Friday, 3 January 2014

Review-Pembunuhan di Balik Kabut [Why didn't They Ask Evans?]



 
Sumber: klik di sini

Why didn’t they ask Evans?

Ini adalah pertanyaan yang menjadi misteri dalam novel ini sekaligus menjadi judul asli novel. Novel ini adalah novel pertama Agatha Cristie yang kubaca dan juga menjadi gerbang perkenalanku dengan penulis ternama Inggris ini. Setelah membaca biografinya, aku baru mengetahui bahwa Agatha Cristie sudah meninggal pada tahun 1976 silam [wah, Ibuku aja masih umur 3 tahun]. Dia telah menulis lebih dari 80 novel dan kebanyakan telah difilmkan. Hampir semua karyanya juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dan novel Why didn’t They Ask Evans yang akan aku bahas ini memiliki judul versi Indonesia ‘Pembunuhan di Balik Kabut’. 

Siang kemaren [Kamis, 2 Januari] ketika mencoba-coba mencari ebook yang bisa ku-download, entah kenapa aku tertarik dengan judul novel Agatha tersebut, kemungkinan besar karena saat ini aku lagi kepengen menulis cerita yang sedikit bersinggungan dengan dunia kriminal. Aku berharap novel Agatha itu bisa membantuku. Akupun kemudian memutuskan untuk men-download dua buah ebook novel Agatha, yang pertama adalah novel yang akan kuceritakan di sini dan yang kedua berjudul ‘Mayat Misterius’ atau ‘The Clocks’ dalam versi aslinya. Novel pertama selesai kubaca dalam waktu kurang dari 3 jam pada Kamis malamnya, dan novel kedua baru selesai kubaca seperempat awal.

Novel ‘Why didn’t They Ask Evans’ ini diterbitkan pada tahun 1935. Kagum aja, di tahun segitu kok si Mom Agatha ini bisa menulis novel setebal itu dengan ide yang brilian. Novel ini berhasil membuatku penasaran dan mengikutinya hingga akhir. Bercerita tentang dua orang remaja Wales [Bobby Jones dan Lady Frances Derwent  alias  Frankie] yang mengungkap kematian seorang asing yang jatuh ke jurang ketika kabut menyelimuti bukit. Kejadian ini terjadi ketika Bobby sedang bermain golf dengan dr. Thomas, dan karena Bobby terlalu keras memukul bola golfnya, bola tersebut melambung jauh ke arah jalan setapak yang dekat dengan jurang. Pada saat yang sama area tempat bola golf tersebut meluncur tengah diselimuti kabut yang naik dari laut. Bobby sempat mendengar suara pekikan seperti seseorang yang terpukul bola, dan ia menyangka bolanya telah mengenai seseorang di jalan setapak tersebut. Mereka berdua akhirnya mendatangi jalan setapak tersebut untuk menemukan bola sekaligus memastikan keadaan. Ketika mereka tiba, mereka justru melihat seseorang telah terkapar di dalam jurang. Merekapun berniat menolong dan menuruni jurang, ternyata seorang laki-laki yang sedang sekarat. Dr. Thomas memeriksa laki-laki sekarat itu dan mengatakan bahwa ia tidak mungkin tertolong. Sementara dr. Thomas pergi memanggil bantuan, Bobby lah yang menunggui laki-laki sekarat itu. 

Mata itu kelihatan sadar. Mata itu waspada, tapi kelihatan bertanya. Bobby cepat berdiri mendekati dia. Sebelum sampai, orang itu sudah bicara. Suaranya tidak lemas—jelas, dan enak didengar.
"Mengapa mereka tidak memanggil Evans?" katanya.
Kemudian dia gemetar sedikit. Kelopak matanya menutup, dan dagunya turun. Laki laki itu mati. [hal 12]

Setelah laki-laki tersebut mati, Bobby sempat melihat isi saku laki-laki tersebut, dan ia menemukan sebuah foto wanita cantik yang wajahnya sulit dilupakan [setidaknya begitu menurut Bobby dan memang ia membuktikan hal tersebut nantinya]. Bobby juga sempat menutupi wajah laki-laki itu dengan sapu tangan yang tadinya ada di saku laki-laki tersebut bersama foto wanita.

Hampir jam 06.00 dan Bobby mulai resah. Ia memiliki janji pada Ayahnya pada jam 06.00 sementara dr. Thomas belum kunjung datang. Di saat yang sama, ada sebuah panggilan dari atas jurang, menanyakan apa yang sedang terjadi. ‘Apa ada kecelakaan, ada yang bisa saya bantu?’. Bobby pun menceritakan kejadian sebenarnya dan mengatakan bahwa ia sudah ada janji pada jam 06.00. Laki-laki asing yang menawarkan bantuan untuk menggantikan Bobby menunggui mayat tersebut bernama Bassington-ffrench dan mengaku dirinya orang asing yang sedang mencari rumah di Wales.

Selanjutnya diceritakan [setelah diidentifikasi polisi], laki-laki yang mati tersebut bernama Alex Pritcbard. Ia diduga jatuh tergelincir karena pada saat ia jatuh sedang ada kabut di jalan setapak, sehingga ia tidak menyadari adanya jurang di sana. Meskipun kemudian polisi menghubungi wanita yang ada di dalam foto dan orang tersebut datang mengaku sebagai saudara korban [Nyonya Caiman—si wanita yang ada di dalam foto, namun bukan wanita yang dilihat Bobby dalam foto ketika itu, dan suaminya tuan Cayman], kisah ini tidak selesai sampai di sini.

Nah, begitulah awal kisah dari novel ini. Bagaimana? Sudah ketemu klu dari masalah ini? Atau teman-teman juga akan berpikir bahwa Mr. Alex memang benar-benar tergelincir? Untungnya, Bobby kemudian bertemu Frankie [putri bangsawan yang menjadi temannya sejak kecil]. Frankie-lah yang mengarang narasi bahwa kematian Alex bukanlah sebuah kecelakaan. Tuan dan Nyonya Cayman juga pernah mendatangi Bobby dan menanyakan apakah Alex ada mengucapkan sebuah pesan sebelum ia mati. Awalnya Bobby mengatakan tidak ada [karena ia beranggapan kalimat ‘Kenapa mereka tidak memanggil Evans’ tidak penting], namun beberapa saat kemudian Bobby menulis surat untuk Tuan dan Nyonya Cayman bahwa Alex mengatakan kalimat itu sebelum meninggal. Tak lama setelah mendapat surat balasan dari pasangan Cayman, Bobby mendapat tawaran bekerja dari perusahaan di Buinos Aires dengan tawaran gaji seribu pound setahun. Bobby menolak tawaran tersebut karena sebelumnya ia telah berjanji untuk bekerja pada Badger Beadon. Beberapa waktu setelah Bobby menolak tawaran ini, ketika ia tertidur di bawah pohon tepatnya, ada seseorang yang memasukkan 8 buah morfin ke dalam botol minumannya, Bobby sampai dirawat inap karena hal ini, hebatnya ia tidak mati dengan 8 buah morfin tersebut.

Kejadian ini kemudian semakin menguatkan narasi Frankie bahwa kematian Alex bukanlah kecelakaan, melainkan karena ada seseorang yang sengaja menolaknya. Orang tersebut [dugaan awal—mungkin sebuah komplotan] kemudian berniat menyingkirkan Bobby karena remaja tersebut mengetahui rahasia yang mungkin membahayakan mereka, terlebih Bobby menolak tawaran yang mereka berikan untuk meninggalkan Wales. Di akhir cerita aku baru tahu, mengapa mereka menginginkan Bobby meninggalkan Wales, itu karena Bobby tinggal dalam satu bangunan dengan Evans [si kunci] atau yang selama ini dikenal Bobby sebagai Nyonya Roberts , di Wisma Pendeta.

Nah, kalau teman-teman jadi Bobby dan Frankie, kira-kira ada berapa poin kunci yang bisa dijadikan sebagai langkah awal penelusuran? Hmm...ada kalimat ‘Mengapa mereka tidak memanggil Evans?’, kayaknya yang ini nggak bisa dijadikan langkah awal, deh. Tuan dan Nyonya Cayman? Ya, sebenarnya ini bisa, sih. Tapi Frankie memilih mengajak Bobby untuk masuk ke dalam keluarga Bassington-ffrench sebagai titik awal pengungkapan. Bagaimana caranya? Kan tadi si Bassington pernah bilang kalau dia lagi cari rumah di Wales, jadinya Frankie dan Bobby pun mendatangi dua buah [memang hanya ada dua agen perumahan di Wales] untuk menanyakan soal Bassington. Apakah dia benar-benar sedang mencari rumah? Ternyata benar, bahkan salah satu dari dua agen itu [aku lupa namanya], memberikan alamat rumah Bassington [Bassington-ffrench adalah nama keluarga, nama asli laki-laki itu adala Roger Bassington-ffrench] di Merroway Court, Staverley, Hants. 

Frankie kemudian menyiapkan sebuah rencana [yang berperan adalah Frankie dan seorang dokter carteran], ia akan berpura-pura menabrak dinding Merroway Court, lalu lewat sang Dokter, mengeceknya dan mengatakan bahwa wanita itu harus segera di bawa ke sebuah rumah agar bisa istirahat. Seorang anak datang dan membantu si dokter membopong Frakie ke Merroway Court. Di rumah itu ada Sylvia Bassington-ffriench, Henry Bassington-ffriench, dan anak mereka Tommy. Slyvia menyambut Frankie dengan senang hati, menyediakan kamar, memperlakukan dengan baik, bahkan menyukainya [mungkin karena tahu Frankie adalah putri bangsawan terhormat]. Sedangkan Henry adalah laki-laki yang tidak stabil, satu ketika bisa murung dan tiba-tiba bisa bersikap riang. Sylvia juga meminta Frankie untuk tinggal di rumah itu untuk istirahat. Beberapa hari kemudian datanglah Roger Bassington-ffrench [adik Henry sekaligus laki-laki pencari rumah yang menjadi sasaran penyelidikan Frankie] di rumah itu.

Hingga berhari-hari kemudian, tidak ada hal yang bisa dijadikan referensi bahwa Roger adalah orang yang dicurigai. Ia berkata apa adanya, ia mengaku sebagai orang yang menunggui mayat ketika itu, ia tidak ada di Wales ketika Bobby diracun [Sylvia yang mengatakan bahwa Roger sedang menghadiri pesta pada hari itu], ia mengaku datang ke Wales untuk mencari rumah [Sylvia membenarkan], dan dia mengaku bahwa ia yang telah merobek foto wanita cantik yang ada dalam saku Alex. Hal ini karena wanita dalam foto tersebut adalah Moira, wanita baik-baik [Frankie mengakuinya karena ia pernah bertemu ketika Moira dan suaminya—dr. Nicholson—datang menghadiri jamuan makan malam dari Sylvia]. Dr. Nicholson memiliki tempat rehabilitas untuk pecandu di rumahnya yang bernama Grange [Hanya Merroway Court dan Grange-lah rumah besar di daerah itu].

Huah...cerita ini memang sungguh panjang, dan pembaca akan dibawa pada sebuah pendugaan ‘Yang patut dicurigai dalam kasus ini adalah dr. Nicholson’. Dia dokter jahat yang berniat menyingkirkan Moira [istrinya sendiri] dan Tuan Henry [suami Sylvia] karena ia ingin menikahi Sylvia. Kita akan menyangka bahwa dr. Nicholson juga yang sebenarnya  telah membunuh Tuan Henry meskipun kelihatannya Henry mati bunuh diri. Kita akan menyangka Moira adalah wanita jelita yang hidupnya penuh tekanan dan penderitaan, terkurung di dalam Grange bersama suami yang jahat. Kita menyangka Slyvia kemudian bersekongkol dengan dr. Nicholson untuk menyingkirkan Henry [suaminya sendiri]. Kita menyangka Roger adalah laki-laki yang paling bersih dalam kasus ini, malahan Frankie sempat terpesona olehnya [Hmm...semua pembunuh memang selalu tampan dan menarik—dalam film dan novel].

Tapi tahukah? Semua dugaan kita itu salah total! Karena sesungguhnya Roger dan Moira-lah penjahatnya. Betapa pintarnya si Roger ini sehingga tuduhan awal yang memang tertuju padanya bisa benar-benar hilang dan justru terlempar pada dr. Nicholson, yang justru tidak mengerti apa-apa. Moira yang menjelma wanita penuh derita itupun ternyata wanita licik yang sebelumnya mengambil harta Tuan Savage dengan menyamar sebagai Nyonya Templeton.  Soal pengambilan harta warisan Tuan Savage dan penyamaran Roger dalam kasus ini punya cerita sendiri dan trik-trik misterius. Intinya, Evans yang adalam kalimat ‘Mengapa mereka tidak memanggil Evans’ adalah Gladys Evans [Bobby menegenalnya sebagai Nyonya Roberts], dia adalah pelayan rumah Tuan Savage. Oke deh, aku ceritain, pada saat pemalsuan tanda tangan surat wasiat harta warisan Tuan Savage diberikan pada Nyonya Templeton, ternyata Rogerlah yang menyamar sebagai Tuan Savage. Nah, kemudian dipanggillah tukang dapur dan tukang taman Tuan Savage untuk menjadi saksi penandatanganan surat tersebut di depan pengacara. Muncul deh pertanyaan, ‘Kenapa mereka tidak memanggil Evans [Si pelayan rumah Tuan Savage]?’. Kenapa justru tukang dapur dan tukang kebun yang jarang berhadapan langsung dengan Tuan Savage? Karena, jika mereka memanggil Evans, ia akan mengetahui bahwa laki-laki tersebut bukan Tuan Savage. Ya iyalah, pelayan rumah, cuy...pastinya kerjaannya kontak langsung dengan si majikan. Tukang masak ya cuma masak, yang menyiapkan di meja makan, dan melayani segala kebutuhan majikannya ya pelayan rumah. Apalagi tukang kebun, masuk ke rumah aja jarang.  Ketemu kan jawabannya?

Mengapa mereka membunuh Alex yang ternyata bernama asli Alan Carstairs? Karena Alan sudah hampir menemukan jawaban dari pengungkapan kasus Tuan Savage, yaitu pertanyaan ‘Mengapa mereka tidak memanggil Evans?’, kan dia udah nyampe di Wales, dan di sana Evans alias Nyonya Roberts tinggal. Begitu.

Akhirnya, setelah melewati penyelidikan panjang dan berbelit-belit, Bobby dan Frankie berhasil juga mengungkap kasus tersebut. Ternyata kuncinya adalah Nyonya Roberts [Evans] yang selama ini tinggal dalam satu bangunan dengan Bobby. Evans inilah satu-satunya orang yang bisa mengenali bahwa Moira adalah Nyonya Templeton.

Endingnya Moira berhasil ditangkap dan Roger melarikan diri. Roger menulis surat untuk Bobby dan Frankie, yang menceritakan kronologi sebenarnya. Nggak apa-apalah orang ganteng lepas. Hehe. Yang penting dia sudah mengatakan akan berubah.

Paham nggak, sih? Atau malah bingung? Pusing? Maaf, yaa...

So, kalau teman-teman mau tahu ceritanya yang komplit plus berpetualang dalam setiap lembar-lembarnya, sok atuh baca novelnya aja langsung, ya... Insya Allah nggak bakal menyesal, deh. Kayak Sherlock Holmes lah, nggak jauh-jauh beda, cuma aku belum pernah baca Sherlock [Aduh, kok berani-beraninya ngebandingin, sih!].

Okehh...sekian dulu, ya. Aku mau melanjutkan baca ‘Mayat Misterius’. Semoga lebih keren, Ya! Nanti Insya Allah bakal kuceritain lagi deh di sini. Thanks for reading!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...