Friday 15 January 2016

Hokkaido, Aku, dan Harumi


Jepang. Satu hal yang terlintas di kepalaku ketika negara ini disebutkan adalah seorang gadis bernama Harumi. Sejak perkenalan kami setahun lalu, aku kerap memanggilnya Harumi Chan. Sama seperti dia yang juga memanggilku Sofia Chan. Perkenalan kami bukanlah perkenalan di dunia nyata seperti kebanyakan orang. Entah takdir apa yang membawanya bertemu dengan blog ini kemudian menghubungiku via email.

Harumi adalah seorang gadis berumur 22 tahun, satu tahun di atasku. Dia tinggal di Sapporo dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 nya di Hokkaido University. Hal istimewa yang membuatnya berbeda dengan gadis Jepang kebanyakan, karena dia seorang Muslimah dan berhijab. Dia memeluk Islam sekitar satu tahun lalu, tepat dua hari sebelum ia menghubungiku.
“Kau sudah dimana, Sofia? Aku tidak sabar melihatmu.” Sebuah pesan whatsapp muncul di layar ponsel.
Aku tersenyum. Itu adalah pesan dari Harumi. Aku yang baru saja keluar dari badan pesawat All Nippon Airways segera berlari kecil. Gadis itu pasti telah menunggu di depan pintu exit.

ANA di New Chitose Airport (www.flickr.com)
Sambil terus berjalan, mataku berkeliling mengamati setiap sudut bandara pertama yang ada di Sapporo ini. Ya, kota ini memiliki dua buah bandara yang siap melayani para turis untuk menjelajahi kota-kota di Jepang. Meskipun bangunannya tidak begitu megah, tapi bandara ini bersih, rapi, serta memiliki pelayanan nomor wahid. 

Mungkin pemerintah Jepang sangat antusias dalam mengelola sektor pariwisatanya, sehingga dibangun lah bandara-bandara seperti ini. Tampilan tidak perlu terlalu mentereng, yang terpenting para wisatawan tidak kesulitan transportasi saat ingin berkunjung ke seluruh sudut negeri mereka.
“Aku masih di tempat pengambilan bagasi. Tenanglah, sebentar lagi koperku akan datang. Dan oh, itu dia.” aku menyentuh send button, sebelum memasukkan ponsel ke dalam saku jaket. Melihat koper ukuran sedang berwarna hijau yang berjalan pelan di atas conveyor belt, aku jadi tidak bisa menahan diri.

Demi koper itu, aku hampir saja terpeleset di atas lantai yang mengkilap. Ah, sepertinya aku butuh sepatu dengan sol yang lebih baik. Seorang wanita bule berseru, memintaku jangan panik.
“Baik. Baik. Maafkan aku. Ini kunjungan pertamaku ke Hokkaido dan aku akan segera bertemu seorang sahabat.” Aku berkata malu-malu.
Bule berambut blonde itu tersenyum. Di matanya, aku seperti seorang gadis kecil yang kegirangan dengan perjalanan pertamanya. Ia mengangguk. “But you should be careful, dear. Don’t be panic.” Katanya lagi sambil mengedipkan mata.

Tentu saja aku panik. Sebenarnya bukan panik, melainkan terlalu bahagia. Saking bahagianya, dada ini terasa seperti meluap-luap. “Thank you. I will. Sampai jumpa dan selamat liburan. Oh, welcome in Sapporo.” Ucapku dengan sedikit cengiran setelah koper hijau berhasil kutarik, seolah aku sudah bertahun-tahun tinggal di kota ini. Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung berlari kecil menuju pintu keluar.
“Sofia... Sofia Chan...!!!” suara wanita berlogat Jepang menguar dari arah Kanan. Itu pasti Harumi.
Aku menoleh. 

Seorang wanita bermata sipit, pipi sedikit tembam, dan bibir mungil tengah melambai-lambai. Ya, dialah Harumi, sahabatku. Hari ini ia tenggelam dalam balutan coat berwarna biru dan kerudung hitam, lalu kakinya terselubung boots besar dan rapat. Ia sangat jelita, bahkan jauh lebih jelita dari foto-fotonya yang kulihat selama ini. 

Anggap saja ini Harumi (@olaborasong)
“Oh, Harumi. Assalamualaikum..” Aku berjalan ke arahnya dengan perasaan haru. Ia menyambutku dengan sebuah pelukan.
“Waalaikumussalam. Selamat datang di Sapporo. Selamat datang di rumahku.” Harumi berkata lirih. Tulus.
Sahabat, inilah awal kedatanganku di Sapporo sekaligus awal pertemuan dengan Harumi. Sepanjang tulisan ini, aku akan menceritakan padamu betapa persahabatan tidak pernah mengenal jarak, ras, maupun bahasa. Dalam sebuah persahabatan, kita hanya disatukan dalam satu ikatan, yaitu cinta, selebihnya adalah tentang bagaimana kita bisa menerima satu sama lain. Pantas saja jika Henry David berkata, “The language of friendship is not words but meanings.” Selain itu, aku juga ingin kuceritakan bagaimana Hokkaido, kota paling Utara di Jepang ini, mampu mengeratkan hubungan persahabatan kami. 


SAPPORO MASJID: THE BEGINNING IS HERE, SOFIA

“Kamu berani sekali datang ke Jepang seorang diri.” Puji Harumi ketika kami duduk dalam sebuah subway yang akan membawa ke sebuah tempat, yang menurut Harumi, spesial.

“Awalnya aku pergi bersama rombongan dalam sebuah tur. Tapi mereka tidak ke Hokkaido. Jadi selama mereka menikmati kota-kota lain, aku mengambil single tour ke sini. Demi bertemu dirimu. Alhamdulillah travel agent yang mengatur perjalananku tidak mempermasalahkan.”

Harumi mengangguk, “Kudengar sudah banyak travel agent di Indonesia yang melayani paket wisata ke Jepang. Aku sangat bangga. Tapi kita harus berhati-hati dalam memilih travel agent, Sofia. Temanku pernah membeli sebuah paket wisata ke Yunani. Mereka bilang sampai di sana ia akan dijemput oleh seorang travel guide dan tidak perlu memikirkan apapun lagi, tapi ternyata semua itu hanya tipuan. Untung saja dia punya banyak uang di tabungan.” Cerita Harumi dalam bahasa Inggris.

Pembicaraan terus berlanjut sampai kami tiba di sebuah stasiun dan Harumi mengajakku turun.  

Angin musim dingin bertiup tatkala kaki kami melangkah keluar dari bangunan stasiun. Hamparan salju menyelimuti atap-atap bangunan, jalan, dan pepohonan yang menghitam. Aku mengembuskan napas. Seketika uap putih mengepul. Ah, ini menyenangkan. Setelah di Tokyo tidak bisa menikmati salju, akhirnya mimpi itu terwujud di sini. 

Harumi menggandeng tanganku yang terbungkus kaos tebal. Ia berjalan sambil terus bercerita. Tidak banyak orang yang terlihat di jalan ini. Mungkin tidak sampai 20 orang. Semuanya tenggelam dalam pakaian berlapis-lapis. Beberapa pilih membentang payung sebagai pelindung. 

“Di sinilah kita akan memulai tour Hokkaido, Sofia.” Seru Harumi.

Aku menoleh ke kanan dan kiri, ada apa di sini? Sekarang kami tengah berdiri di pinggir jalan dan sebuah bangunan putih dua lantai berdiri tepat di depan. Harumi menunjuk sedikit ke atas, memintaku untuk menaikkan pandangan.

SAPPORO MASJID atau Hokkaido Islamic Center. 

commons.wikipedia.org
“Ada masjid di Sapporo?” tanyaku hampir seperti sebuah gumaman.
“Ya, inilah satu-satunya masjid di Sapporo.” Harumi menoleh dan tersenyum. “Kita shalat Zuhur di sini, ya.”
Sungguh. Aku sama sekali tidak menyangka ada masjid di kota yang begitu sepi seperti Hokkaido. Masjid mungil polos tanpa kubah ini beralamat di 3-7-2 Nishi, Kita 14jo, Kita-ku, Sapporo. Sangat dekat dengan subway, Universitas Hokkaido, stasiun utama, dan juga satu restoran halal bernama Warung Jawa. Bisa dikatakan, masjid ini menempati lokasi yang strategis.

Harumi mengajakku masuk. Ya, masjid ini sungguh polos. Jangan berharap akan sama seperti kebanyakan masjid di tanah air. Bentuk bangunannya lebih terlihat seperti sebuah ruko. Tapi entahlah, di tempat sejauh ini dimana Muslim hidup sebagai minoritas, menemukan sebuah masjid saja sudah menjadi kebahagiaan. Di momen seperti inilah kita akan berpikir bahwa ornamen dan kemegahan bukanlah sesuatu yang penting. 

“Masjid ini terinspirasi dari seorang gadis kecil bernama Khadija.” Harumi mulai bercerita ketika kami memasuki tempat wudhu. “Dia meninggal di tahun 1993.”

Aku tidak berkomentar apapun hingga Harumi melanjutkan ceritanya.

“Saat itu Muslim di Hokkaido hidup individual. Mereka belum membentuk sebuah komunitas seperti sekarang. Untuk memakamkan jenazah Khadija, dibutuhkan dana yang tidak sedikit hingga 1,7 juta yen. Itupun setelah melewati waktu yang cukup panjang. Hingga hari kedelapan setelah kematiannya, mereka belum bisa memakamkan Khadija. Hingga akhirnya datanglah seorang lelaki bernama Yamanashi yang melunasi sekaligus membantu proses penguburan Khajida. Sejak saat itu, Muslim Hokkaido berpikir untuk membuat sebuah komunitas yang akan menyatukan seluruh Muslim di kota ini. What we have learnt from this experience is that we Muslims must build a strong society regardless of color or nationality, uniting for Allah the Quran his words in mosques and working together for our communities.”
“Persatuan adalah kunci kejayaan suatu kaum, Harumi. Kamu lihat seperti apa keadaan Muslim saat ini? Semua itu karena kita terpecah belah seperti buih di lautan.” Aku menimpali.
Siang itu aku menunaikan shalat dengan perasaan haru. Pertama karena aku shalat berdampingan dengan seorang Muslimah Jepang sekaligus sahabat, dan kedua karena aku shalat di satu-satunya Masjid yang ada di Sapporo, kota nun jauh di bagian Utara Jepang yang selalu beku di musim dingin. Dari cerita Harumi, setelah Masjid ini dibangun, Muslim Sapporo tidak lagi takut dan was-was untuk menjalankan ibadah, setelah sebelumnya tiap kali beribadah selalu saja diawasi intel kepolisian. Bahkan saat peresmiannya di bulan Oktober 2007, tiga buah stasiun TV lokal datang meliput.
“Alhamdulillah ya Rabb.” Aku mengucapkan syukur yang tak terhingga atas kesempatan yang Allah berikan.

ODORI PARK

Setelah dari Masjid Sapporo, Harumi mengajakku singgah di sebuah shop sekaligus restoran halal bernama Warung Jawa. Owner-nya yang biasa dipanggil Mbak Widya merupakan wanita Indonesia yang sudah lama menetap di Sapporo. Selain makanan matang, di sana juga menjual bumbu, daging, sosis, pempek, ikan, hingga pakaian dan hijab. Interiornya dipenuhi dengan wayang dan batik, membuat kita merasa sedang belanja di Indonesia. 
Interior Warung Jawa (www.sapporo-muslim.info)
Satu porsi ayam goreng sambal lengkap dengan nasinya menjadi pilihan. Harumi juga memesan menu yang sama. Dia sudah sering makan menu Indonesia di tempat ini, jadi lidahnya sudah terbiasa. Selain Warung Jawa, ada beberapa tempat lagi yang menyediakan makanan halal di kota Sapporo ini, antara lain: Kedai Kita yang juga milik sepasang suami istri asal Indonesia, Watan yang menyediakan makanan dan bumbu khas India-Bangladesh, Kaldi yang merupakan toko barang-barang impor, dan COOP Hokudai yang harganya relatif lebih mahal. Jadi Muslim Indonesia tidak perlu cemas saat ingin berwisata ke Sapporo, Hokkaido. 

“Kita akan ke mana lagi, Harumi?” 

“Ke Odori Park. Kamu belum bisa dikatakan sudah ke Sapporo kalau belum ke sana.” Harumi berjalan riang di sampingku. Tubuhnya yang mungil itu masih saja lincah, padahal aku sendiri sudah sangat kelelahan.

Odori Park merupakan sebuah taman yang membelah pusat kota Sapporo menjadi sisi selatan dan utara, dan di ujung sebelah timur Odori Park terdapat Sapporo TV Tower yang memiliki observation deck di ketinggian 90 meter, cukup untuk melihat-lihat suasana kota Sapporo dari ketinggian. Dan tentu saja Sapporo ini menarik dikunjungi khususnya saat pelaksanaan Sapporo Snow Festival yang biasa digelar pada awal Februari.
“Sofia, selamat datang di Sapporo Snow Festival...!!!” pekik Harumi dengan senyum merekah.
Salah satu pahatan di Sapporo Snow Festival 2014 (www.addisonmagazine.com)
“Oh, pahatan-pahatannya indah sekali.” Pujiku begitu melihat mahakarya berbahan es yang dipajang di sana. Ada yang dibentuk seperti Iron Man, Dark Lord, naga, kuil, dan banyak lagi. Hebatnya semua itu berukuran sangat besar.

“Ini adalah tempatnya kontes internasional pahatan es yang dimulai sejak tahun 1974, Sofia. Setiap tahunnya lebih dari 400 buah patung es ditampilkan. Selain itu, pengunjung juga bisa menjajal  nikmatnya makanan asli produksi Hokkaido, seperti seafood, kentang, jagung, dan susu segar. Kamu kan tahu, Hokkaido ini adalah pemasok bahan makanan nomor satu di Jepang.” Harumi terus berceloteh.

Kami berkeliling Odori Park hingga sore hari. Shalat Asar dilaksanakan di salah satu shop kecil milik teman masa kecil Harumi. Namanya Ichiro, seorang pemuda berumur 26 tahun yang sudah berjualan seafood sejak umur 18. Ia bukan Muslim, tapi ia menyambut kami layaknya keluarga yang datang dari jauh. Bahkan ia menyajikan Ishikari-nabe secara cuma-cuma. Ishikari nabe sendiri adalah makanan berbahan dasar salmon yang dimasak berkuah bersama sayuran dan tofu. Ia pertama kali dibuat oleh suku Ainu pada abad ke 17. Rasanya begitu menggigit lidah, sangat cocok dinikmati di tengah musim dingin. 

Ishikari nabe (www.flickr.com)
“It should be halal. I made it with special treatment for you both. Harumi have informed me that you will come.” Kata Ichiro dalam bahasa Inggris yang terbata-bata.

“Arigatho, Ichiro-san.” Ucapku tulus.

Selama satu jam kedepan, Ichiro menjelaskan berbagai makanan khas Hokkaido yang wajib kucoba nantinya. Selain Ishikari-nabe, ia juga merekomendasikan menu bernama Genghis Khan. Nama makanan ini sangat aneh, mengingatkanku pada seorang ketua militer yang menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan kekaisaran Mongolia. Namun ternyata, Genghis Khan ala Hokkaido adalah makanan lezat yang terbuat dari irisan tipis daging kambing dan dimasak bersama tauge, kubis, dan labu. Uniknya, hidangan ini disajikan dalam sebuah pan khusus berbentuk helm.

Genghis khan (www.pinterest.com)
“Mungkin saja nama ini berasal dari makanan favorit Genghis Khan. Atau bisa jadi, dulu mereka memasak daging kambing seperti ini menggunakan helm prajurit.” Ichiro menjawab kebingunganku. Kami tertawa kecil.

“Kau juga harus mencoba ramen Sapporo. Meskipun saat ini ramen sudah tersedia di banyak negara, tapi kau harus mencoba ramen asli kota ini. Itu akan jadi pengalaman yang tidak akan bisa didapatkan di tempat lain. Ramen Sapporo itu tekenal dengan topping sayurannya. Kamu wajib coba.” Ichiro masih terus berpromosi. Sepertinya ia memang paling handal soal makanan.

Ramen Sapporo (www.arroundtheworldmacq.blogspot.com)
“Santailah, Ichiro. Sofia pasti akan memakan semuanya. Nanti malam Ibuku sendiri yang akan membuatkan ramen Sapporo untuknya.” Sambung Harumi.

“Itu akan lebih baik.” Ichiro mengangkat jempol dan tersenyum hingga matanya semakin menyipit.


POROTOKOTAN, DISTRIK SHIRAOI

Hari kedua di Hokkaido, Harumi mengajakku mendatangi Porotokotan, sekitar 100 meter arah Selatan Sapporo. Katanya kita akan menyaksikan kehidupan suku Ainu, suku asli di sana, di sebuah museum bernama The Ainu Museum. 

“Manusia Ainu sangat berbeda dengan masyarakat Jepang pada umumnya, Sofia. Secara fisik, mereka lebih pendek, bertubuh gempal, tulang pipi tinggi dengan hidung pendek, wajah lebar, rambut lebat berombak, serta memiliki mata coklat gelap. Lelaki Ainu umumnya berkumis dan berjenggot. Kaum wanitanya gemar mengenakan anting dan kalung manik-manik, bahkan bertato. Rumah asli orang Ainu terbuat dari jerami. Dari ciri-ciri fisik, motif pakaian adat, serta aksesorinya, masyarakat Ainu mirip suku Indian di Amerika Selatan dan Dayak di Kalimantan. Kamu lihat itu.”

Rumah suku Ainu (www.zoomingjapan.com)
Harumi menunjuk replika perkampungan yang ada di pinggir Danau Poroto. Aku mengangguk. Ya, ini seperti kehidupan suku tertinggal di pedalaman Indonesia.

Pada masa Kaisar Meiji, masyarakat Ainu dilarang menggelar tradisi, upacara adat, termasuk menggunakan bahasa Ainu. Upaya pembasmian itu membuat banyak masyarakat Ainu terpaksa menyembunyikan identitasnya. Keberadaan suku Ainu baru diakui setelah parlemen Jepang mengesahkan resolusi pada 6 Juni 2008. Itu sebabnya, suku yang nyaris punah ini pun hidup lagi.


DANAU SHIKARIBETSU KOTAN

Aku dan Harumi datang ke tempat ini sekitar pukul sepuluh. Saat musim dingin, danau yang sangat luas ini sempurna membeku. Sehingga orang-orang tidak akan menyadari adanya sebuah danau di sana. Di tengah-tengahnya dibangun desa Igloo (rumah bergaya Eskimo) hanya saat musim dingin. Setiap orang bisa menikmati desa tersebut, melihat bintang sambil mandi bersama di kolam-kolam air panas.

Perumahan yang dibangun di atas danau (www.sayasukajepang.blogspot.com)
Tenang saja, setelah matahari tenggelam, tempat berendam pria dan wanita tidak disatukan. Di sana pengunjung juga bisa mengikuti kegiatan pembuatan patung-patung es, snowmobiling, jalan-jalan keliling hutan, lalu tidur nyenyak di rumah desa Igloo.


KAPAL PENGHANCUR ES DI MONBETSU
Masya Allah. Ini menakjubkan, Harumi.” Aku memekik ketika kapal mulai berjalan membelah lautan es. Di kanan dan kiri kami, gunung-gunung bersepuh salju berdiri dengan jemawa. Sungguh, aku merasa seperti tengah melakukan sebuah ekspedisi di kutub dunia.
Hari kedua di Hokkaido, setelah mengunjungi perkampungan suku Ainu dan Shikaribetsu, Harumi mengajakku ke Monbetsu. Tempat ini populer karena pesonal laut Okhotsk yang menyajikan es terapung. Dan sekarang bersama puluhan manusia berwajah Barat, aku berdiri di geladaknya.

(www.hokkaidolikers.com)
“Kamu tahu Sofia, aku dilahirkan di musim dingin yang beku pada tahun 1994. Saat itu ayahku baru saja dipecat dari pekerjaannya. Keluarga kami benar-benar dalam masa yang sulit. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ayahku rela menembus musim dingin untuk bekerja sebagai kuli panggul. Itu tidak mudah Sofia, mengingat pekerjaan Ayahku sebelumnya hanya duduk di depan komputer. Tapi ia tidak punya pilihan lain. Mencari pekerjaan yang tepat dalam waktu singkat bukan perkara mudah. Sementara uang tabungan habis untuk biaya kelahiranku. Karena itulah mereka memberiku nama: Harumi.” Kenang Harumi dengan mata menerawang. Pandangannya lurus pada hamparan es di depan sana, menembus gunung, entah ke mana.
“Harumi yang berarti keindahan musim semi.” Aku bergumam. “Nama yang indah.”
Ia mengangguk. “Tidak hanya indah, namun juga penuh harapan. Kita hidup di dunia ini dengan ujiannya masing-masing. Itu sudah disebutkan dalam Kitab Suci. Tapi percayalah, Setiap musim dingin yang beku, akan ada musim seminya. Itu sebuah kepastian, Sofia.”
“Aku bersyukur menjadi temanmu, Harumi Chan.” Aku memeluknya.

17 comments:

  1. Membaca tulisan ini, selain menambah wawasan, kita seperti diajak berkeliling negara Jepang dalam beberapa menit saja :D

    ReplyDelete
  2. detail bget deskripsi cerita perjalanannya ke Hokkaido sof..
    seperti real kamu alami..
    Wah, kalo aku diajakin gratis ke jepang mungkin gak sanggup nahan dinginnya pas musim salju..hhihi
    Sukses selalu sof dlam menulis..
    semoga Menang dan bisa berkeliling jepang yaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe itu fiksi shooo.... makasih yaaaa kiss kiss kiss... Aamiin doanya.

      Delete
  3. Aduh, kirain Harumi itu nyata. Semakin dibaca semakin bertanya2, sepertinya ini fiksi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kan udah ada note-ny kalau itu fiksi :D

      Delete
  4. kirain nyata ceritanya...mau juga ke Jepang

    ReplyDelete
  5. yaelah..saya terkecoh... ternyata fiksi tapi juga real.. udah curiga juga... masa ket fotonya anggap saja ini harumi...

    sukses deh..

    ReplyDelete
  6. Yang di foto itu, beneran muslimah Jepang yah? *penasaran*


    Mudah2an bisa ke Jepang ya Mbak Sofi :)

    ReplyDelete
  7. Semoga menang mbak sofia... good luck.

    ReplyDelete
  8. Saya Nyonya Maria Pedro, Apakah Anda memerlukan pinjaman segera untuk melunasi hutang Anda atau Anda memerlukan pinjaman untuk memperbaiki bisnis Anda? Apakah Anda memerlukan pinjaman konsolidasi atau hipotek atau keperluan lain? Sudahkah anda ditolak oleh bank dan lembaga keuangan lainnya? Cari tidak lebih karena kita di sini untuk membuat semua masalah keuangan Anda sesuatu dari masa lalu! Kami memberikan pinjaman kepada perusahaan, entitas swasta dan individu dengan tingkat bunga rendah dan terjangkau sebesar 2% untuk jangka waktu 1-20 tahun dan masa tenggang enam bulan sebelum dimulainya cicilan bulanan. Anda bisa menghubungi kami melalui e-mail via: (mariapedroguaranteetrustloan@gmail.com)

    APLIKASI DATA

    1) Nama:
    2) Negara:
    3) Alamat:
    4) Jenis Kelamin:
    5) status perkawinan:
    6) Pekerjaan:
    7) Nomor Telepon:
    8) posisi di tempat kerja:
    9) penghasilan bulanan:
    10) Jumlah pinjaman:
    11) durasi pinjaman:
    12) Tujuan pinjaman:
    13) Tanggal Lahir:
    Terima kasih

    ReplyDelete
  9. Apakah Anda memerlukan pinjaman segera untuk melunasi hutang Anda atau Anda memerlukan pinjaman untuk memperbaiki bisnis Anda? Apakah Anda memerlukan pinjaman konsolidasi atau hipotek? Sudahkah anda ditolak oleh bank dan lembaga keuangan lainnya? Cari tidak lebih karena kita di sini untuk membuat semua masalah keuangan Anda sesuatu dari masa lalu !! Kami meminjamkan kepada perusahaan, entitas swasta dan individu dengan bunga rendah dan harga terjangkau 2%. Anda bisa menghubungi kami melalui e-mail via: (julianahalexanderloanfirm@gmail.com)

    APLIKASI DATA

    1) nama ...........................
    2) Negara .......................
    3) Alamat ......................
    4) Jumlah Pinjaman ...............
    5) Durasi pinjaman .................
    6) Jenis Kelamin ........................
    7) status perkawinan .............
    8) Nomor telepon ...........
    9) Pendapatan bulanan ...... ..............
    10) Tujuan pinjaman ...................
    11) Tanggal lahir ........................

    Julianahalexander
    (Julianahalexanderloanfirm@gmail.com)

    ReplyDelete
  10. Anda bisa disetujui untuk pinjaman hari ini!

    Pinjaman yang mudah dan cepat dengan suku bunga rendah yang terjangkau saat ini terjadi di sini untuk membantu Anda saat Anda sangat membutuhkannya. Ibu Ibrahim Maisara Lender adalah perusahaan pinjaman sejati yang berdedikasi untuk menyediakan solusi keuangan tim profesional dan berkualifikasi tinggi dapat melayani semua jenis keadaan keuangan. Apakah Anda membeli atau membangun rumah baru, berinvestasi di bisnis, properti investasi, Menjalankan Proyek, membiayai kembali atau mengkonsolidasikan pinjaman Anda yang ada, atau bahkan membeli mobil baru, kami dapat membantu Anda mendapatkan kesepakatan terbaik.

    24 jam sehari, bahkan akhir pekan dan hari libur - proses online otomatis kami memberi Anda akses mudah ke solusi keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Bila Anda membutuhkan bantuan dari Ibu Ibrahim Maisara Lender sangat terlatih agen layanan pelanggan, hubungi kami. Agen kami berdiri tujuh hari seminggu untuk membantu Anda. Untuk mendapatkan uang yang Anda butuhkan saat Anda membutuhkannya, Kami menawarkan berbagai macam pinjaman dan pembiayaan dengan berbagai metode pendanaan kepada pelanggan.

    Kami ingin setiap pelanggan puas dengan layanan kami, dan kami terus mendorong maju dengan teknologi baru untuk mewujudkan tujuan ini. Kami mengerti bahwa klien kami menginginkan solusi positif dan layanan yang luar biasa saat memilih pinjaman untuk memperbaiki kehidupan pelanggan kami. Dan membantu mereka memecahkan masalah uang mereka. Jangan ragu untuk menghubungi kami hari ini Via:

    Http: // ibrahimmaisaralenders.wordpress.com
    Email: Ibrahimmaisaralenders@gmail.com
    BBM INVITE: D8CFF0A7

    ReplyDelete
  11. 3% XMAS LOAN OFFER APPLY NOW


    Anda kehilangan tidur di malam hari bagaimana cara mendapatkan pinjaman?
    * Apakah Anda mencari pinjaman untuk membayar hutang?
    * Apakah Anda mencari pinjaman untuk memulai bisnis Anda sendiri?
    * Apakah Anda mencari pinjaman untuk proyek besar?

    Whatsapp: +2349065092417

    Isi formulir ke aplikasi pinjaman Anda:

    Nama:
    Negara:
    Jumlah Pinjaman yang Dibutuhkan:
    Pendudukan:
    Pendapatan bulanan:
    Telepon:
    Panjang Pinjaman (tahun):

    Catatan: Semua email harus dikirim ke: katleenjohnson8@gmail.com


    Saya berharap bisa memenuhi harapan finansial anda.

    Terima kasih.
    © 2017 katleen Co-operation.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...