Monday, 28 April 2014

Sehari Tanpa Internet Itu? [Pemenang Pertama]



Internet di Masa Ini

Internet memang sangat booming beberapa tahun terakhir. Hampir semua kegiatan manusia tidak bisa dilepaskan dari internet. Baik itu bidang kesehatan, ekonomi, politik, sosial, lingkungan, pendidikan, banyak lagi. Terlepas dari semua pengaruh buruk internet akibat penyalah gunaannya, kita tidak bisa memungkiri bahwa internet sangat membantu manusia saat ini.


Internet sebagai media belajar (foto: milik pribadi)

Dengan internet proses transfer ilmu pengetahuan jadi begitu mudahnya. Dengan sekali klik, jutaan informasi bisa kita dapatkan, kita juga bisa mengikuti perkuliahan walau sedang sakit sekalipun. Dengan internet pula usaha-usaha kecil memiliki media promosi murah sekaligus efektif, dengan begitu akan sangat membantu mereka dalam mengembangkan usaha. Dengan internet, kampanye-kampanye tentang lingkungan, kesehatan dan sebagainya bisa disebarkan dan diakses dengan cepat, sehingga pesannya bisa segera tersampaikan.

Sebaliknya tanpa internet, seorang mahasiswa akan kesulitan menyelesaikan tugasnya, jurnalis akan kesulitan menyusun tulisan, banker tidak bisa melaksanakan tugas, guru kesulitan menyusun bahan ajar, blogger kehilangan pekerjaan, pengusahan online akan gulung tikar, dan portal-portal berita online segera tutup. Ah, terlalu banyak akibat buruk lainnya.

Aku sendiri, sebagai makhluk sosial, mahasiswi, sekaligus blogger sangat merasakan manfaat internet dalam mendukung kelancaran aktivitasku. Berikut adalah beberapa kasus yang muncul apabila sehari saja aku tidak bersinggungan dengan internet.


Sehari Tanpa Internet, Aku Tidak Mengerjakan Tugas!

“Eh tugas kita bukannya cuma laporan, ya. Terus kalian ngumpulin buku apa lagi tuh?” Ini adalah pertanyaanku pada seorang teman, dua minggu yang lalu. Tepatnya saat ujian mata kuliah Pengolahan Pascapanen. Di tanganku hanya ada satu jilid laporan bersampul hijau, sementara teman-teman sekelas berbondong-bondong membawa laporan dan sebuah buku.

“Kan kita juga disuruh ngerjain latihan yang ada di buku. Masak nggak tahu, sih?” Temanku itu menjawab enteng sekaligus heran.

“Lho, kok nggak ada yang bilang?”

Jujur, saat itu rasanya tubuhku mendadak panas dingin. Aku benar-benar tidak tahu kalau ada tugas tambahan.

“Bukannya kemaren sudah diumumin di grup?”

Ya, kami memang punya grup kelas di facebook. Dan malangnya, sudah dua hari aku tidak menjenguk facebook akibat kehabisan kuota internet. Aku hanya bisa menelan ludah, berjalan ke meja depan untuk mengumpulkan laporan dengan malas. Untungnya dosen tidak mengabsen siapa yang tidak mengumpulkan tugas latihan.

Bisa membayangkan jika ketinggalan informasi di atas? (foto: milik pribadi)

Sebenarnya kejadian di atas hanya salah satu dari sekian kejadian buruk yang menimpaku akibat tidak nge-net. Kasus yang paling sering selalu saja berhubungan dengan tugas. Meskipun aku tinggal dengan delapan teman sekelas, tetap saja aku jarang keluar kamar, memilih membaca atau menulis sesuatu di kamar. Pernah juga temanku sampai kesal karena keseringan mendapatiku tidak membuat tugas akibat ketinggalan informasi.

Begitulah kira-kira gambaran keadaanku ketika tidak bersentuhan dengan internet barang sehari saja. Entahlah, padahal beberapa tahun lalu, hidupku tetap baik-baik saja walau tidak mengenal internet sama sekali. Tapi sekarang? Sehari tanpa internet, aku bagai seseorang yang tersesat di jalan.


Sehari Tanpa Internet, Blogku Terabaikan!

Bisa membayangkan jika jumlah penayangan hanya empat kali? Ini lebih dari sekadar menyedihkan! 
Seperti yang kalian ketahui, hobi lainku selain membaca dan traveling, adalah nge-blog. Blog ini seperti rumah kedua bagiku. Di blog ini aku bisa berceloteh sesuka hati, memutar otak untuk membuat tulisan yang menarik, dan menyajikan tulisan yang oke buat dilombakan.

Sejauh ini, blog ini sudah mengantarkanku hingga ke Malaysia dan Singapura beberapa waktu lalu, juga tidak meminta uang bulanan ke orangtua (setidaknya sudah hampir enam bulan). Tiket untuk pulang pun sudah kubeli tanpa meminta kiriman, bahkan aku sudah membelikan barang-barang kecil untuk oleh-oleh keluarga di rumah. Aku senang karena semua itu aku dapatkan dengan jerih payahku  sendiri, tentunya dengan kehendak Tuhan. Dan itulah mengapa aku semakin mencintai blog ini.

Singapore & Malaysia (foto: milik pribadi)
Aktivitas nge-blog juga yang memperkenalkanku dengan berbagai komunitas yang berisikan orang-orang hebat. Aku juga mempunyai banyak kenalan yang menginspirasi dan luar biasa. Itulah alasan mengapa aku mengatakan bahwa blog adalah rumah kedua bagiku.

Nah, saat paket internetku habis, tentu saja aku tidak bisa menjenguk blog. Kalian tahu apa saja bencana yang timbul akibat itu semua?

Statistik pengunjung blogku menurun. Kok bisa? Entahlah, aku tidak bisa menjelaskan. Ketika sebuah blog tidak dikunjungi oleh tuan rumah, maka pengunjung yang datang pun berkurang. Mungkin ibarat sebuah tempat wisata yang tidak lagi terurus, walaupun semua orang bebas blusukan, tetap mereka akan malas datang, karena tidak menarik lagi.

Tidak hanya masalah turunnya statistik, komentar-komentar teman pun tidak bisa kubalas. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Sehari tanpa internet, aku jadi menelantarkan rumah keduaku.


Sehari Tanpa Internet, Separuh Waktu Jadi Membosankan!

Betapa gersangnya dunia jika sehari saja tidak menjenguk sosial media seperti facebook, twitter, email, dan BBM. Terlebih bagi seorang mahasiswa yang harus duduk mendengarkan dosen berceramah hingga berjam-jam lamanya. Lirik kanan-kiri, semuanya diam-diam menatap ponsel, mengetik sesuatu di sana sambil bibir tersenyum tipis. Ya, ponsel memang bisa menghibur, tapi tanpa internet, ponsel seperti bunga yang tidak berbunga. Tidak menyenangkan. Sejauh ini, internet sangat membantuku di kelas, tentu saja dalam hal mengurangi kejenuhan. Dengan syarat, tidak melulu menatap ponsel hingga tidak tahu apa yang dibicarakan dosen. Memperhatikan dosen itu wajib, dan sesekali mengintip medsos itu sunah. Biar tidak bosen, beneran!

Foto ini kuambil sembunyi-sembunyi (foto: milik pribadi)
Selain kasus di atas, medsos ternyata juga sudah menjadi sahabat bagi mereka yang sedang jatuh cinta. Biasanya yang lagi suka pada seseorang, pasti akan selalu mengunjungi profil orang yang disukai itu. Apapun jejak yang ditinggalkan oleh sang pujaan hati di internet pasti akan digali habis-habisan. Semua fotonya disimpan. Bahkan apabila ada notifikasi (di facebook letaknya ada di pojok kanan atas), misalnya si doi menyukai atau memberi komentar di sebuah status, foto atau tautan, langung deh dikejar sampai akar-akarnya. Status siapa yang disukainya, dan apa yang dikomentarinya.

Nah, bayangkan seandainya orang yang sedang jatuh cinta itu tidak bisa melihat semua aktifitas si doi sehari saja, akibat tidak memiliki paket internet misalnya. Betapa suramnya dunia. Jujur sajalah, aku sendiri berani menulis begini karena sudah pernah merasakan.

Kasus selanjutnya adalah diriku yang ketergantungan dengan BBM. Why? Karena aku jarang beli pulsa. Biasanya beli pulsa hanya untuk daftar paket internet. Jadinya, jika koneksi internetku tidak aktif, aku benar-benar tidak bisa berkirim pesan. Ponselku berubah sepi senyap dan membosankan, biasanya dia akan tergeletak diabaikan. Lebih sedihnya lagi, puluhan foto selfie-ku bersama teman hanyak numpuk di galeri ponsel, tidak bisa dipamerkan di Display Picture BBM, facebook, atau tweeter (jangan mengejek, aku memang sudah punya bakat narsis sejak kecil).


Sehari Tanpa Internet, Aku Hanya Bengong di Depan Laptop!

Aku tidak tahu apakah ini hanya berlaku untukku seorang atau semua orang. Tanpa internet, aku benar-benar hanya bengong menatap laptop, dan berujung nonton film. Apalagi tugas kuliah, jangan ditanya. Aku juga tidak paham (mungkin karena aku pemalas pergi ke perpustakaan) sehingga semua bahan laporan atau paper hanya mengandalkan internet. Biasanya aku suka download referensi dari repository kampusku: IPB. Tidak hanya itu, aku juga memanfaatkan internet untuk saling bertukar data dengan teman. Misalnya, foto-foto praktikum minggu lalu ada di kamera teman, sementara kos kita berjauhan, jalan keluar paling simpel adalah memintanya untuk mengirim foto-foto itu melalui pesan facebook atau email. 

Nggak sadar difoto (foto: milik pribadi)

Nah, ketika sehari saja aku tidak memiliki paket internet, sementara besok tugas harus sudah dikumpulkan, di saat itulah aku hanya bengong. Tidak tahu apa yang mau ditulis karena tidak punya bahan referensi dan foto-foto. Solusi yang paling sering kupilih adalah kabur ke warnet, lalu satu jam kemudian, aku akan keluar dari warnet sambil meneteng laporan yang sudah di-print.


Sehari Tanpa Internet, Aku Berubah Jadi ZombiNet!

Kuharap kalian tidak membayangkan sosok zombi yang pucat, berlumuran darah, bertaring, sambil berjalan patah-patah mengejar dengan tangan keriting terjulur. Bukan zombi seperti itu, tapi kalau urusan kejar-mengejarnya tidak jauh beda. Yap, tanpa koneksi internet di ponsel, aku akan kelayapan ke tempat-tempat lain, mengejar hotspot gratis lebih tepatnya. Biasanya nongkrong dekat perpustakaan kampus, di mall, atau restoran fast food. Bisa berjam-jam lamanya. Sebenarnya opsi tempat ketiga yang kusebutkan di atas hanya sekali saja kupakai, saat kebetulan memesan sesuatu. Selebihnya aku lebih senang ke tempat-tempat yang totally free, tidak perlu membayar serupiah pun. Itulah zombi versiku, ZombiNet alias Zombi Internet!

Ternyata nggak cuma orang Indonesia yang bisa jadi ZombiNet

Mengajarkan Internet itu PENTING!

Kembali nyuri foto teman-teman di asrama (foto: milik pribadi)
Nah, sekarang sudah tahu ya besarnya peran internet dan betapa nelangsanya aku apabila sehari tanpa internet. Seharusnya setiap individu di Indonesia ini kenal internet, hanya saja setelah membaca ucapan Ketua Umum APJII berikut ini, aku jadi meringis sendiri.
 "Pertumbuhan pengguna selama 2013 lumayan, kita bisa mencapai penetrasi internet 28% dari jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 248 juta orang,"

Memang lumayan, tapi angka tersebut tidak akan bisa memenuhi tuntutan International Telecom Union (ITU) yang menargetkan 50% penduduk Indonesia harus menggunakan internet pada tahun 2015.

“Ah masak, sih? Semua teman-temanku pakai internet, kok. Mama, Papa, Tante, Om, Oma, Opa, semua keluargaku juga pakai internet!”

Ya, tidak mutlak salah, tapi tidak benar juga. Di kehidupan perkotaan, memang rata-rata penduduknya sudah melek internet, bahkan anak belum genap lima tahun saja sudah paham cara memainkan game online. Tapi mari kita lihat sekali lagi, lihat ke tepian kota, lihat ke desa-desa, lihat para orangtua lain, dan lihat mereka yang hidup di perbatasan. Masih banyak penduduk kita yang tidak kenal apa itu internet. Dan kalau boleh jujur, dulunya Bapak dan Ibuku adalah bagian dari mereka yang buta internet.

Kegiatanku setiap pulang kampung sekali setahun, salah satunya adalah mengenalkan kepada mereka apa itu internet, apa fungsinya, dan apa saja keuntungan yang bisa diperoleh. Awalnya Bapak adalah orang yang paling menentangku dalam hal penggunaan internet, tahunya beliau internet hanya berisi hal-hal negatif (seperti yang beliau lihat di berita). Tapi tahun lalu, dengan penjelasan yang sabar dan hati-hati, akhirnya aku bisa memahamkan beliau. Kuperlihatkan juga apa itu facebook, email, dan mesin pencari yang ada di internet. Beliau terkagum-kagum saat melihat informasi budidaya jagung bisa muncul hanya dalam satu kali klik. Begitu juga saat aku berhasil menemukan nama facebook seorang saudara yang sekian puluh tahun tidak bertemu, Bapak sangat senang bisa melihat foto-foto yang diunggah saudaraku di sana.

“Ternyata internet itu tergantung sopo seng gunakke (siapa yang menggunakan)...” komentar Bapak akhirnya.

Begitulah, teman... Meskipun banyak sekali penduduk Indonesia yang buta internet dan memerlukan pelatihan, kita bisa memulai memperbaikinya dari tingkat yang paling kecil, yaitu keluarga. Memberikan pemahaman yang benar serta menjelaskan apa saja hal-hal buruk yang seharusnya tidak diakses di internet.


Bayangkan, seandainya para petani kita melek internet, betapa mudahnya mereka akan berkomunikasi dengan penyuluh pertanian. Meski sang penyuluh tidak selalu datang ke lokasi, para petani tetap bisa bertanya dan meminta solusi untuk masalah usaha tani mereka via internet, grup tani online misalnya. Tidak hanya itu, mereka juga bisa mengakses informasi tentang panduan dan tata cara berusaha tani yang menguntungkan, ramah lingkungan, serta berkelanjutan.

Lihat!
Pengaruh positif internet tidak hanya akan meningkatkan kehidupan pedesaan, namun juga pada usaha-usaha dan aspek lainnya (terlalu banyak jika harus dijelaskan satu persatu). Ada banyak contoh komunitas kreatif online yang tidak hanya menuai keuntungan berupa materi dari internet, melainkan juga menjadi inspirasi dan memberikan penyelesaian masalah bagi banyak orang. Di antaranya adalah La Spina (perusahaan sepatu dan tas), Ruma (sistem online untuk pengusaha kecil), Mitra Netra (komunitas online untuk tuna netra), Nebeng.com (solusi online untuk kemacetan), Batik Fractal (pelestarian batik dengan piranti lunak), serta NulisBuku.com (komunitas online untuk penulis agar mudah mempublikasikan karya). Nama-nama usaha dan komunitas di atas bahkan menerima penghargaan dari Indonesia Innovates beberapa waktu lalu.

Lihatlah betapa berpengaruhnya internet saat ini, itulah mengapa kita perlu mengajarkan internet pada mereka yang masih buta internet, termasuk pada anak-anak. Ada banyak aplikasi belajar untuk anak yang bisa kita ajarkan, selain itu kita juga perlu menanamkan pemahaman dalam diri mereka, agar mereka tumbuh menjadi generasi tanpa kontaminasi akibat penyalah gunaan internet.


Ini aku! (foto: milik pribadi)

Mari kita memberi pemahaman internet pada mereka, mari optimalkan internet untuk hal-hal positif, dan mari wujudkan INDONESIA GENGGAM INTERNET!



27 comments:

  1. Sehari tanpa internet, kalau enggak jaringan lagi lemot, berarti kuotanya habis. Semoga sukses lomba blognya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, selalu jadi komentator pertama nih, Terimakasih :)

      Delete
  2. aku pilih berhari-hari tanpa TV, dibanding sehari tanpa internet :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sama mak Lidya, aku juga pilih tanpa tv :D

      Delete
  3. jangankan sehari beberapa jam saja sudah gak lengkap rasanya

    ReplyDelete
  4. Wuihh keren, ndiskripsiinnya panjang lebar.
    Walaupun notifikasi selalu sepi, pengunjung blog cuman dikit. Tetep aja hambar tanpa internet. Itu kenapa ya? pedih banget. okee trims.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Internet memang udah berubah kebutuhan penting saat ini, walau gak nyampe kategori primer.

      Delete
  5. Wah, tulisannya oke mbak.. panjang tapi gak monoton :)
    Iya..internet itu pentiiiiing banget, tapi lebih penting punya kuota internetnya ya, hehe..gak ada kuota gak bisa internetan soalnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, makasih Mbak.... bener banget itu. Internet udah jadi kebutuhan yang penting banget.

      Delete
  6. hehehe..iya nih, saya termasuk yg sehari tanpa ngisi kouta inet bisa kebakaran jilbab ^_^

    Sukses ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, kok bisa kebakaran jilbab Mba? *pura2 lugu

      Delete
  7. berusaha agar tak kecanduan internet :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe...pengennya juga gitu kak, tapi tetep gak bisa.

      Delete
  8. ich....kok ada foto ku.......?????

    butir jangan sokcan gitulah wajahnya....
    biasa ajha...!
    woles!!!!!!! :P

    ReplyDelete
  9. heeyyy
    bunda parah bngit tuu foto ak,,, hahaha

    ReplyDelete
  10. wah menang lomba nya ya mba ??

    ReplyDelete
  11. Wah selamat nih yg dapat laptop baru.

    ReplyDelete
  12. Skrg internet menjadi suatu hal yg penting... Oh ya, selamat ya dpt laptop baru...

    ReplyDelete
  13. Kerenn =D selamat yaa ^^ lanjutkannnn... :)

    ReplyDelete
  14. Haha. Iyah nih sob. udah terpatri kali Internet di jiwaku. blank kalo tanpa Internet sehari. kecanduannya payah ngobatinnya. :D :D
    kerenn sob,
    ohya, selamat yah buat kemenangan Lomba Blogg nya. Lanjutkan terus sobb :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...