam. Tebarkan salam. Sinarkan kedamaian.
Semoga kedamaian, rahmat, dan berkah Allah menyertai kamu sekalian (hal 335).
Lots of Love
Sofia


19 comments:

  1. aku nggak menggebu2 sih sama buku ini,tapi habis baca ulasannya disini kok penasran ya....hehehe. makaish ya mbak ulasannya, 4 jempolllll,suka banget ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe... nanti pinjam punyaku aja ya Mbak :)

      Delete
  2. jadi penasaran dengan bukunya. Kalau 99 Cahaya di Langit Eropa aku udah baca sih, itu aja aku bertanya-tanya ini fakta atau fiksi ya mengenai sejarah islamnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau yang 99CDLE itu fakta Mbak. Tapi buku yang ketiga ini campuran antara fakta dan fiksi, jatuhnya jadi novel.

      Delete
  3. Wah, aku kurang suka buku fiksi sih :p Tapi kalau banyak hikmah yang bisa kita ambil, boleh banget ya untuk jadi rekomendasi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbakku... lagian gak begitu tebal bukunya.

      Delete
  4. aku belum pernah baca bukunya mbak, penasaran sih kapan hari ke gramed mau beli..tapi masih bingung soalnya enakan nonton langsung di bioskop aja hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe...sama kayak temen kamarku ya mbak. Dia paling anti baca, sukanya langsung nonton. Justru lebih seru katanya. Gak lama lagi buku ini bakal di filmkan juga kok mbak. Menunggu saja :))

      Delete
    2. Mbak Dwi ntar pinjem punyaku aja ya. Tapi, agak2 lama, soalnya skrg novelnya lagi dibaca sepupu :)
      Mungkin February awal kali yaa :))

      Delete
    3. Wah rumahnya deketan ya Mbak Nurul?

      Delete
  5. Saya sudah baca, lebih suka bukunya yang pertama sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Ru... aku juga gitu. Tapi yang ini bagus juga.

      Delete
  6. wah, menarik sekali. rasanya saya perlu membacanya juga. pinjemin dong... *upss* hihihi... ini memang di sisi lain berkah tragedi WTC juga. banyak yang mengalir masuk Islam. para penulis juga kebagian berkah sebagai setting cerita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya alhamdulillah tragedi WTC justru banyak menarik warga Amerika buat mengetahui Islam lebih jauh.

      Delete
  7. sudah lama pengen beli buku ini, ngarep stoknya msh ada, dan dapat harga miring...hehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau di gramed kayaknya tetep 75 k deh kak, soalnya termasuk buku laris yaa... diskon itu kalau udah mulai kurang pembeli. Atau bisa juga dapat gratis kalau ikutan kuis :) pinjam punyaku aja kak :)

      Delete
  8. Aslm. mba bagi inspirasi menulisnya dong di blog...
    salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walaikumussalam... wah, saya justru merasa belum pantas menulis yang begituan. Masih amatiran. Hehe salam kenal kembali ya ;)

      Delete
  9. Assalamualaikum mba Sofi, perjekenalkan saya Dhai Heliantika. Berhubungan dengan skripsi saya tentang pembaca novel Bulan Terbelah di Langit Amerika saya tertarik dengan resensi mba Sofi, jika berkenan apa mba mau diwawancara via email?
    Mohon balasannya terimakasih :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...