Saturday 1 August 2015

Macau: Stylish, Ramah, Teratur, Bebas Macet

“Hi Sir, can you tell me the way to Paradise Garden?” Zahra bertanya pada seorang laki-laki muda petugas keamanan.
Petugas bagian keamanan di sana mirip ini semua :D
Layaknya hotel-hotel dan mall-mall besar, Sheraton Hotel tempat kami menginap juga menempatkan petugas keamanan di berbagai penjuru. Secara umum, mereka adalah laki-laki muda berpakaian rapi, lengkap dengan jas hitam, sepatu mengkilap, dan kabel seperti pegas di telinga, persis seperti laki-laki dalam drama Korea The Master’s Sun yang pernah kutonton salah satu episodenya. 
“Okay, follow me.” Ucapnya kemudian berjalan cepat di depan aku dan Zahra. Mungkin ia tidak begitu bisa berbahasa Inggris, jadi daripada pusing menjelaskan, lebih baik mengantarkan langsung.
Kami berjalan hampir seratus meter, kemudian menuruni eskalator tinggi. Berkali-kali laki-laki itu menoleh ke arah kami yang terseok-seok mengejar, ia mengode dengan tangannya agar kami terus mengikuti. Sampai di ujung eskalator, ia menyerahkan kami pada petugas keamanan lain yang bertugas di sana. Setelah itu, ia melambaikan tangan dan kembali ke tempat semula.
“Paradise Garden?” Zahra kembali menyebutkan.
“Oh, that’s the way...” ucapnya sambil tersenyum ramah. Tangannya menunjuk plang yang terpasang di depan salah satu belokan.
Oh, ternyata Paradise Garden sudah bisa terlihat dari tempat kami berdiri. Setelah mengucapkan terimakasih, segera saja kami mendatangi taman tersebut. Informasi mengenai keberadaannya kami dapatkan dari Bu Ningsih. Ia mengatakan bahwa di Paradise Garden banyak bunga-bunga cantik sekaligus permainan air mancur yang indah. Taman itu dibuat di dalam bangunan hotel, jadi tidak perlu terjemur panas matahari untuk sampai di sana.

Paradise Garden (Dok.pribadi)


Semua tempat indah di atas bisa didapatkan tanpa perlu keluar hotel. (Dok.pribadi)
Pemilik hotel sepertinya tidak ingin membuat pengunjungnya bosan, itulah sebabnya mereka menyediakan segala hal di dalamnya, mulai dari retoran, tempat belanja, hingga taman-taman. Aku mengarahkan kamera ke beberapa sisi, kemudian memilih duduk. Sebelumnya sempat juga kami berfoto dengan makhluk-makhluk animasi dalam film, tentu saja gratis. Banyak pengunjung duduk-duduk di sana hanya untuk bersantai sejenak. Menghabiskan waktu di taman itu sambil membaca novel pasti sangat menyenangkan, pikirku.

Di lain hari, saat aku dan dua finalis lain memutuskan untuk jalan-jalan ke A Ma Temple sebelum jam keberangkatan kembali ke Hongkong, aku kembali dibuat terkesima oleh keramahan seorang sekuriti tua. Ketika itu Una memilih untuk menunggu di area A Ma Temple, sementara aku dan Zahra kukuh ingin mendaki Penha untuk melihat gereja yang berdiri di sana. Una sendiri sudah pernah berkunjung ke sana saat kedatangan ke Macau beberapa waktu sebelumnya.

“Sir, is it the right way to the Church?” Zahra bertanya pada laki-laki yang mulai renta tersebut. Seperti tebakanku, laki-laki itu tidak paham bahasa Inggris. Ia memberikan kode kepada kami bahwa ia tidak mengerti.

Kami lalu tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Namun saat kami akan melanjutkan langkah, laki-laki itu memanggil. Kedua tangannya dibentuk menyilang seperti tanda salib, spontan kami berdua mengangguk. Ia tersenyum kemudian dengan semangat menunjuk jalan yang tepat menuju ke atas bukit.
“Xie xie...” ucap kami sambil sedikit membungkukkan badan.
Sebenarnya banyak cerita yang terekam ingatanku tentang keramahan penduduk di sana, namun biarlah lain waktu saja kuceritakan lagi.

Selain tentang keramah-tamahan, penduduk Macau juga sangat memperhatikan penampilan. Kuperhatikan, baik itu di area outdoor seperti Senado Square, hotel-hotel, pantai, hingga di bus publik pun diisi oleh orang-orang berpakaian stylish. Para wanita kebanyakan tidak memakai make-up tebal, namun tidak juga bisa dikatakan bebas make-up. Riasan natural dipadukan dengan sepatu heels, jaket mengkilap, dan rambut aneka style, membuat semuanya terlihat manis difoto. Aku jadi teringat pada street fashion yang kulihat di Orchad Road Singapura beberapa bulan lalu.

Source:www.charlaviolet.com
Begitu juga dengan para laki-lakinya, meskipun tidak semua menggunakan pakaian resmi seperti kemeja, jas, dan celana kain, namun mereka tetap memperhatikan penampilan. Aku tidak tahu, apakah faktor fisik yang membuat mereka terlihat bagus dengan pakaian model apa saja, atau memang karena mereka pintar memadu-padankan pakaian yang dikenakan. Apapun alasannya, ke mana pun mata memandang, orang-orang di sana selalu enak dilihat. 

Lalu bercerita soal bebas macet, ini tidak sempurna benar. Namun aku berani memberikan nilai 9 dari 10 dalam urusan bebas macet. Hotel berdiri di segala sisi kota, penduduknya cukup ramai untuk kota semungil itu, namun jalan raya mereka bisa terlihat lengang. Bus yang kami tumpangi selalu saja melaju di jalanan yang bersih bersama satu-dua mobil lainnya. Sepeda motor hanya sesekali tampak, itupun jumlahnya masih bisa dihitung jari. 
Jalan sesempit ini bebas macet. (Dok.pribadi)
Selain di area Senado Square, para pejalan kaki di jalan-jalan kota Macau tidak seramai di Malaysia atau Singapura. Mereka gemar menggunakan bus umum dan taxi untuk bepergian. Hal lain yang membuat jalan di sana terkesan teratur  karena semua pengguna jalan memiliki kepatuhan yang luar biasa. Jalan dengan lebar dua meter pun memiliki zebra cross dan semua orang akan menyeberang di sana. Saat lampu merah menyala, seketika semua kendaraan langsung berhenti, tidak ada yang curi-curi kesempatan. Sedangkan para pejalan kaki tidak mau menyeberang sebelum lampu tanda boleh menyeberang menyala. 

Pernah di suatu sore saat aku dan tiga teman wanita ingin mengunjungi kanal-kanal di Venetian, kami terlebih dahulu memotret areal depan sebelum memasukinya. Venetian memiliki jembatan melengkung yang juga berfungsi sebagai gerbang masuk kendaraan. Ada dua ruas jalan masing-masing dengan lebar 5 meter, satu ruas untuk masuk dan ruas yang lain untuk keluar. Jalan tersebut dilengkapi zebra cross lengkap dengan lampu rambu-rambu lalu lintasnya.  

Foto dicomot dari blognya Mbak Puput. Waktu itu foto juga, cuma hasilnya berbayang :(
Ketika itulah, kami semua dibuat heran oleh tingkah dua laki-laki berseragam. Mereka tetap berdiri di tepi zebra cross menunggu agar bisa menyeberang. Memang saat itu lampu merah tanda tidak boleh menyeberang sedang menyala, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda akan ada mobil yang ingin masuk ke Venetian. Tapi dua laki-laki itu, meskipun tidak ada yang tahu, mereka tetap memilih untuk taat peraturan. Bisakah kita juga seperti itu?

Macau Government Tourist Office Representative in Indonesia
Twitter    : @macauindonesia
Facebook: MGTO Indonesia
Website   : http://id.macautourism.gov.mo/  

30 comments:

  1. Huhuhu.... seneng bacanya. Serasa ikut jalan2 juga ke macau. Memang belum rezeki untuk bisa ke Macau gratis :-) tapi, baca pengalaman mak sofi udah saya bikin saya terhibur, xixixi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Macau tidak begitu jauh dari Indonesia Mbak, insya Allah bisa segera ke sana. Thanks juga sudah mampir :)))

      Delete
  2. Tengkyu sharingnya jeng sofi...kpn ya daku bs nemu paradise garden yg keren ituuhh...hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Mbak Eka pasti bisa segera ke sana... Ohya mbak, blognya aku suka lho ;)

      Delete
  3. Ihiy.. liputannya udah nyampe oleh2nya yg belum niih ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha...oleh-olehnya langsung ludes diserbu temen2 kelas mbak...

      Delete
  4. kere banget ya, macau bebas macet nggak seperti kota2 disini hehehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kere atau keren nih mbak? artinya beda jauh lho..haha
      Sempat ada macet juga, tapi cuma lima menitan :D

      Delete
  5. foto2nya sendiri mana :D
    belum pernah ke macau....soon
    asyikkk jalan2 kemaren ya ini ^^ selamat ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, nanti kalau ada fotoku kontrasnya jauh banget. Di sana terlalu indah untuk kukotori *bahasanya
      Insya Allah segera ke sana :)

      Delete
  6. andai saja di negara kita kayak dua cowok itu ya mbk,andai saja....tempatnya bagus bangettt,macau terkenla gara2 film apa itu ya judulnya...keren memang kotanya^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak... film Boy Before Flowers :D ayo mbak segera berkunjung ke sana :))

      Delete
  7. Waah..keren banget. Seru banget ya perjalanannya. Mupeng dot kom

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha..alhamdulillah VIVA and MGTO sangat keren memperlakukan kita selama di sana mbak. Ayo segera ke sana, gak jauh kok :)

      Delete
  8. aduh asyik...jalan2. mana foto sendirinya? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah nanti di lain post saja mbakk :)

      Delete
  9. Kereeen! Dikau memang sophisticated, darling! :))

    ReplyDelete
  10. Tadi baru menikmati macau di blog una eh nyasar ke macau lg sini. Asyikknyaaa bisa jln2 kesana mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya maakk Irma jelita, alhamdulillah nambah pengalaman :)

      Delete
  11. foto2nya itu lho.... bagus banget :)

    ReplyDelete
  12. tempatnya asyik banget ih... kapan ya saya bisa ke sana :D

    ReplyDelete
  13. Asyiiik udah keluar oleh-oleh dari Macau nya. Kalo aku jadi mbak Sofia, pasti bakal demen ngeliatin orang-orang yang pada stylish gitu ya.

    ReplyDelete
  14. Sepertinya menarik , tadinya nggak ada di list perjalanan baca ceritanya kok bagus ya :)

    ReplyDelete
  15. I miss Macauuuu... cantik banget yah Paradise Garden itu. Ah kamu juga stylish Sof :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...