Friday, 14 November 2014

Istanbul: Kesaksian Sebuah Kota


Byzantium, Roma Baru, Konstantinopolis, Konstantiniyye, Carigrad, Dersaadet, Darul Hilafetil Aliyye, dan Istanbul. Sangat mudah untuk memperbanyak label-label kristal yang terpasang kepadanya...

Setiap budaya memanggilnya dengan bahasa berbeda. Selama berabad-abad, dalam tidur manusia namanya terucap dalam berbagai bahasa. Para legenda, sambil merangkai banyak cerita, melewati perbatasan benua seperti sebuah arus air. Orang-orang yang melihatnya dalam mimpi mereka, ketika membandingkan dengan kenyataan, sulit memutuskan manakah yang lebih indah...?

Assalamualaikum. Mbak Tia, apa benar hari Senin akan berangkat ke Turki? Bolehkah saya menitip sesuatu?”
Inilah pesan yang kukirimkan dari inbox facebook kepada seorang teman blogger, Mbak Tia Yusnita. Selain sebagai teman, aku juga belajar banyak hal dari sosok dan tulisannya. Tak beberapa lama, pesan tersebut ia balas.
Waalaikumussalaam. Iya Mbak Sofi, insya Allah berangkat besok. Ini baru aja mau ngabarin Mbak Sofi, eh sudah inbox duluan hehe. Boleh Mbak”
“Nanti tolong tulisin namaku Sofia Zhanzabila, di bawahnya ada tulisan 'Semoga Allah segera mengabulkan doamu untuk menginjakkan kaki di sini’. Lalu kertasnya difoto di depan Hagia Sophia dan Blue Mosque, lihatin backgroundnya ya Mbak. Semoga perjalanannya lancar dan berkah. Baarakallahu fi safar sampaikan salamku untuk Istanbul ya Mbak.” Aku mengetikkan kalimat ini dengan hati berdebar-debar, seolah-olah yang akan berangkat lusa adalah diriku sendiri.

Aamiin terimakasih doanya. Siap insya Allah.” Mbak Tia membalas dengan emotion senyum di belakangnya.
Aku berseru ‘yess’ seorang diri, sampai-sampai ketiga teman kamarku menoleh dengan tatapan heran. Kuberi tahu mereka bahwa aku baru saja menitipkan bagian dari impianku kepada seseorang.

Sungguh, sejak hari itu pula, setiap hari, selama dua minggu ke depan,  hatiku terus berharap cemas. Lalu beberapa hari saat Mbak Tia sudah tiba di Istanbul, ia membagikan sebuah foto bersama pemandu wanita berwajah Turki di sampingnya. Aku senang, haru, ada juga rasa iri, dan tentu saja air mataku menetes tanpa diminta. Ya Allah, kenapa hatiku merasa begitu dekat dengan kota itu, dengan bangsa itu?

Dua minggu selesai sudah. Mbak Tia kembali ke tanah air dan seperti ucapannya sebelum berangkat, tentu ia tidak mungkin lupa. Ia kemudian mengirimkan dua buah foto sesuai yang kuminta. Tidak ada yang bisa kuucapkan saat itu, kecuali air mata yang kembali menetes. Aku sangat bahagia, bahkan melebihi kebahagiaan ketika mengetahui aku memenangi sebuah lomba berhadiah jalan-jalan ke luar negeri dua minggu lalu.

Dua buah foto itu sangat berarti bagiku. Rasanya impian itu semakin dekat saja, dan insya Allah semoga kelak aku bisa ke sana bersama Bapak, Ibu dan adikku tercinta. Ingin kuceritakan pada mereka semua hal yang membuatku jatuh cinta pada kota itu, tentang sejarahnya yang agung dan juga tentang keruntuhannya. Kota itu adalah saksi tentang bangkit dan jatuh, bersinar dan redupnya sebuah peradaban. Setelah Tanah Arab, tanahnya bangsa Turk adalah tempat bersejarah yang berada di urutan kedua dalam impianku.

“Benua Asia sekali lagi terpancar terang, seperti petir-petir yang memercikkan cahaya di perairan. Sandal-sandal mungil para suami yang datang dari Istanbul Eropa bertemu dengan sandal lainnya yang dipakai sang istri di Asia. Anak-anak mereka yang datang ke pantai, berhenti, membalikkan badan mereka, lalu kemudian berlari menuju pantai Eropa. Terdengar suara-suara musik dan lagu dari kedai-kedai. Elang-elang beterbangan di sekitar bukit Yusa, burung camar menapaki perairan, ikan-ikan berenang di sekitar kapal yang membelah selat, dan udara dingin yang datang dari Laut Hitam menghantam wajah kita.

Di manakah kita? Ke manakah kita akan pergi? Di waktu ini, semua kenangan yang kita lihat sejak dua jam lalu di sepanjang bibir selat. Tempat para pendatang dari empat arah dunia. Sebuah gambaran kota yang mencampurkan seluruh nikmat dari Tuhan dan sebuah mukjizat yang selalu memberikan rasa hari raya. Dan penggambaran ini memenuhi diri kita dengan perasaan sedih dan kerinduan.”


Istanbul, apakah mereka juga memiliki impian seambisius diriku untuk mengunjungimu? Aku tak peduli sama sekali, karena bukankah selalu ada alasan di setiap impian? Sementara aku selalu merasa kerdil jika diminta untuk menuturkan atau menuliskan tentangmu. Merasa tak pernah ada kata ataupun tulisan yang mampu menjabarkan segala haru, bahagia, sedih, dan semua rasa yang tersimpan dalam hatiku tentangmu.

Aku tahu bahwa mereka banyak yang mengatakan, tidak ada yang begitu istimewa darimu, bahkan sampah kuaci masih banyak berserakan di taman-taman dan garis pantaimu. Bangunan-bangunanmu tampak kusam, seperti seorang wanita renta yang meratapi masa senjanya. Bukankah Paris, Milan, London, jauh lebih memesona?

Aku tak bermaksud membandingkan, namun bagiku keindahan bukanlah tentang seberapa cemerlang warna sebuah kota, seberapa megah bangunannya, atau seberapa modern pakaian orang-orangnya. Keindahan sebuah tempat adalah ketika aku berada di dalamnya, aku bisa merenungi makna hidupku, makna sebuah kehidupan, dan makna mengapa peradaban disilih bergantikan. Dengan begitu aku akan semakin menghayati sebuah firman Tuhan, apakah semua ini diciptakan hanya sekadar main-main saja dan kita tidak dikembalikan pada-Nya?

Untuk Mbak Tia, rasanya ucapan terimakasih tidak akan pernah cukup untuk membalas segala kebaikanmu. Jazakillah khairan, Allah Maha Adil, dan Ia akan memberikan balasan yang seadil-adilnya untuk semua kebaikan maupun kejahatan manusia. Semoga Ia melimpahkan segala kebahagiaan dan rahmatnya yang luas untuk Mbak Tia dan keluarga.


“Kalaulah dunia ini sebuah negara maka Konstatinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!”—Napoleon Bonaparte


Referensi: Muhammad Al Fatih karya Mustafa Armagan

30 comments:

  1. Selamat, ya, Mbak. Namanya sudah mendarat di Kota Istanbul dan semoga bisa segera menginjakkan kakinya di sana. Oh, ya, sepertinya saya pulangnya nanti gak jadi pakai Turkish Airlines, untungnya Mbak Tia sudah melakukan apa yang menjadi keinginan Mbak Sofia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhmdulillah. Thanks Mas Lutfi, gak apa2... :))

      Delete
  2. Jadi, kapan mau ke Turkiye?
    Kereeen ih, Sofia...
    Semoga rezeki yalan2nya nular ke seluruh emak KEB ya. Aamiiin :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah insya Allah, semoga ada rezekinya ya mbak.
      Prestasi mak-mak lain d KEB justru lbh hebat2. Thanks y mbk :)

      Delete
  3. Alhamdulillah. Terima kasih sudah mendoakan kita kita yang belum kesampaian menginjakkan kaki di bumi Allah yang bernama Istambul TURKI ini. Semoga doanya dijabah dan dikabulkan oleh Allah SWT Amin Ya Robbal Alaminnnnnnnnnn

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. Terimakasih Mbak... Doa yg sama untuk Mbk :)

      Delete
  5. Aku juga ingin sekali ke Turki..... Disini punya teman dari Turki, mereka baik dan luar biasa ramah. Yukk kita doakan kita sampai kesana mbak Sofia.. Aminnn.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah di Madagascar jg ada orang Turki ya Mbak? Sampaikan salamku y Mbak. Aamiiin insyaAllah

      Delete
  6. Inshaa allah doanya terkabul mbak sofia. Duluuuuu jaman masih kuliah saya dan teman2 baik bernadzar kalau sampai Eropa di musim dingin bersalju saya ambil at least 1 scoop salju diguyur syrop. Niat banget saya, tapi gak bawa syrop bawanya madura** and i did it a scoop of snow with honey judulnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Mbak.
      Waw, pengalamanya antimainstream juga ni :D seru, seru, patut ditiru :D

      Delete
  7. Mudah-mudahan Allah mengabulkan doa2mu untuk pergi ke Turki ya, aamiin. Luar biasa ya kecintaan Mbak Sofi pada Turki :) Saya sih gak tau apa2 soal Turki :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin insyaAllah Mbak. Semoga Mbak Arifah dan Alia juga bisa jalan2 ke sana suatu hari nanti.

      Delete
  8. mudah-mudahan aku juga bisa menginjakkan kaki disana

    ReplyDelete
  9. kak sofi. Besok-besok kalau kakak jalan-jalan keluar negri, titip tulisan seperti itu juga dong. minta buatkan nama aku dan dibawahnya dibuatkan tulisan 'semoga Allah memudahkan dan melancarkan jalanmu kesana Muthi' hehe. latarnya yg indah-indah. makasii kak :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. InsyaAllah dek, ntar hari Senin insyaAllah kakak ke Hongkong dan Macau, nanti dibuatkan :)

      Delete
  10. smoga bisa segera terkabul yah...
    nanti saya yg minta dtulisin namanya :D

    ReplyDelete
  11. kota yang sangat ingin kudatangi. istanbul

    untuk saat ini saya terpuaskan dari buku istanbul by john freely. namun suatu saat, ya suatu saat saya ingin menginjak tanah kota itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. InsyaAllah bisa ke sana. Optimis dan terus berusaha :) wah sy belum baca buku yg itu, msh macet di kisah2 Muhammad Al Fatih. Pengen baca yg Istanbul karya Orhan Pamuk juga.

      Delete
  12. Allahumma aamiin, do'a yang sama buatmu Mba Sofi :) Insyaa Allah segera diundang kesana.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin terimakasih Mbak :) Allah razi olsun.

      Delete
  13. mudah mudahan segera terkabul keinginannya jalan jalan ke turki

    ReplyDelete
  14. Selamat yah mbak. Saya bisa merasakan bahagia ini seperti bagaimana rasa bahagia ketika nama saya akan ikut di terbangkan ke Mars Desember nanti. Meskipun hanya nama tapi itulah sebuah impian yang menembus jarak ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Mas Fadly.. wah ke Mars? selamat yaa...semoga kelak orangnya juga bisa ke sana :)

      Delete
  15. Ayeyeyehh.. udah tercapai keinginannya..
    Tinggal Tapakkan Kaki dan Badan kesana aja yaa..
    Kerenn deh sayy
    Ohya selamatt juga buat Hdiah Trip nya ke Hongkong n Macau ya say...
    semoga lancar n berkah...
    Mau juga dong, Titip Tulis Nama di Hongkong n Macau nya say.. hehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks shob yaa... kamu pasti bisa juga :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...