Mungkin selama ini para sahabat blogku hanya tau kalau aku suka dengan bahasa Turki. Berusaha belajar sendiri meskipun sulitnya setengah pingsan. Dan walhasil karena nggak konsisten, sampai sekarang bahasa Turkiku masih bisa dibilang nol besar.
Namun siapa yang tau kalau ternyata aku juga suka bahasa Inggris. Setiap kali pulang kampung, selalu kuobrak-abrik kembali buku-buku bahasa Inggris semasa SMA, kemudian mempelajari kembali. Nggak lupa juga kupinjam my brother's grammar book plus dibantu kamus digital di ponsel.
Soal reading, aku nggak ada masalah serius, baik itu cara pengucapan maupun skimming for the main idea. Kesulitan terbesarku dalam berbahasa Inggris yaitu saat speaking, listening dan writing. Rasanya semua vocabs yang pernah kuhapal hilang begitu aja ketika ingin digunakan. Pun saat mendengar, aku harus membesarkan lubang telinga dan kening berlipat.
Semuanya error. Dan itu membuatku sangat kesal pada diri sendiri, seolah-olah semua usaha nggak membuahkan hasil sesuai yang kuharapin.
Contoh yang nggak pernah kulupakan, mengenai betapa jeleknya speaking ability-ku yaitu ketika mengunjungi Singapura dan Malaysia beberapa bulan lalu.
Muka jelek tanpa editing. Yang penting orang India-nya aja yaa, biar emak-emak gak masalah ;D |
--------000--------
Cerita pertama terjadi pada pagi hari di sebuah Hotel X Singapura (lupa namanya). Kebiasaan di rumah kalau keluar nggak perlu bawa-bawa kunci, di Hotel pun kuperlakukan sama. Saat keluar kamar, aku lupa membawa key card, dan akibatnya kamar nggak bisa dibuka dan so pasti aku nggak bisa masuk. Mau nggak mau aku harus meminta key card yang baru pada petugas resepsionis.
Gemeteran. Dag dig dug. Itulah yang kurasain sejak di dalam lift hingga ke depan meja resepsionis. Belum lagi saat mendapati tampang petugas yang jaga sangat nggak bersahabat. Laki-laki setengah baya berkemeja rapi, rambut klimis, terlihat sibuk di mejanya.
“Hmm...morning Sir. I lost my key card, so may i ask another key card?”
Di tulisan ini susunan kalimatnya jauh lebih baik dari apa yang berhasil kuucapkan saat itu. Bukan hanya soal grammar, ternyata pengucapanku juga mirip dengungan lebah. Sampai-sampai sang petugas meminta mengulang kalimat yang kuucapkan. Oh...rasanya malu banget dan makin gemeteran. Perasan kemampuan bahasa Inggris-ku nggak parah-parah amat deh.
Akupun mengulangi kalimat tersebut.
“Tell me the number of your room Madam.” Pintanya tanpa menatapku sedikit pun. Sebal! Apalagi mata si petugas hanya memandangi komputer di depannya dengan jari menunggu nomor yang akan kusebutkan.
“Hmm...” hampir lima detik aku berpikir. Nomor kamarku adalah 810, dan sekadar untuk men-translate angka 8 ke dalam English aja aku kesulitan. “Eight ten, Sir...”
“Sorry?” ia memandangku aneh. “I don’t understand.” Kepalanya menggeleng. Memintaku mengulangi. Dan yang bikin aku makin down, wajah si petugas itu terlihat sangat jengkel padaku.
Duh, saat itu rasanya langit-langit Hotel seperti runtuh menimpaku. Untuk kembali membuka mulut kayaknya berat banget. Mungkin sangking merahnya wajahku saat itu sampai kelihatan pucat.
“Eight...” aku melukis angka 8 di udara, ia mengangguk paham. Selanjutnya telunjukku melukis angka 1 dan 0 sambil menyebut ‘Ten’.
“O...eight one zero.” Ia berkata seraya mengangguk. Tangannya mengetikkan sesuatu di keyboard.
Oh my God! Kenapa tadi nggak sedikit pun ZERO muncul dalam kepalaku? Padahal sering aku baca tulisan ataupun judul kelas motivasi “From Zero to Hero”.
“Hey Sofi, bahasa Inggris-nya 0 itu zero! Masak lupa sih! Bikin malu aja!” Hujatku dalam hati.
Si petugas memberikan key card baru, aku langsung tancap gas meninggalkan meja resepsionis itu dengan keringat bercucuran. Orang-orang yang berhasil keluar dari ruang eksekusi mati pun masih kalah menyedihkan dibanding keadaanku saat itu.
--------000--------
Sedangkan di Malaysia, tepatnya di sebuah kedai minuman dingin yang ada di pojok pelataran Batu Cave, aku baru menyadari sepenuhnya kalau listening ability-ku sungguh nggak pantas dipuji (siapa juga yang mau kasih pujian).
Saat itu ketiga rekan perjalananku sedang berjuang menaiki ratusan tangga menuju gua di atas bukit. Aku memilih nunggu di pelataran aja, karena sepatu yang kukenakan hari itu bikin kakiku sakit banget. Setelah keliling-keliling pelataran, keluar masuk toko India tanpa membeli apapun, akhirnya aku kehausan juga. Dengan PD-nya aku melenggang masuk ke kedai penjual minuman dingin. Kulkas besar itu kubuka dengan sangat mudah, lalu sedetik kemudian sudah kugenggam sebotol minuman (rasa air kelapa, kalau nggak salah).
Pelataran Batu Cave |
“This Sir.” Kutunjukkan botol minuman tersebut pada penjual berwajah India. Ya, selama di Malaysia, kemana pun mata memandang aku selalu mendapati wajah orang India. Bahkan tour guide kami pun orang India. Tapi, jangan membayangkan sosok Arjuna dalam Mahabarata atau Jalal Akbar dalam Jodha Akbar dulu ya, karena yang mirip cuma hidungnya doang. Hiks... jangankan mirip Arjuna, mirip Bima pun susah-susah gampang nemuinnya. Biar begitu, kelihatannya mereka ramah-ramah kok.
Maaf, ini Jalal Akbar! Bukan si penjual minuman dingin dan sama sekali nggak mirip. Hihi |
“Four ringgit Madam.” Ucapnya. Wah, kalau dirupiahkan jadi 14.000. Untung aja di negara orang, kalau di Indonesia harga air semahal ini, mending deh minum air keran.
Dengan santai kukeluarkan lembaran 5 ringgit Malaysia. Kemudian membalikkan badan, berniat untuk segera meninggalkan kedai tersebut.
“Sorry Madam!” panggil si penjual yang membuatku menoleh ke belakang. Ada apa? Kali aja dia mau minta pin BB.
“This your 1 ringgit.” Ia berkata sambil mengulurkan lembaran 1 ringgit.Ternyata aku lupa kembaliannya. Bukan lupa sih, melainkan ketika si penjual itu bilang ‘four ringgit’ tadi, justru yang kutangkap adalah 5 ringgit. Bingung antara four dan five. Duh, pelajaran anak Play Group padahal.
Jleb...speechless! Kedai itu seketika berubah gelap di mataku, hening, dan aku nggak tau bagaimana harus berekspresi.
Cari aman dan untuk menutupi rasa malu, akhirnya aku menerima uang kembalian tersebut lalu melenggang keluar gitu aja. Tanpa ekspresi atau sepatah kata pun. Sampai di pelataran, aku berakting seolah-olah menikmati tempat tersebut, seperti nggak ada kejadian apapun sebelumnya. Wajah tanpa dosa memang pilihan yang cerdas.
Nah, itulah tadi dua pengalamanku seputar bahasa Inggris. Buruk dan nggak ada yang menyenangkan. Tapi nggak apalah, lucu juga kalau diingat lagi. Selain itu juga bisa menjadi pemacu semangat biar aku lebih serius lagi belajar English. Dan semester ini ada mata kuliah bahasa Inggris. Dosennya wanita 52 tahun yang masih cantik plus segar layaknya wanita umur 40 tahun. Beliau menyelesaikan S1 dan S2 di Australia. How lucky i am. Semoga bisa membantuku untuk menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan yaa. Aamiiin... Doa yang sama buatmu yang juga lagi berjuang buat menguasai English :)
Yang ingin kutanyakan,
Do you have any horrible or funny experiences with English?
Mulai sekarang ngeposting materi - materi English yuuuk... how about you, Sist? I like your letterr... bla..bla...bla.. hehehe hayoo semangat, saya ikutan semangat juga lho habis baca penglamannya :)) kalo omongin orang India, bayangan setahun lalu selalu saja hadir didepan mataku, ngomong english tak karuan juga dengannya.. aahh, lupakaaan diaaaa!
ReplyDeleteHehe Kak Aida, akhir2 ini selera humornya sedang on nih??? Lupakan saja si dia kak. Kalau soal ngomong bahasa asing sih sebenarnya sala sama-sama ngerti aja udah cukup. cuma kadang2 nge-blank dan semua vocabs lupa. :D
DeleteSaya malah enggak bisa sama sekali bahasa Inggris, Mbak.
ReplyDeletetapi bahasa Arab lancar toh?
Delete☺☺
ReplyDeleteHehehe...
Aku punt seandainya dalam posisi sofy wktu itu, mgkn bakal jauh lebih parah say. :D
Haddeeh, jd pngen face to face and direct speaking sob am bule'. huaauww (⌣́_⌣̀) tapi kagak ada nengkene. p(´⌒`q)
Eh, itu Mbak Dina nya kq mirip am wajah Annisa yah (Chaca) trus, foto kamu yg di batu cave itu keren bingitt say gayanya.
banyak kali Merpati** nya.. pengen Aku tangkap trus aku kandangin dirumah. Haha ☺
Ah kamu shob. Bahasa Inggris-mu kan jago banget....dulu waktu di kelas, kamu terkenal hebat English. Lha aku??? paham bahasa Inggris aja wktu udah kuliah, yaaa...dikit2 doang. Tapi lumayanlah kalau dibanding dulu semasa Aliyah. Cuma kalau pas ngomong sama orang asing, mental itu yg gak kuat.
DeleteMbak Dian Pelangi shob? Iya ada dikit mirip ma Caca ya... Ntar insya Allah kalau punya niat yang kuat bisa juga tu shob main ke tempat burung2 merpati, bila perlu langsung ke Venice aja... Aaamiiin yaaa... Thanks udah baca dan komen tulisan gak jelasku ya shob...
Aku juga suka bahasa Inggeris walaupun tak terlalu lancar...istilahnya 'passive English'.. Ketka aku SMA aku punya sahabat pena asal Jepang, kami surat2an menggunakan bahasa Inggris... Aku bela2in beli kamus Inggris lengkap agar bisa berkomunikasi dengannya secara lancar... Kadang2 aku juga mempraktekkan bahasa Inggrisku pada para keponakan... Yah..biar salah2 dikit kan kita pede ngomongnya kalau sama anak2, hehe... Kadang2 juga aku praktek ngomong Inggris pada sesama teman penyuka bahasa Inggris... Kejadian lucu saat aku ke S'pore beberapa waktu lalu, kupikir inilah kesempatannya utk praktek, hehe... Aku melepaskan diri dari rombongan teman2 berjalan menuju ke sebuah gerai... Di sana kulihat sepatu yang ingin kubeli... Terjadi tawar-menawar dalam bahasa Inggris... Kalau didampingi teman kan nanti diketawainnya bahas Inggrisku yg belepotan, heh...Walaupun aku berbicara secara bvelepotan namun aku berhasil menawar sepatu dgn harga yang kuinginkan...
ReplyDeleteHehe...kadang kalau kita lagi semangat belajar bahasa asing emang kelihatan galau sendiri ya Mbak. Kayak sibuk sendiri. Aku sringnya ngomong di depan cermin sendiri (kalau pas gak ada orang di rumah). Pura2 ngomong ama American atau Englishman gitu. Kadang suka ketawa-ketiwi sendiri kalau lama banget mikir. Pengalaman Mbak Rita seru banget, main surat-suratan, ih pasti asik... skarang ada facebook, teman luar negeri harus makin banyak dong. Sukses selalu ya Mbak. Insya Allah perjuangannya buat bisa English tidak akan pernah sia-sia. Thanks Mbakku...
Deletetutup muka, inggris aku juga kacau :)
ReplyDeleteHihi... semangat Mak Lidya... gak pernah ada kata terlambat buat belajar.
DeleteIya banget Mbak, kayaknya semua vocab tiba2 ilang kalau mau ngomong pake bahasa inggris.
ReplyDeleteSaya belum pernah face to face tapi beberapa kali ngobrol via chat. Dan saya rasa org yg saya ajak ngobrol kesel karna saya lemot bales chatingannya. Kalau liat di chatingnya mungkin kelamaan "User is typing..." haha.
Haha...sama Mbak. Aku punya temen dari Turki sampe komen "You reply too late", padahal dia English-nya lebih kacau, tapi gak sadar diri. Kita malah mati-matian cek grammar dan sebagainya, maksudnya biar dia kalau translate ke Turkish gak kesusahan. Eh, malah dikomen begitu :( makasih ya Mbak udah mampir...
DeleteIya banget Mbak, kayaknya semua vocab tiba2 ilang kalau mau ngomong pake bahasa inggris.
ReplyDeleteSaya belum pernah face to face tapi beberapa kali ngobrol via chat. Dan saya rasa orang yang saya ajak ngobrol kesel karna saya lemot bales chatingannya. Kalau liat di chatingnya mungkin kelamaan "User is typing..." haha.
asihhhh segitu englishnya sofi better than me, saya malah udah luntur tur tur, malah sekarang wajib bis amenguasai sunda, kebiasaan klo bahasa satu masuk, bahasa yg lain ilang, ya nih harus sering dilatih lagi biar ga hilang
ReplyDeleteHihi....emang iya ya Mbak, kalau belajar bahasa asing emang bagusnya fokus satu persatu dulu.... Sunda? udah 2 tahun di Jabar, tapi sunda taunya cuma 'kumaha damang?" doang Mbak :(
DeleteNo, i dont have mbak :)
ReplyDeleteAku kaget kok ada Raja Akbar di sini :p aku suka nonton serial Jodha Akbar nya soalnya, hehe..seru.
Wah sama kita Mbak.... Jodha Akbar, Mahabhrata, duh suka bangeeeet.... hihi
DeleteHaha sama mak pengalamannya dgn saya..
ReplyDeleteKalo sy sih pny prisip 'bhs tubuh tetap lbh baik'
Yang penting saling ngertilah..