Jangan sekali-kali berpikir bahwa engkau akan mampu memilih
jalan sendiri sebab cintalah yang akan menuntunmu ke jalannya—Kahlil Gibran
Wah, ada apa nih malam-malam mengutip aforisme tentang cinta?
Sebenarnya aku lagi nggak bisa tidur gara-gara tidur siang
yang kepanjangan. Jadinya merenung sejenak, dan terakhir terciptalah tulisan
berikut ini. Bahasan yang ringan dan tentunya menyenangkan. Siapa sih yang
nggak senang kalau bahasannya soal cinta?
Baiklah, sebelum lanjut, aku mau tanya nih, pernahkah kalian
mencintai sesuatu dengan sepenuh hati?
Pasti pernah ya. Begitu juga aku.
Aku pernah mencintai sejarah Prancis pra revolusi. Kalau nggak
salah perasaan itu ada saat aku masih duduk di bangku kelas II Aliyah. Kalian
tahu bagaimana cara aku mengekspresikan cintaku itu?
Aku mencari semua tulisan tentang sejarah Prancis, tentang
Marie Antoniette dan kisah tragisnya, tentang liontin yang melegenda itu,
tentang napas-napas terakhir kerajaan Prancis yang dipimpin Louis XVI. Jujur
dulu aku hapal semuanya—sekarang lupa lagi kalau ditanya detilnya.
Aku bikin komik mini yang tokoh-tokohnya berpakaian ala
bangsawan Prancis, aku juga bikin cerpen tentang itu. Cerpen itu tidak selesai
dan masih tersimpan rapi di diary cokelat—dalam lemari kamarku di kampung
halaman sana. Ceritanya tentang seorang gadis kecil yang masuk ke dalam lorong
waktu gitu, dan tiba-tiba dia ada di sebuah penjara gelap di bawah tanah (hayoo
ada yang ingat nama penjara di Prancis pra revolusi yang terkenal itu?).
Apalagi kalau bukan Penjara Bastille. Selanjutnya aku menuliskan kisah nyata,
meskipun penceritaannya jelas karanganku sendiri.
Aku juga dengan senang hati bercerita panjang lebar pada
teman-temanku, meskipun aku tahu mereka tidak berminat sama sekali. Bagiku kelamnya
kisah keluarga istana Prancis pra revolusi itu sangat menarik, klasik, dan
keren—menurutku saat itu lho!
Seiring berjalannya waktu, aku yang semakin beranjak dewasa,
apa lagi yang kucintai hingga terobsesi mencari detilnya?
Kehidupan yang berbeda. Maksud?
Ya, kawan. Di saat teman-temanku menceritakan mimpinya ini
dan itu. Aku justru hanya memimpikan satu hal, kehidupan yang berbeda dengan
teman-temanku di sana, di Riau. Aku tidak mau hidupku bersiklus seperti yang
kusaksikan di sana, aku tidak mau hidup hingga akhir hayat dengan orang-orang
yang itu-itu saja, aku ingin berpetualang. Aku ingin sesuatu yang berbeda,
meskipun tak semua kuketahui caranya. Pokoknya begitu aja!
Aku melihat satu-persatu temanku naik ke pelaminan, di
sampingnya berdiri seorang laki-laki berwajah familiar—karena sudah sering
kulihat, kalaupun tidak ia pasti berwajah brandalan kampung, dan sejenisnya. Lalu
mereka memiliki anak, berfoto dengan orang-orang kampung yang sama, kemudian
foto itu di-upload ke facebook.
Tidak! Aku tidak pernah menginginkan kehidupan seperti itu.
Mungkin hal inilah yang membentuk diriku yang sekarang. Mungkin juga hal ini
yang membuatku berani menempuh perjalanan Penyalai-Bogor seorang diri. Dan hal
ini juga yang membuatku tidak ragu-ragu untuk pulang-pergi kemanapun seorang
diri—bahkan lebih menyukai perjalanan sendiri. Satu hal yang paling kutakuti
saat melakukan perjalanan sendiri hanyalah menyeberang jalan.
Kini, aku sedang mencintai sebuah negara bernama TURKI. Jika
kalian bertanya sejak kapan? Sungguh ini bukan cinta yang seketika datang. Butuh
proses sedikit demi sedikit sejak aku duduk di bangku kelas III Aliyah. Sejak aku
menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri barang-barang bersejarah dari Museum Topkapi—di
Istanbul—yang dipamerkan di gedung MTQ Pekanbaru. Lalu berlanjut dengan kabar
seorang kakak kelas yang mendapat beasiswa ke sana, melihat foto-foto di
facebooknya yang bertebaran, dan tentunya menarikku untuk searching di google.
Sudah cukupkah semua itu menumbuhkan cinta?
Belum kawan. Itu masih sebatas kekaguman. Selanjutnya aku
memiliki seorang teman maya asal Pakistan yang kuliah di Turki. Darinya aku
mendapat banyak cerita tentang Turki, tentang Istanbul yang dicintainya. Lalu ditambah
dengan bacaan dalam buku 99 Cahaya di Langit Eropa, video-video, dan
tulisan-tulisan di internet yang membuka pintu hatiku untuk negara Al-Fatih
itu.
Terlebih lagi, entah kebetulan atau tidak, tiba-tiba saja
profesorku mewajibkan aku dan teman-teman sekelas mengikuti kursus bahasa Turki
(it’s no need payment, free!). Ia mendatangkan
tutornya yang native people ke ruang
program keahlian kami, setiap dua kali dalam seminggu—ya kita punya private class yang nggak boleh dipakai
kelas lain.
Kini aku bahkan telah menghapal denah Istanbul area Eminonu—sampai
ke area Blue Mosque, lalu meluncur ke Galata Bridge, Galata Tower, Istiklal Caddesi, hingga
berakhir di Taksim Square. Aku tahu letak Ordu, Ankara, Antlya, Keyseri,
Izmir, Cappadocia, Bursa, Konya, dan Corum di peta Turki.
Mungkin inilah
mengapa aku memulai tulisan ini—pengennya singkat tapi tetap aja jadi panjang—dengan
aforisme dari Kahlil Gibran di atas. Biarlah cintaku yang menemukan jalannya
sendiri. Satu keyakinan yang sudah kupostulatkan sendiri, bahwa segala sesuatu
yang dapat kulihat dalam hatiku, dapat kubayangkan, dapat kurasakan suasananya
walau hanya dengan memejamkan mata, insya Allah aku akan bisa mewujudkannya.
Insya Allah...
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di atas dunia ini, dia
mengangkat jiwa begitu tinggi, hukum-hukum manusia dan kenyataan alam tak akan
dapat mengubah arahnya atau merintanginya—Kahlil Gibran
Semoga suatu saat nanti sampean—dan saya—bisa berkunjung ke Istanbul, Turki. Oh ya, kabarnya di sana itu bebas visa ya? Beberapa waktu yang lalu teman saya liburan ke Turki.
ReplyDeleteAamiiin....iya bebas visa 30 hari :) terimakasih sudah berkunjung :)
DeleteYany dicintainya keren2
ReplyDeleteHehehe....terimakasih sudah berkunjung :)
Deleteceritanya menarik mba
ReplyDeleteTerimakasih :)
Deleteacieeehhhhh........he em he em.....
ReplyDeletengomongin cinta mameeennnnnn.....! ada turki-turkinya lagi
jangan curhat gitu lah buuutttt.....aku tau kok perasaan butir ke si dia....
cinta yang tak terungkap ya kan? atun syuhrap...
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHA :p
OMAAAA.....apa-apaan sih? dimana2 pake sebut2 nama gabungan yang jeleknya minta ampun. Bener deh wong aku gak pernah mikirin si ahap apa2 kok. Tuh Si Yengi kalau di kelas udah kegirangan aja gak pernah diejekin. :'(
DeleteKalaupun aku pengen punya suami ortuk, tetep aja bukan si Ahap. BEGETE!
fahimti?
hahaii.... fahimtu atun...........! makanya klo di ejek....jangan jingkrak-jingkrak, makin betah orang ngejekin butir....haha termasuk aku...... :P
DeleteTerus aku harus terima2 aja gitu ya? Oke deh! Besok2 aku bakal kalem aja kalau diejek. Senyum2 malah kalau bisa.
Deletehaha, malah senyum-senyum pula...... datar tanpa ekspresi ajalah but.....
Deletesepertinya butir harus les / kursus melatih ekspresi wajah.....sama aktor terkenal @nadyarinata
HAHAHAHA
Baik-baik-baiklah kalau begitu. Kapan kelas ekspresi kita dimulai? Oma, blogmu mana? aku cari2 kok ndak nemu tho?
Deletegak usah di cari but.... blogku transparan.... hanya orang beriman yang dapat melihatnya.....HAHAHAH
DeleteHADOW! semacam blog penampakan! Baiklah! wes disek yo Oma, nguantuk tenan aku. See you tomorrow morning. Fill your spirit for tomorrow, so take a rest, mean going sleep! Bye bye bye *thankieeeesss for all of your comments. Those made me happy, really, though sometimes i want to knock your head. Haha
DeleteWah, keren semangat & mimpinya Mbak... Aku juga lumayan berpikiran sama, maunya bertualang, gak mau terjebak di kampung halaman saja begitu :). Semoga tercapai ya...
ReplyDelete:) Terimakasih :)
Deletewaaw.. suka sejarah ka? kereeeen >.<
ReplyDeletesukaaa banget sama qoute terakhir,
*Satu keyakinan yang sudah kupostulatkan sendiri, bahwa segala sesuatu yang dapat kulihat dalam hatiku, dapat kubayangkan, dapat kurasakan suasananya walau hanya dengan memejamkan mata, insya Allah aku akan bisa mewujudkannya. Insya Allah...*
penuh keoptimisan, good (y)
smoga tercapai suatu saat nanti ya kaka :*
Aaamiiin ya Rabb, doa yang sama juga untukmu Kakak Rani :)
DeleteWidiww.. spontan tercengang Aku Sofy.
ReplyDeletePostulat Kamu diakhir cerita sob. "bahwa segala sesuatu yang dapat kulihat dalam hatiku, dapat kubayangkan, dapat kurasakan suasananya walau hanya dengan memejamkan mata, insya Allah aku akan bisa mewujudkannya". Aku suka kalimat ini, soalnya aku paling suka berkhayal, memimpikan sesuatu walau dirasa semakin diharap semakin diinginkan, semakin gak kesampaian, dan akhirnya aku sering berkhayal, memejam Mata sebelum tidur sambil menerawang sesuatu. :D ahaha.
keren sob semua postingan Kamu, Aku jd semakin betah baca aja. :) NICE!