Sumber: klik di sini |
Why
didn’t they ask Evans?
Ini
adalah pertanyaan yang menjadi misteri dalam novel ini sekaligus menjadi judul
asli novel. Novel ini adalah novel pertama Agatha Cristie yang kubaca dan juga
menjadi gerbang perkenalanku dengan penulis ternama Inggris ini. Setelah
membaca biografinya, aku baru mengetahui bahwa Agatha Cristie sudah meninggal
pada tahun 1976 silam [wah, Ibuku aja masih umur 3 tahun]. Dia telah menulis lebih
dari 80 novel dan kebanyakan telah difilmkan. Hampir semua karyanya juga sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dan novel Why didn’t They Ask Evans
yang akan aku bahas ini memiliki judul versi Indonesia ‘Pembunuhan di Balik
Kabut’.
Siang
kemaren [Kamis, 2 Januari] ketika mencoba-coba mencari ebook yang bisa
ku-download, entah kenapa aku tertarik dengan judul novel Agatha tersebut,
kemungkinan besar karena saat ini aku lagi kepengen menulis cerita yang sedikit
bersinggungan dengan dunia kriminal. Aku berharap novel Agatha itu bisa
membantuku. Akupun kemudian memutuskan untuk men-download dua buah ebook novel
Agatha, yang pertama adalah novel yang akan kuceritakan di sini dan yang kedua
berjudul ‘Mayat Misterius’ atau ‘The Clocks’ dalam versi aslinya. Novel pertama
selesai kubaca dalam waktu kurang dari 3 jam pada Kamis malamnya, dan novel
kedua baru selesai kubaca seperempat awal.
Novel
‘Why didn’t They Ask Evans’ ini diterbitkan pada tahun 1935. Kagum aja, di
tahun segitu kok si Mom Agatha ini bisa menulis novel setebal itu dengan ide
yang brilian. Novel ini berhasil membuatku penasaran dan mengikutinya hingga
akhir. Bercerita tentang dua orang remaja Wales [Bobby Jones dan Lady Frances
Derwent alias Frankie] yang mengungkap kematian seorang asing
yang jatuh ke jurang ketika kabut menyelimuti bukit. Kejadian ini terjadi
ketika Bobby sedang bermain golf dengan dr. Thomas, dan karena Bobby terlalu
keras memukul bola golfnya, bola tersebut melambung jauh ke arah jalan setapak
yang dekat dengan jurang. Pada saat yang sama area tempat bola golf tersebut
meluncur tengah diselimuti kabut yang naik dari laut. Bobby sempat mendengar
suara pekikan seperti seseorang yang terpukul bola, dan ia menyangka bolanya
telah mengenai seseorang di jalan setapak tersebut. Mereka berdua akhirnya
mendatangi jalan setapak tersebut untuk menemukan bola sekaligus memastikan
keadaan. Ketika mereka tiba, mereka justru melihat seseorang telah terkapar di
dalam jurang. Merekapun berniat menolong dan menuruni jurang, ternyata seorang
laki-laki yang sedang sekarat. Dr. Thomas memeriksa laki-laki sekarat
itu dan mengatakan bahwa ia tidak mungkin tertolong. Sementara dr. Thomas pergi
memanggil bantuan, Bobby lah yang menunggui laki-laki sekarat itu.
Mata itu kelihatan sadar. Mata itu
waspada, tapi kelihatan bertanya. Bobby cepat berdiri mendekati dia. Sebelum sampai,
orang itu sudah bicara. Suaranya tidak lemas—jelas, dan enak didengar.
"Mengapa mereka tidak
memanggil Evans?" katanya.
Kemudian dia gemetar sedikit.
Kelopak matanya menutup, dan dagunya turun. Laki laki itu mati. [hal 12]
Setelah
laki-laki tersebut mati, Bobby sempat melihat isi saku laki-laki tersebut, dan
ia menemukan sebuah foto wanita cantik yang wajahnya sulit dilupakan
[setidaknya begitu menurut Bobby dan memang ia membuktikan hal tersebut
nantinya]. Bobby juga sempat menutupi wajah laki-laki itu dengan sapu tangan
yang tadinya ada di saku laki-laki tersebut bersama foto wanita.
Hampir
jam 06.00 dan Bobby mulai resah. Ia memiliki janji pada Ayahnya pada jam 06.00
sementara dr. Thomas belum kunjung datang. Di saat yang sama, ada sebuah
panggilan dari atas jurang, menanyakan apa yang sedang terjadi. ‘Apa ada
kecelakaan, ada yang bisa saya bantu?’. Bobby pun menceritakan kejadian
sebenarnya dan mengatakan bahwa ia sudah ada janji pada jam 06.00. Laki-laki
asing yang menawarkan bantuan untuk menggantikan Bobby menunggui mayat tersebut
bernama Bassington-ffrench dan mengaku dirinya orang asing yang sedang mencari rumah
di Wales.
Selanjutnya
diceritakan [setelah diidentifikasi polisi], laki-laki yang mati tersebut
bernama Alex Pritcbard. Ia diduga jatuh tergelincir karena pada saat ia jatuh
sedang ada kabut di jalan setapak, sehingga ia tidak menyadari adanya jurang di
sana. Meskipun kemudian polisi menghubungi wanita yang ada di dalam foto dan
orang tersebut datang mengaku sebagai saudara korban [Nyonya Caiman—si wanita
yang ada di dalam foto, namun bukan wanita yang dilihat Bobby dalam foto ketika
itu, dan suaminya tuan Cayman], kisah ini tidak selesai sampai di sini.
Nah,
begitulah awal kisah dari novel ini. Bagaimana? Sudah ketemu klu dari masalah
ini? Atau teman-teman juga akan berpikir bahwa Mr. Alex memang benar-benar
tergelincir? Untungnya, Bobby kemudian bertemu Frankie [putri bangsawan yang
menjadi temannya sejak kecil]. Frankie-lah yang mengarang narasi bahwa kematian
Alex bukanlah sebuah kecelakaan. Tuan dan Nyonya Cayman juga pernah mendatangi
Bobby dan menanyakan apakah Alex ada mengucapkan sebuah pesan sebelum ia mati.
Awalnya Bobby mengatakan tidak ada [karena ia beranggapan kalimat ‘Kenapa
mereka tidak memanggil Evans’ tidak penting], namun beberapa saat kemudian
Bobby menulis surat untuk Tuan dan Nyonya Cayman bahwa Alex mengatakan kalimat
itu sebelum meninggal. Tak lama setelah mendapat surat balasan dari pasangan
Cayman, Bobby mendapat tawaran bekerja dari perusahaan di Buinos Aires dengan
tawaran gaji seribu pound setahun. Bobby menolak tawaran tersebut karena
sebelumnya ia telah berjanji untuk bekerja pada Badger Beadon. Beberapa waktu
setelah Bobby menolak tawaran ini, ketika ia tertidur di bawah pohon tepatnya,
ada seseorang yang memasukkan 8 buah morfin ke dalam botol minumannya, Bobby
sampai dirawat inap karena hal ini, hebatnya ia tidak mati dengan 8 buah morfin
tersebut.
Kejadian
ini kemudian semakin menguatkan narasi Frankie bahwa kematian Alex bukanlah
kecelakaan, melainkan karena ada seseorang yang sengaja menolaknya. Orang
tersebut [dugaan awal—mungkin sebuah komplotan] kemudian berniat menyingkirkan
Bobby karena remaja tersebut mengetahui rahasia yang mungkin membahayakan
mereka, terlebih Bobby menolak tawaran yang mereka berikan untuk meninggalkan
Wales. Di akhir cerita aku baru tahu, mengapa mereka menginginkan Bobby
meninggalkan Wales, itu karena Bobby tinggal dalam satu bangunan dengan Evans
[si kunci] atau yang selama ini dikenal Bobby sebagai Nyonya Roberts , di Wisma
Pendeta.
Nah,
kalau teman-teman jadi Bobby dan Frankie, kira-kira ada berapa poin kunci yang
bisa dijadikan sebagai langkah awal penelusuran? Hmm...ada kalimat ‘Mengapa
mereka tidak memanggil Evans?’, kayaknya yang ini nggak bisa dijadikan langkah
awal, deh. Tuan dan Nyonya Cayman? Ya, sebenarnya ini bisa, sih. Tapi Frankie
memilih mengajak Bobby untuk masuk ke dalam keluarga Bassington-ffrench sebagai
titik awal pengungkapan. Bagaimana caranya? Kan tadi si Bassington pernah
bilang kalau dia lagi cari rumah di Wales, jadinya Frankie dan Bobby pun
mendatangi dua buah [memang hanya ada dua agen perumahan di Wales] untuk
menanyakan soal Bassington. Apakah dia benar-benar sedang mencari rumah?
Ternyata benar, bahkan salah satu dari dua agen itu [aku lupa namanya],
memberikan alamat rumah Bassington [Bassington-ffrench adalah nama keluarga,
nama asli laki-laki itu adala Roger Bassington-ffrench] di Merroway Court,
Staverley, Hants.
Frankie
kemudian menyiapkan sebuah rencana [yang berperan adalah Frankie dan seorang
dokter carteran], ia akan berpura-pura menabrak dinding Merroway Court, lalu
lewat sang Dokter, mengeceknya dan mengatakan bahwa wanita itu harus segera di
bawa ke sebuah rumah agar bisa istirahat. Seorang anak datang dan membantu si
dokter membopong Frakie ke Merroway Court. Di rumah itu ada Sylvia
Bassington-ffriench, Henry Bassington-ffriench, dan anak mereka Tommy. Slyvia
menyambut Frankie dengan senang hati, menyediakan kamar, memperlakukan dengan
baik, bahkan menyukainya [mungkin karena tahu Frankie adalah putri bangsawan
terhormat]. Sedangkan Henry adalah laki-laki yang tidak stabil, satu ketika
bisa murung dan tiba-tiba bisa bersikap riang. Sylvia juga meminta Frankie
untuk tinggal di rumah itu untuk istirahat. Beberapa hari kemudian datanglah
Roger Bassington-ffrench [adik Henry sekaligus laki-laki pencari rumah yang
menjadi sasaran penyelidikan Frankie] di rumah itu.
Hingga
berhari-hari kemudian, tidak ada hal yang bisa dijadikan referensi bahwa Roger
adalah orang yang dicurigai. Ia berkata apa adanya, ia mengaku sebagai orang
yang menunggui mayat ketika itu, ia tidak ada di Wales ketika Bobby diracun
[Sylvia yang mengatakan bahwa Roger sedang menghadiri pesta pada hari itu], ia
mengaku datang ke Wales untuk mencari rumah [Sylvia membenarkan], dan dia
mengaku bahwa ia yang telah merobek foto wanita cantik yang ada dalam saku
Alex. Hal ini karena wanita dalam foto tersebut adalah Moira, wanita baik-baik
[Frankie mengakuinya karena ia pernah bertemu ketika Moira dan suaminya—dr.
Nicholson—datang menghadiri jamuan makan malam dari Sylvia]. Dr. Nicholson
memiliki tempat rehabilitas untuk pecandu di rumahnya yang bernama Grange
[Hanya Merroway Court dan Grange-lah rumah besar di daerah itu].
Huah...cerita
ini memang sungguh panjang, dan pembaca akan dibawa pada sebuah pendugaan ‘Yang
patut dicurigai dalam kasus ini adalah dr. Nicholson’. Dia dokter jahat yang
berniat menyingkirkan Moira [istrinya sendiri] dan Tuan Henry [suami Sylvia]
karena ia ingin menikahi Sylvia. Kita akan menyangka bahwa dr. Nicholson juga
yang sebenarnya telah membunuh Tuan
Henry meskipun kelihatannya Henry mati bunuh diri. Kita akan menyangka Moira
adalah wanita jelita yang hidupnya penuh tekanan dan penderitaan, terkurung di
dalam Grange bersama suami yang jahat. Kita menyangka Slyvia kemudian
bersekongkol dengan dr. Nicholson untuk menyingkirkan Henry [suaminya sendiri].
Kita menyangka Roger adalah laki-laki yang paling bersih dalam kasus ini,
malahan Frankie sempat terpesona olehnya [Hmm...semua pembunuh memang selalu
tampan dan menarik—dalam film dan novel].
Tapi
tahukah? Semua dugaan kita itu salah total! Karena sesungguhnya Roger dan
Moira-lah penjahatnya. Betapa pintarnya si Roger ini sehingga tuduhan awal yang
memang tertuju padanya bisa benar-benar hilang dan justru terlempar pada dr.
Nicholson, yang justru tidak mengerti apa-apa. Moira yang menjelma wanita penuh
derita itupun ternyata wanita licik yang sebelumnya mengambil harta Tuan Savage
dengan menyamar sebagai Nyonya Templeton. Soal pengambilan harta warisan Tuan Savage dan
penyamaran Roger dalam kasus ini punya cerita sendiri dan trik-trik misterius.
Intinya, Evans yang adalam kalimat ‘Mengapa mereka tidak memanggil Evans’
adalah Gladys Evans [Bobby menegenalnya sebagai Nyonya Roberts], dia adalah
pelayan rumah Tuan Savage. Oke deh, aku ceritain, pada saat pemalsuan tanda
tangan surat wasiat harta warisan Tuan Savage diberikan pada Nyonya Templeton,
ternyata Rogerlah yang menyamar sebagai Tuan Savage. Nah, kemudian dipanggillah
tukang dapur dan tukang taman Tuan Savage untuk menjadi saksi penandatanganan
surat tersebut di depan pengacara. Muncul deh pertanyaan, ‘Kenapa mereka tidak
memanggil Evans [Si pelayan rumah Tuan Savage]?’. Kenapa justru tukang dapur
dan tukang kebun yang jarang berhadapan langsung dengan Tuan Savage? Karena,
jika mereka memanggil Evans, ia akan mengetahui bahwa laki-laki tersebut bukan
Tuan Savage. Ya iyalah, pelayan rumah, cuy...pastinya kerjaannya kontak
langsung dengan si majikan. Tukang masak ya cuma masak, yang menyiapkan di meja
makan, dan melayani segala kebutuhan majikannya ya pelayan rumah. Apalagi
tukang kebun, masuk ke rumah aja jarang.
Ketemu kan jawabannya?
Mengapa
mereka membunuh Alex yang ternyata bernama asli Alan Carstairs? Karena Alan
sudah hampir menemukan jawaban dari pengungkapan kasus Tuan Savage, yaitu
pertanyaan ‘Mengapa mereka tidak memanggil Evans?’, kan dia udah nyampe di
Wales, dan di sana Evans alias Nyonya Roberts tinggal. Begitu.
Akhirnya,
setelah melewati penyelidikan panjang dan berbelit-belit, Bobby dan Frankie
berhasil juga mengungkap kasus tersebut. Ternyata kuncinya adalah Nyonya
Roberts [Evans] yang selama ini tinggal dalam satu bangunan dengan Bobby. Evans
inilah satu-satunya orang yang bisa mengenali bahwa Moira adalah Nyonya
Templeton.
Endingnya
Moira berhasil ditangkap dan Roger melarikan diri. Roger menulis surat untuk
Bobby dan Frankie, yang menceritakan kronologi sebenarnya. Nggak apa-apalah
orang ganteng lepas. Hehe. Yang penting dia sudah mengatakan akan berubah.
Paham
nggak, sih? Atau malah bingung? Pusing? Maaf, yaa...
So,
kalau teman-teman mau tahu ceritanya yang komplit plus berpetualang dalam
setiap lembar-lembarnya, sok atuh baca novelnya aja langsung, ya... Insya Allah
nggak bakal menyesal, deh. Kayak Sherlock Holmes lah, nggak jauh-jauh beda, cuma
aku belum pernah baca Sherlock [Aduh, kok berani-beraninya ngebandingin, sih!].
Okehh...sekian
dulu, ya. Aku mau melanjutkan baca ‘Mayat Misterius’. Semoga lebih keren, Ya!
Nanti Insya Allah bakal kuceritain lagi deh di sini. Thanks for reading!
No comments:
Post a Comment