Internet di Masa Ini
Internet memang sangat booming
beberapa tahun terakhir. Hampir semua kegiatan manusia tidak bisa dilepaskan
dari internet. Baik itu bidang kesehatan, ekonomi, politik, sosial, lingkungan,
pendidikan, banyak lagi. Terlepas dari semua pengaruh buruk internet akibat penyalah
gunaannya, kita tidak bisa memungkiri bahwa internet sangat membantu manusia
saat ini.
Internet sebagai media belajar (foto: milik pribadi) |
Dengan internet proses transfer ilmu pengetahuan jadi begitu mudahnya.
Dengan sekali klik, jutaan informasi bisa kita dapatkan, kita juga bisa
mengikuti perkuliahan walau sedang sakit sekalipun. Dengan internet pula
usaha-usaha kecil memiliki media promosi murah sekaligus efektif, dengan begitu
akan sangat membantu mereka dalam mengembangkan usaha. Dengan internet,
kampanye-kampanye tentang lingkungan, kesehatan dan sebagainya bisa disebarkan
dan diakses dengan cepat, sehingga pesannya bisa segera tersampaikan.
Sebaliknya tanpa internet, seorang mahasiswa akan kesulitan
menyelesaikan tugasnya, jurnalis akan kesulitan menyusun tulisan, banker tidak
bisa melaksanakan tugas, guru kesulitan menyusun bahan ajar, blogger kehilangan
pekerjaan, pengusahan online akan gulung tikar, dan portal-portal berita online
segera tutup. Ah, terlalu banyak akibat buruk lainnya.
Aku sendiri, sebagai makhluk sosial, mahasiswi, sekaligus blogger sangat
merasakan manfaat internet dalam mendukung kelancaran aktivitasku. Berikut
adalah beberapa kasus yang muncul apabila sehari saja aku tidak bersinggungan
dengan internet.
Sehari Tanpa Internet, Aku Tidak Mengerjakan
Tugas!
“Eh tugas kita bukannya cuma laporan, ya. Terus kalian ngumpulin buku
apa lagi tuh?” Ini adalah pertanyaanku pada seorang teman, dua minggu yang
lalu. Tepatnya saat ujian mata kuliah Pengolahan Pascapanen. Di tanganku hanya
ada satu jilid laporan bersampul hijau, sementara teman-teman sekelas
berbondong-bondong membawa laporan dan sebuah buku.
“Kan kita juga disuruh ngerjain latihan yang ada di buku. Masak nggak
tahu, sih?” Temanku itu menjawab enteng sekaligus heran.
“Lho, kok nggak ada yang bilang?”
Jujur, saat itu rasanya tubuhku mendadak panas dingin. Aku benar-benar
tidak tahu kalau ada tugas tambahan.
“Bukannya kemaren sudah diumumin di grup?”
Ya, kami memang punya grup kelas di facebook. Dan malangnya, sudah dua
hari aku tidak menjenguk facebook akibat kehabisan kuota internet. Aku hanya
bisa menelan ludah, berjalan ke meja depan untuk mengumpulkan laporan dengan
malas. Untungnya dosen tidak mengabsen siapa yang tidak mengumpulkan tugas
latihan.
Bisa membayangkan jika ketinggalan informasi di atas? (foto: milik pribadi) |
Sebenarnya kejadian di atas hanya salah satu dari sekian kejadian buruk
yang menimpaku akibat tidak nge-net. Kasus yang paling sering selalu saja
berhubungan dengan tugas. Meskipun aku tinggal dengan delapan teman sekelas,
tetap saja aku jarang keluar kamar, memilih membaca atau menulis sesuatu di
kamar. Pernah juga temanku sampai kesal karena keseringan mendapatiku tidak
membuat tugas akibat ketinggalan informasi.
Begitulah kira-kira gambaran keadaanku ketika tidak bersentuhan dengan
internet barang sehari saja. Entahlah, padahal beberapa tahun lalu, hidupku
tetap baik-baik saja walau tidak mengenal internet sama sekali. Tapi sekarang?
Sehari tanpa internet, aku bagai seseorang yang tersesat di jalan.
Sehari Tanpa Internet, Blogku Terabaikan!
Bisa membayangkan jika jumlah penayangan hanya empat kali? Ini lebih dari sekadar menyedihkan! |
Seperti yang kalian ketahui, hobi lainku selain membaca dan traveling, adalah nge-blog. Blog ini
seperti rumah kedua bagiku. Di blog ini aku bisa berceloteh sesuka hati,
memutar otak untuk membuat tulisan yang menarik, dan menyajikan tulisan yang
oke buat dilombakan.
Sejauh ini, blog ini sudah mengantarkanku hingga ke Malaysia dan
Singapura beberapa waktu lalu, juga tidak meminta uang bulanan ke orangtua
(setidaknya sudah hampir enam bulan). Tiket untuk pulang pun sudah kubeli tanpa
meminta kiriman, bahkan aku sudah membelikan barang-barang kecil untuk
oleh-oleh keluarga di rumah. Aku senang karena semua itu aku dapatkan dengan
jerih payahku sendiri, tentunya dengan
kehendak Tuhan. Dan itulah mengapa aku semakin mencintai blog ini.
Singapore & Malaysia (foto: milik pribadi) |
Aktivitas nge-blog juga yang memperkenalkanku dengan berbagai komunitas
yang berisikan orang-orang hebat. Aku juga mempunyai banyak kenalan yang
menginspirasi dan luar biasa. Itulah alasan mengapa aku mengatakan bahwa blog
adalah rumah kedua bagiku.
Nah, saat paket internetku habis, tentu saja aku tidak bisa menjenguk blog. Kalian tahu apa saja bencana yang timbul akibat itu semua?
Nah, saat paket internetku habis, tentu saja aku tidak bisa menjenguk blog. Kalian tahu apa saja bencana yang timbul akibat itu semua?
Statistik pengunjung blogku menurun. Kok bisa? Entahlah, aku tidak bisa
menjelaskan. Ketika sebuah blog tidak dikunjungi oleh tuan rumah, maka
pengunjung yang datang pun berkurang. Mungkin ibarat sebuah tempat wisata yang
tidak lagi terurus, walaupun semua orang bebas blusukan, tetap mereka akan
malas datang, karena tidak menarik lagi.
Tidak hanya masalah turunnya statistik, komentar-komentar teman pun
tidak bisa kubalas. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Sehari tanpa
internet, aku jadi menelantarkan rumah keduaku.
Sehari Tanpa Internet, Separuh Waktu Jadi
Membosankan!
Betapa gersangnya dunia jika sehari saja tidak menjenguk sosial media
seperti facebook, twitter, email, dan BBM. Terlebih bagi seorang mahasiswa yang
harus duduk mendengarkan dosen berceramah hingga berjam-jam lamanya. Lirik
kanan-kiri, semuanya diam-diam menatap ponsel, mengetik sesuatu di sana sambil
bibir tersenyum tipis. Ya, ponsel memang bisa menghibur, tapi tanpa internet,
ponsel seperti bunga yang tidak berbunga. Tidak menyenangkan. Sejauh ini,
internet sangat membantuku di kelas, tentu saja dalam hal mengurangi kejenuhan.
Dengan syarat, tidak melulu menatap ponsel hingga tidak tahu apa yang
dibicarakan dosen. Memperhatikan dosen itu wajib, dan sesekali mengintip medsos
itu sunah. Biar tidak bosen, beneran!
Foto ini kuambil sembunyi-sembunyi (foto: milik pribadi) |
Selain kasus di atas, medsos ternyata juga sudah menjadi sahabat bagi
mereka yang sedang jatuh cinta. Biasanya yang lagi suka pada seseorang, pasti
akan selalu mengunjungi profil orang yang disukai itu. Apapun jejak yang
ditinggalkan oleh sang pujaan hati di internet pasti akan digali habis-habisan.
Semua fotonya disimpan. Bahkan apabila ada notifikasi (di facebook letaknya ada
di pojok kanan atas), misalnya si doi menyukai atau memberi komentar di sebuah
status, foto atau tautan, langung deh dikejar sampai akar-akarnya. Status siapa
yang disukainya, dan apa yang dikomentarinya.
Nah, bayangkan seandainya orang yang sedang jatuh cinta itu tidak bisa
melihat semua aktifitas si doi sehari saja, akibat tidak memiliki paket
internet misalnya. Betapa suramnya dunia. Jujur sajalah, aku sendiri berani
menulis begini karena sudah pernah merasakan.
Kasus selanjutnya adalah diriku yang ketergantungan dengan BBM. Why? Karena aku jarang beli pulsa.
Biasanya beli pulsa hanya untuk daftar paket internet. Jadinya, jika koneksi
internetku tidak aktif, aku benar-benar tidak bisa berkirim pesan. Ponselku
berubah sepi senyap dan membosankan, biasanya dia akan tergeletak diabaikan.
Lebih sedihnya lagi, puluhan foto selfie-ku
bersama teman hanyak numpuk di galeri ponsel, tidak bisa dipamerkan di Display Picture BBM, facebook, atau
tweeter (jangan mengejek, aku memang sudah punya bakat narsis sejak kecil).
Sehari Tanpa Internet, Aku Hanya Bengong di
Depan Laptop!
Aku tidak tahu apakah ini hanya berlaku untukku seorang atau semua
orang. Tanpa internet, aku benar-benar hanya bengong menatap laptop, dan
berujung nonton film. Apalagi tugas kuliah, jangan ditanya. Aku juga tidak
paham (mungkin karena aku pemalas pergi ke perpustakaan) sehingga semua bahan
laporan atau paper hanya mengandalkan internet. Biasanya aku suka download
referensi dari repository kampusku:
IPB. Tidak hanya itu, aku juga memanfaatkan internet untuk saling bertukar data
dengan teman. Misalnya, foto-foto praktikum minggu lalu ada di kamera teman,
sementara kos kita berjauhan, jalan keluar paling simpel adalah memintanya
untuk mengirim foto-foto itu melalui pesan facebook atau email.
Nggak sadar difoto (foto: milik pribadi) |
Nah, ketika sehari saja aku tidak memiliki paket internet, sementara
besok tugas harus sudah dikumpulkan, di saat itulah aku hanya bengong. Tidak
tahu apa yang mau ditulis karena tidak punya bahan referensi dan foto-foto. Solusi
yang paling sering kupilih adalah kabur ke warnet, lalu satu jam kemudian, aku
akan keluar dari warnet sambil meneteng laporan yang sudah di-print.
Sehari Tanpa Internet, Aku Berubah Jadi ZombiNet!
Kuharap kalian tidak membayangkan sosok zombi yang pucat, berlumuran
darah, bertaring, sambil berjalan patah-patah mengejar dengan tangan keriting terjulur.
Bukan zombi seperti itu, tapi kalau urusan kejar-mengejarnya tidak jauh beda.
Yap, tanpa koneksi internet di ponsel, aku akan kelayapan ke tempat-tempat
lain, mengejar hotspot gratis lebih tepatnya. Biasanya nongkrong dekat
perpustakaan kampus, di mall, atau
restoran fast food. Bisa berjam-jam
lamanya. Sebenarnya opsi tempat ketiga yang kusebutkan di atas hanya sekali
saja kupakai, saat kebetulan memesan sesuatu. Selebihnya aku lebih senang ke
tempat-tempat yang totally free,
tidak perlu membayar serupiah pun. Itulah zombi versiku, ZombiNet alias Zombi
Internet!
Ternyata nggak cuma orang Indonesia yang bisa jadi ZombiNet |
Mengajarkan Internet itu PENTING!
Kembali nyuri foto teman-teman di asrama (foto: milik pribadi) |
Nah, sekarang sudah tahu ya besarnya peran internet dan betapa
nelangsanya aku apabila sehari tanpa internet. Seharusnya setiap individu di
Indonesia ini kenal internet, hanya saja setelah membaca ucapan Ketua Umum APJII berikut ini, aku jadi meringis
sendiri.
"Pertumbuhan pengguna selama 2013 lumayan, kita bisa mencapai penetrasi internet 28% dari jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 248 juta orang,"
Memang lumayan, tapi angka tersebut tidak akan bisa
memenuhi tuntutan International Telecom
Union (ITU) yang menargetkan 50% penduduk
Indonesia harus menggunakan internet pada tahun 2015.
“Ah masak, sih? Semua teman-temanku pakai internet, kok. Mama, Papa, Tante, Om, Oma, Opa, semua keluargaku juga pakai internet!”
Ya, tidak mutlak salah, tapi tidak benar juga. Di
kehidupan perkotaan, memang rata-rata penduduknya sudah melek internet, bahkan
anak belum genap lima tahun saja sudah paham cara memainkan game online. Tapi
mari kita lihat sekali lagi, lihat ke tepian kota, lihat ke desa-desa, lihat
para orangtua lain, dan lihat mereka yang hidup di perbatasan. Masih banyak
penduduk kita yang tidak kenal apa itu internet. Dan kalau boleh jujur, dulunya
Bapak dan Ibuku adalah bagian dari mereka yang buta internet.
Kegiatanku setiap pulang kampung sekali setahun, salah
satunya adalah mengenalkan kepada mereka apa itu internet, apa fungsinya, dan
apa saja keuntungan yang bisa diperoleh. Awalnya Bapak adalah orang yang paling
menentangku dalam hal penggunaan internet, tahunya beliau internet hanya berisi
hal-hal negatif (seperti yang beliau lihat di berita). Tapi tahun lalu, dengan
penjelasan yang sabar dan hati-hati, akhirnya aku bisa memahamkan beliau.
Kuperlihatkan juga apa itu facebook, email, dan mesin pencari yang ada di
internet. Beliau terkagum-kagum saat melihat informasi budidaya jagung bisa
muncul hanya dalam satu kali klik. Begitu juga saat aku berhasil menemukan nama
facebook seorang saudara yang sekian puluh tahun tidak bertemu, Bapak sangat
senang bisa melihat foto-foto yang diunggah saudaraku di sana.
“Ternyata internet itu tergantung sopo seng gunakke (siapa yang menggunakan)...” komentar Bapak akhirnya.
Begitulah, teman... Meskipun banyak sekali penduduk
Indonesia yang buta internet dan memerlukan pelatihan, kita bisa memulai
memperbaikinya dari tingkat yang paling kecil, yaitu keluarga. Memberikan
pemahaman yang benar serta menjelaskan apa saja hal-hal buruk yang seharusnya
tidak diakses di internet.
Bayangkan, seandainya para petani kita melek internet,
betapa mudahnya mereka akan berkomunikasi dengan penyuluh pertanian. Meski sang
penyuluh tidak selalu datang ke lokasi, para petani tetap bisa bertanya dan
meminta solusi untuk masalah usaha tani mereka via internet, grup tani online
misalnya. Tidak hanya itu, mereka juga bisa mengakses informasi tentang panduan
dan tata cara berusaha tani yang menguntungkan, ramah lingkungan, serta
berkelanjutan.
Lihat! |
Pengaruh positif
internet tidak hanya akan meningkatkan kehidupan pedesaan, namun juga pada
usaha-usaha dan aspek lainnya (terlalu banyak jika harus dijelaskan satu
persatu). Ada banyak contoh komunitas kreatif online yang tidak hanya menuai
keuntungan berupa materi dari internet, melainkan juga menjadi inspirasi dan
memberikan penyelesaian masalah bagi banyak orang. Di antaranya adalah La
Spina (perusahaan sepatu dan tas), Ruma (sistem online untuk
pengusaha kecil), Mitra Netra (komunitas online untuk tuna netra), Nebeng.com (solusi
online untuk kemacetan), Batik Fractal (pelestarian batik dengan
piranti lunak), serta NulisBuku.com (komunitas online untuk penulis
agar mudah mempublikasikan karya). Nama-nama usaha dan komunitas di atas bahkan
menerima penghargaan dari Indonesia Innovates beberapa waktu lalu.
Lihatlah betapa berpengaruhnya internet saat ini, itulah mengapa kita
perlu mengajarkan internet pada mereka yang masih buta internet, termasuk pada
anak-anak. Ada banyak aplikasi belajar untuk anak yang bisa kita ajarkan,
selain itu kita juga perlu menanamkan pemahaman dalam diri mereka, agar mereka
tumbuh menjadi generasi tanpa kontaminasi akibat penyalah gunaan internet.
Ini aku! (foto: milik pribadi) |
Mari kita memberi pemahaman internet pada mereka, mari optimalkan
internet untuk hal-hal positif, dan mari wujudkan INDONESIA GENGGAM INTERNET!
Sehari tanpa internet, kalau enggak jaringan lagi lemot, berarti kuotanya habis. Semoga sukses lomba blognya.
ReplyDeleteWah, selalu jadi komentator pertama nih, Terimakasih :)
DeletePas kebetulan lewat saja :)
Deleteaku pilih berhari-hari tanpa TV, dibanding sehari tanpa internet :)
ReplyDeleteIya sama mak Lidya, aku juga pilih tanpa tv :D
Deletejangankan sehari beberapa jam saja sudah gak lengkap rasanya
ReplyDeleteBener banget!
DeleteWuihh keren, ndiskripsiinnya panjang lebar.
ReplyDeleteWalaupun notifikasi selalu sepi, pengunjung blog cuman dikit. Tetep aja hambar tanpa internet. Itu kenapa ya? pedih banget. okee trims.
Internet memang udah berubah kebutuhan penting saat ini, walau gak nyampe kategori primer.
DeleteWah, tulisannya oke mbak.. panjang tapi gak monoton :)
ReplyDeleteIya..internet itu pentiiiiing banget, tapi lebih penting punya kuota internetnya ya, hehe..gak ada kuota gak bisa internetan soalnya..
Wah, makasih Mbak.... bener banget itu. Internet udah jadi kebutuhan yang penting banget.
Deletehehehe..iya nih, saya termasuk yg sehari tanpa ngisi kouta inet bisa kebakaran jilbab ^_^
ReplyDeleteSukses ya :)
Wah, kok bisa kebakaran jilbab Mba? *pura2 lugu
Deleteberusaha agar tak kecanduan internet :D
ReplyDeleteHehe...pengennya juga gitu kak, tapi tetep gak bisa.
Deleteich....kok ada foto ku.......?????
ReplyDeletebutir jangan sokcan gitulah wajahnya....
biasa ajha...!
woles!!!!!!! :P
Haha..OMA.......
Deleteheeyyy
ReplyDeletebunda parah bngit tuu foto ak,,, hahaha
Cantik ya? siapa dulu....
Deletewah menang lomba nya ya mba ??
ReplyDeleteHehe, alhamdulillah...
DeleteWah selamat nih yg dapat laptop baru.
ReplyDeleteMakasih.... ^_^
DeleteSkrg internet menjadi suatu hal yg penting... Oh ya, selamat ya dpt laptop baru...
ReplyDeleteTerimakasih Bang ^_^
DeleteKerenn =D selamat yaa ^^ lanjutkannnn... :)
ReplyDeleteHaha. Iyah nih sob. udah terpatri kali Internet di jiwaku. blank kalo tanpa Internet sehari. kecanduannya payah ngobatinnya. :D :D
ReplyDeletekerenn sob,
ohya, selamat yah buat kemenangan Lomba Blogg nya. Lanjutkan terus sobb :)