Tuesday 29 September 2015

Mengenal Topi dari Masa ke Masa



Siapa yang tidak kenal topi, sebuah aksesoris yang tidak kalah diminati pada jaman ini. Yeah, sekarang hat atu topi memang tidak lagi jadi simbol status sosial seperti pada jaman-jaman Titanic, tahun 1880-1920 an. Kalau masa itu, semakin banyak riasan bunga plus bulu di topi, bisa dipastikan dia berasal dari golongan atas. Terlebih kalau dia pakai gaun kembang yang bikin segala aktivitas jadi serba sulit. Kurasa, orang jaman itu lebih peduli ‘status’ ketimbang kenyamanan saat berpakaian. Yeah, you could see di film Titanic seperti apa menderitanya pemeran utama wanita di sana. Hingga akhirnya Perang Dunia I menyelamatkan manusia dari jaman pemborosan topi ini.
 
http://blog.tuppencehapenny.co.uk
Bisa ngebayangin kepala ditambah benda segini besar?
Main di pelem apa, sih?
Masuk pada tahun 1920 (dimulai saat PD I berakhir), topi sudah mengalami revolusi jadi lebih simpel dan easy to wear. Kurasa jaman ini adalah kebalikan dari topi pada era sebelumnya, bahkan ada yang sangat kecil sampai mirip cangkir di atas gulungan rambut. Pada  jaman ini, topi dipakai terlalu ke depan, hampir menutupi mata. So, ketika mereka mau melihat sesuatu, ya harus mendongak dulu. Pada musim panas mereka pilih menggunakan topi ala-ala pantai yang pinggirnya lebar, namun perbedaan dari jaman sebelumnya, topi tersebut tidak dilengkapi bunga setaman dan bulu sekandang. Nah, sejak jaman inilah payung tersingkirkan dari dunia fashion, karena mereka pilih pakai topi lebar ketimbang bawa-bawa payung. Asal tahu aja lho, di era sebelumnya, payung itu identik sebagai aksesoris fashion. Mau hujan mau panas, mereka teteup deh buka payung, kadang dijadikan ala-ala tongkat.



http://blog.tuppencehapenny.co.uk
Di antara sekian banyak model di era ini, tipe cloche adalah yang mendominasi (aelida.com)


Dimulai tahun 1950, topi sudah berganti trend lagi. Perempuan masa itu lebih suka topi simpel, aneka model, tapi tidak lagi dipakai hingga menutupi mata. Yeah, mereka lebih fashionable, meskipun menurutku, topi jaman 1920 tidak kalah keren. Jaman ini, sudah ada gaya topi yang mirip lempengan martabak. You can see at the photo bellow, yes!
 
http://blog.tuppencehapenny.co.uk
Perwakilan masa itu adalah film Gone with Wind
http://blog.tuppencehapenny.co.uk
Era 1950 (vintagehandbook.wordpress.com)
Tahun 1960, topi berganti model jadi ala-ala karung. Yeah, bisa dibilang seperti topi bulu orang Rusia, bedanya di jaman itu topi punya aneka inovasi, tidak melulu satu warna. Topi sejenis turban dan bando lebar juga muncul di era ini.

Topi jadi miskin model saat kita masuk ke tahun 1970. Masa ini para wanita lebih suka pakai topi bertepi. Yah kalau pas cuaca panas, mereka pilih yang bertepi lebar. Kalau dingin, pilih yang sempit. Tapi semuanya tidak jauh-jauh dari bentuk topi bertepi.
 
http://blog.tuppencehapenny.co.uk
kathrynmenue.wordpress.com
http://blog.tuppencehapenny.co.uk
1970 era (www.aliexpress.com)
Tenang saja urusan topi, karena kita (alhamdulillah) hidup di jaman kombinasi. Why? Yeah, jaman sekarang mah semuanya serba campur aduk, semua boleh dipakai. Meskipun koleksi para desainer kenamaan yang biasanya dijadikan perwakilan mode di tahun tertentu, tapi kita setuju kan kalau sekarang adalah jaman orang menjunjung tinggi kebebasan. Tidak hanya topi, kita pun sudah mencampur adukkan mode pakaian. Namun secara umum, topi jaman sekarang dijadikan lebih simpel. Topi berbunga atau bentuk cangkir teh biasanya digunakan dalam acara tertentu seperti fashion show atau konser. Untuk sehari-hari, jangan salah, ada juga kok yang berani pakai topi model jadoel. Namun umumnya mereka adalah kalangan fashion icon yang suka dibilang be a fashion daripada follow the fashion. Intinya mix and match fashion ala mereka sendiri. Topi diambil dari tahun sebelum PD I, kemeja ala tahun 1950, dan celana bawahan lebar ala A Rafiq pun oke-oke saja. 
 
Cloche dari tahun 1920 ala Jolie (glamourdaze.com)
Kate menggunakan topi ala Jackie Kennedy dari tahun 1960 (hrhduchesskate.blogspot.com)
Kalau soal fashion, Kate emang ratunya. Tentukan sendiri dia ambil topi dari abad ke berapa. (nobedopacina.comuf.com)
Ala tahun 70-an (www.aliexpress.com)
Biarpun ini jaman bebas, tetap saja ya kita punya model topi yang mewakili jaman. Lihat saja di toko-toko hingga lapaknya pedagang kaki lima, sekarang yang banyak dijual plus banyak dipakai untuk aktivitas sehari-hari adalah jenis topi fedora, baseball, top hat, gatsby, bowler, akuba, dan boater. Nah, yang paling banyak digemari kayaknya fedora, deh. Banyak sekali toko offline and online yang menyediakan topi jenis fedora ini. See the photos!
 
Fedora, topi jadul yang dihidupkan kembali oleh Avril (www.pinterest.com)
Topi gatsby ala Maher Zain  (pinterest).
So, kamu lebih suka pakai topi ala tahun berapa?
  

Tanjung Uban Bintan, Here I am...!



Bintan oh Bintan, akhirnya di sinilah aku. Pasca wisuda aku memang pilih istirahat selama satu bulan di rumah, ikut saran Ibuk. Setelah itu, aku memutuskan untuk kembali merantau. Bagi orang yang biasa hidup membuana, hidup di kampung halaman terlalu lama itu rasanya suntuk. Bagiku kampung halaman adalah tempat untuk istirahat sekejap saja, kalau lebih dari dua bulan, plus tanpa kegiatan, ditambah sudah graduated, dan dilengkapi sudah berumur 20 tahun, kampung halaman tidak lagi jadi tempat istirahat. Hidup di rumah sendiri pun berasa numpang, dan bawaannya tidak tenang.

Nah, akhirnya, seperti yang pernah kutuliskan dalam blog ini, rencana selanjutnya adalah menyusul sepupuku ke Bintan. Aku punya dua orang sepupu perempuan sekaligus sahabat kecilku dulu di pulau Bintan ini. Satu sudah berkeluarga, dan satunya lagi seumuran denganku. Dulu, begitu aku tamat Aliyah, aku langsung ke Bogor untuk berkuliah, sementara sepupuku langsung ke sini untuk bekerja.

Baiklah, langsung saja kita bercerita tentang Bintan, sebuah pulau yang dikenal dengan pasir putih dan laut birunya, sekaligus dilantik sebagai pulau tercantik kedua setelah Bali. Selama tiga tahun di Bogor, aku sama sekali tidak tahu tentang itu. Kupikir Bintan hanyalah pulau kecil yang tidak begitu tersohor. Uh, tahunya keren sekali, bahkan salah satu areal bernama Lagoi sudah jadi kawasan wisata Internasional. 
 
Salah satu pemandangan di salah satu resort yang ada di Lagoi. (http://blog.gogonesia.com/)
Aku tidak tinggal di kawasan Lagoi. Harus jual diri dulu kali bisa nginep tiap malam di sana. Wong per malamnya saja ada yang nyampe 2000 dolar. Oh, iya, jika kalian mau berwisata ke Lagoi, maka harus siap sedia dolar Singapore. Mereka hanya menerima bayaran dalam mata uang tersebut. Begitu kalian sudah sampai Lagoi, silakan pilih resort mana yang paling pas dengan keinginan dan kocek.  Di sana juga ada Nirwana Resort milik Aburizal Bakrie, lho. Ada Banyan Tree yang terkenal dengan kemahalannya (suami sepupu kerja di sini nih). Dan ada resort-resot lain yang sama kerennya dalam hal pelayanan dan fasilitas. Semua menyediakan pantai dengan keindahan luar biasa. Plus, jika kalian punya uang lebih, boleh juga sewa pulau privat di sana. 
 
Ini pantai yang gratis, pantai Trikora. (http://blog.gogonesia.com/)
Lain waktu aku akan bercerita tentang Lagoi, sekarang aku mau bercertita tentang kota tempatku tinggal. Aku tinggal di kota kecil bernama Tanjung Uban, sekitar 30-40 menit dari pelabuhan Punggur di Batam. Tanjung Uban hanya kota kecil yang manis, dan jujur, sejak pertama kali aku datang ke sini, aku sudah jatuh cinta. Belum ada foto yang bisa kutampilkan, karena memang aku baru dua hari di sini. Pernah jalan-jalan, sayangnya di waktu malam, jadi tidak bisa ambil foto. 

Kota Tanjung Uban adalah kota di pinggir laut biru dengan pasir putih. Kota ini bisa dikelilingi dalam waktu beberapa menit saja dengan motor, kurasa tidak akan menghabiskan satu botol bensin. Banyak tempat makan kecil yang menyediakan meja dan kursi-kursi di luar, jadi pengunjung bisa menikmati makanan sambil menghirup udara segar. Saat malam hari, pemuda-pemudi paling senang nongkrong di ujung halaman masjid terbesar kota ini, karena posisinya ada di bukit. Dari sana, kerlap-kerlip lampu kota akan terlihat dengan jelas. 

Mall? Belum ada di sini. Masyarakat memenuhi kebutuhan mereka dengan berbelanja di minimarket, toserba, pasar tradisional, dan swalayan. Hmm... kalau soal belanja pakaian, di sini sudah banyak butik-butik baik kecil, sedang, maupun besar. Beli sweater rajut pria, kardigan, pashmina, kemeja, tunik, jaket, dll, semuanya kuperhatikan tidak ketinggalam model kok, dibandingkan sama di kota-kota sekelas Bogor. Mau beli pulsa, ponsel, dan alat-alat elektronik lainnya, di sini juga sudah ada konter-konter besar. Mau beli ponsel yang iklannya baru nongol di televisi pun ada. 

Transportasi umum? Hanya ada ojek di sini. Ada beberapa bus, tapi hanya untuk carteran wisata, dan bus khusus karyawan perusahaan. Jadi, di sini berdiri banyak pabrik dan perusahaan, selain kawasan wisata tadi. Pokoknya yang paling maju sekaligus paling banyak menyerap tenaga kerja di sini adalah bagian industri dan pasriwisata. Hebatnya, perusahaan-perusahaan tersebut menyediakan bus khusus untuk menjemput dan mengantar karyawan mereka. Bus lainnya adalah bus antar wilayah penting, misal Tanjung Uban ke Lagoi, Tanjung Uban ke Tanjung Pinang, dan sebaliknya. Pokoknya jalan lebar di sini masih rada lengang. Mobil pribadi pun kurasa jumlahnya tidak sampai seratus.

Pasti pusing ya, apa bedanya Tanjung Uban, Tanjung Pinang, dan Lagoi? Terus Bintan itu yang mana?

Perlu diketahui sahabat sekalian, pulau ini disebut Bintan. Nah, di pulau Bintan ini terletak ibukota provinsi Kepulauan Riau yaitu Tanjung Pinang. Lalu di dalam pulau ini juga ada kecamatan bernama Bintan Utara, Selatan, dll. Di dalam kecamatan bernama Bintan Utara inilah terletak Tanjung Uban. Jadi Tanjung Uban berada di Utara pulau Bintan, sementara Tanjung Pinang ada di Selatan. Sedangkan kawasan Lagoi ada ditengah antara Tanjung Uban dan Tanjung Pinang. Jarak tempuh dengan mobil atau motor sekitar 40 menit dari kedua spot tadi. So, wisatawan lokal biasanya pergi ke Lagoi melalui dua alternatif rute. Pertama, bandara Hang Nadim Batam-pelabuhan Punggur-naik ferry atau speed boat ke Tanjung Uban-kemudian rental mobil menuju Lagoi. Alternatif kedua, landing di bandara Tanjung Pinang dan selanjutnya ambil transportasi darat menuju Lagoi.

Lalu wisatawan internasional? 
 
Di salah satu spot yang ada di kawasan Lagoi (http://mytravelingphotograph.blogspot.co.id/)
Mayangsari Resort di Kawasan Lagoi (http://mytravelingphotograph.blogspot.co.id)
Jangan heran, mereka lebih banyak masuk via Singapore. Ada layanan speed boat atau mungkin kapal pesiar langsung dari Singapore menuju Lagoi. Di Lagoi ini pula ada lapangan golf yang katanya terkeren se-Asia Tenggara. Perancangnya adalah arsitek dari luar yang udah terkenal (I’ll take a research for it as soon as possible and then write a single writing about it, but not yet guys. Now i am taking care of my little cousins).  Hihi
 
Ini nih wujud padang golf yang ada di Lagoi (http://blog.gogonesia.com/)
Baiklah, sekali lagi kukatakan, Tanjung Bintan adalah kota kecil yang manis. Pertama kali datang ke sini, aku sudah jatuh cinta. Pernah kuceritakan dalam satu tulisan, bahwa suatu hari aku ingin mencicipi kehidupan di kota kecil yang tenang. Tidak terlalu ‘ndeso’ sehingga semua akses sulit, tapi tidak juga sepadat dan menyesakkan seperti Jakarta dan sekitarnya. Dan alhamdulillah, sungguh aku tidak pernah menduga, itu sudah kudapatkan di sini. 

Lain waktu, kalau aku sudah berkeliling, i’ll post photo taken by my own self. Doakan semoga kota ini mendatangkan berkah untukku selanjutnya. Aamiiin...

Sunday 27 September 2015

Seorang Gadis Turki Bernama Elif



Namanya Elif, seorang gadis Turki berumur 21 tahun. Aku sudah berteman dengannya di facebook sejak satu tahun lalu, tapi saat itu aku hanya kenal dia sekedarnya saja. Dia pernah mengirimiku pesan di facebook, dan kita menjalin percakapan tidak begitu panjang. Waktu itu yang kutahu dia adalah mahasiswi sekaligus pengajar di sebuah Taman Kanak-Kanak. Setelah itu kami tidak pernah berkomunikasi lagi, hanya saling like apabila salah satu dari kami post status atau foto. Saat dia ulangtahun ke 21 beberapa minggu lalu, aku sempat menuliskan selamat ulang tahun di dindingnya, dan dia membalas dengan kalimat yang jauh lebih manis. Kurasa semua orang Turki memang hobi memuji.

 Beberapa hari lalu, iseng aku mengetikkan namanya di search box yang ada di instagram. Banyak sekali nama yang sama muncul, namun instingku mengatakan instagram milik Elif yang kukenal adalah yang paling atas. Sayang sekali, akun tersebut dikunci, pun foto profilnya hanya siluet gelas teh. Baiklah, aku tetap mengirimkan request pada akun tersebut. Hingga beberapa jam kemudian, aku dibuat kaget oleh puluhan notifikasi berwarna merah muncul di layar instagram. Segera aku membukanya, dan oh, semuanya adalah like dari Elif. Akun tersebut benar miliknya dan dia juga mengingatku. Kami saling berbalas komentar di salah satu foto yang pernah ku-upload beberapa minggu lalu. 

Keesokan harinya, aku memasukkan foto selfie di instagram, dan selang beberapa menit Elif mengirimiku pesan langsung. Banyak sekali kalimat pujian darinya. Namun sama seperti kebanyakan orang Turki, Elif pun tidak begitu menguasai bahasa Inggris. Kuperhatikan, dia membalas pesan-pesanku dengan bantuan google terjemahan. Syukurnya, dia tahu basic bahasa Inggris, jadi aku masih bisa menangkap apa yang ia tulis di sana. Sesekali dia juga menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. That’s a honor!
“Sofia, ayo berikan alamat rumahmu, aku ingin sekali mengirimkan sesuatu dari Turki untukmu.” Tulisnya, kali ini dalam bahasa Turki.
Tentu saja aku tidak bisa menerima begitu saja. Bagiku, bersahabat dengannya saja sudah lebih dari cukup. “Oh, my dear Elif. Sungguh jangan mengirimkan apapun untukku. Berteman denganmu saja aku sudah senang, dan tidak mengharapkan apapun lebih daripada itu.”
“Please, Sofia. Ini hanya hadiah kecil. Lagipula saling memberi hadiah itu adalah sunnah. Lutfen, Sofia.”
Akhirnya aku tidak bisa menolak permintaannya. Aku sedikit kecewa ketika dia justru berkali-kali menolak memberikan alamat ketika kuminta. Maksudku, agar aku pun bisa mengiriminya cendera mata suatu saat nanti. Dia bilang tidak mau membenaniku dengan ongkos kirim dan sebagainya, lagipula dia di sana tidak membutuhkan apapun. 

Ah, Elif, dia pandai sekali beralasan.

Elif pernah meng-upload fotonya dengan kerudung biru muda di depan blue Mosque, di tengah cuaca cerah. Ia terlihat sama cantiknya dengan Masjid Biru. Di sana aku berkomentar kalau dia terlihat guzel, dan Blue Mosque juga indah. Lalu balasan dari Elif, “Ayo datanglah ke Turki dan kita pergi bersama ke sana.” Lagi-lagi Elif hanya membuatku menelan ludah. Siapa pula yang tidak ingin berkunjung ke Istanbul. 

Instagram Elif sama dengan instagram gadis Turki lain, semua fotonya terlihat cantik. Dan menurutku, mereka sangat fotogenik. Gaya berkerudung dan berpakaian mereka, dan kecantikannya juga di atas rata-rata. Entah mengapa, aku suka dengan gaya berpakaian wanita Turki dan cara mereka mengenakan hijab. Selalu ada daya tarik tersendiri. Tunik dan coat yang khas sipadu padankan dengan pashmina panjang berbahan sutra.  So, i never borred open their instagram account more and more. Hihi

Sekarang, aku dan Elif berkomunikasi via whatsapp. Dialah yang memberikan nomornya padaku terlebih dahulu. Meskipun bahasa kita berbeda, alhamdulillah kita bisa saling memahami. Terkadang yang kita bahas hanya hal remeh-temeh. Azan yang ia rekam, buku favorit, makanan favorit, tanaman di balkon, binatang peliharaan, resep makanan, dan hal-hal seperti itu. Dia pernah mengirimiku foto-foto saat ia membuat bon apetit ala Turki. Kue tersebut berbentuk segi tiga, sejenis pastri, dan dari keterangan Elif, bahan-bahannya terdiri atas tepung jagung dan keju.





Elif pernah bertanya padaku, apakah aku bisa membaca Al Quran atau tidak. Aku menjawab iya, karena sejak kecil Bapak sudah mengajariku membaca Al Quran. Elif begitu sedih karena dia tidak bisa membaca dengan baik. Mengingat keadaan Turki pasca runtuhnya Ottoman, aku tidak heran pada pengakuan Elif. Banyak masyarakat Turki yang tidak bisa mengamalkan praktek agama di bawah pemerintahan sekuler, termasuk mengajari anak-anak mereka mengaji. So, wajarlah apa yang dialami Elif.

Selanjutnya, Elif bertanya bagaimana ejaan namaku. Ia bilang, dalam bahasa Turki namaku akan dieja menjadi Safiye. Tapi bagaimana ejaan namaku dalam bahasa Arab? Tanyanya. Kubilang padanya bahwa namaku sudah berdasarkan ejaan Arab. Dari cerita Bapak dan Ibuk, beberapa hari setelah kelahiranku, mereka sibuk mencari nama yang tepat untukku. Akhirnya, nama-nama istri Rasulullah saw ditulis oleh Bapak di dalam potongan-potongan kertas, kemudian digulung, dan Ibuk diminta untuk mengambil salah satu. Ajaib, hingga tiga kali pengulangan, nama Sofia tetap terpilih. Sejak itulah ditetapkan namaku Sofia. Empat belas abad lalu, nama Sofia adalah salah satu istri nabi Muhammad yang berasal dari Yahudi. Namun ia adalah wanita beriman, bahkan sejak belum bertatap muka dengan Nabi. Lain waktu, aku akan membuat tulisan khusus untuk sejarah Sofia dan pernikahannya dengan Rasulullah saw.

Kembali pada Elif, setelah aku bercerita tentang asal muasal namaku, ia pun beriniasiatif menceritakan sejarah namanya. Elif pernah tidak punya nama selama satu minggu, karena orang tuanya belum menemukan nama yang cocok untuknya. Ayah Elif bilang, anak perempuan mereka harus memilih sendiri namanya. Pertama, Sang Ayah memanggilnya ‘Aisye’, tapi sayang Elif tidak merespon apa pun. Lalu, Sang Ayah memanggil ‘Elif’ dan dia pun tertawa. Sejak itulah namanya Elif.

Beberapa hari lalu Elif mengirimiku fotonya saat di mobil. Ia bilang sedang akan berkunjung ke rumah sang nenek di Izmit. Oh ya, sekarang Elif kuliah di Kutahya, sebuah provinsi yang berada di benua Eropa. Dia kuliah di Akdeniz universitesi, jurusan Pre-School.

Satu hari yang lalu Elif berkunjung ke Istanbul, dan dia mengirimi beberapa foto lagi. Hari ini (23/9), Elif pulang ke Izmit untuk persiapan liburan Kurban Bayram (Idul Adha). Ia bilang akan berlibur ke Antalya, sebuah provinsi bagian Mediteranian.
Istanbul
Sekian dulu yang bisa kutuliskan tentang sahabatku, Elif. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang yang luas untuknya. Canim benim, her sey icin tesekkurler. Sizi cok seviyoruuuzzz...


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...