Friday 5 July 2013

Sebuah Rasa: My 'Permasakan' World

Pagi yang menyengat.Sudah hampir 2 bulan, hujan tidak pernah menyambangi desaku, itulah mengapa udara selalu panas meski pagi sekalipun. Kali ini aku tengah menjalani aktivitas seperti biasanya. Melihat-lihat tanaman bunga yang tak pernah kurawat lagi sejak ke pesantren.
"MBAK, BAU GOSOOONG!!!" adikku berteriak. Spontan aku langsung ambil langkah seribu. OMG! Aku lupa....kalau lagi masak!!!

Hfft...dengan wajah kecewa, aku memandang masakanku yang masih memenuhi kuali. Bentuknya saja membuat mual, apalagi sampai memakannya, bisa-bisa orang serumah terserang diare. Kubalik-balikkan semur kentang gosong itu. Hii...jadi gak ada beda sama arang. Wajar saja, masakan itu kutinggal di atas api besar selama hampir 20 menit. Kuambil potongan kecil kentang yang hitam lalu kumasukkan ke dalam mulut dengan wajah ngeri.
"PAHIT..." pahit dalam hatiku, pahit juga rasa kentangnya. Hiks...

Haai...itulah kejadian tragis yang kualami beberapa tahun lalu. Kejadian tragis yang rata-rata pernah dialami oleh para calon Ibu. Tidak hanya gosong, aku juga sering lupa memasukkan vetsin. Kadang keasinan, hambar, atau masakanku jadi berubah bentuk. Berubah bentuk bagaimana? Ya, niat awalnya mau memasak tumis kangkung, tapi jadinya kangkung rebus. Lha kok? Ku beri rahasia,ya. Kalau kamu memasak tumis kangkung dengan api yang sekarat, minyak goreng yang seupil, dan air yang jumlahnya over, niscaya bukan tumis kangkung yang kamu buat, melainkan itu tadi, kangkung rebus!

Sekembalinya aku ke kampung halaman, semua tugas rumah di lemparkan padaku, termasuk urusan masak-memasak. "Biar belajar. Lagipula, anak wedok di rumah cuma setahun sekali. Selagi masih di rumah, ya dimanfaatkan" begitu kata Ibuku.
Membahas tentang dunia permasakan, sebenarnya aku sudah hampir lupa. Bahkan jika aku tak pulang dua tahun saja, mungkin aku sudah tak bisa membedakan antara jahe dan lengkuas, antara merica dan ketumbar (parah amat). Tapi memang keempat jenis bumbu dapur itu sulit dibedakan. Aku saja bisa membedakannya ketika sudah di kelas VIII MTs.

Sekarang, kemampuan memasakku lumayan membaik. Setidaknya tumis kangkungku tak lagi jadi kangkung rebus. Meskipun rasanya tak sesempurna masakan Ibu, tapi sudah bisa dikatakan lauk jika masakanku disandingkan dengan nasi. Jujur saja, aku suka bereksperimen dalam dunia permasakan. Aku suka masak yang aneh-aneh dengan bumbu yang aneh pula. Pernah aku membuat sambal telur dengan bumbu yang ditambahi merica dan jahe. Kalian tahu rasanya? Kalau belum, cobalah sendiri membuatnya. Karena kata tak akan pernah sempurna mendeskripsikan rasa. Yang jelas, rasanya cukup membuat perut bergelombang (Wah!). Aku juga pernah membuat bakwan tempe. Bakwan tempe? Iya. Kan belum pernah ada. Biasanya adonan bakwan hanya dicampur wortel, jamur, kubis, sosis, jagung, kentang atau toge. Aku maunya yang beda, jadilah sesosok bakwan tempe. Setelah mencicipi rasanya, kusarankan kalian jangan mencoba membuatnya. Sungguh, tidak enak!
Eh, menyinggung soal bakwan, aku termasuk makhluk pecinta gorengan dari tepung gandum ini. Mau bakwan yang dibuat seperti cakram, bulat, lojong atau yang abstrak, semua kulahap. Biasanya, aku senang membuat bakwan jamur. Selain aku bakwan lovers, aku juga cinta jamur. Jamur apapun itu, asal bukan jamur beracun atau jamur kulit.
Nah, kalau aku sudah selesai menggoreng bakwan, selanjutnya harus ada saus. Paling enak pakai saus kacang. Adapun saran penyajiannya adalah dengan menaruh para bakwan di atas piring, lalu siram dengan saus kacang, then makan deh!

Selain Mr. Bakwan, aku pernah bereksperimen membuat mpek-mpek Palembang. Berbekal resep dari tetanggaku yang asli dari Palembang, aku mencoba membuatnya sendiri di dapur. Aku tidak tahu kalau adonan mpek-mpek terasa gurih karena diberi daging ikan tenggiri yang dihaluskan. Tapi meski tanpa ikan tenggiri, mpek-mpek buatanku jadi juga. Dari segi penampilan, sudah bisa dikenali kalau itu adalah bakwan. Dari segi tekstur, kurasa kucing pun akan mati jika dilempar dengan mpek-mpek buatanku. Oh ya, dari segi rasa? Hehe, aku malu mengatakannya.

Itulah tadi, sharing-ku seputar perdapuran dan permasakan :-D
Maaf jika ada bagian-bagian yang terkesan didramatisir. Kalian juga pasti tahu, tulisan yang apa adanya itu bagai asinan tanpa garam (?). Contohnya nih, aku mau menceritakan tentang kecelakaan. Kubuatlah kalimat sbb:
Senja itu, seorang anak bersepeda. Ketika sampai di dekatku, sepedanya menabrak batu, anak itu terjungkal dan kakinya yang kurus berdarah".

Datar banget kan? Yang baca bisa ngorok mendapati kalimat seperti itu. Coba kalau kubuat begini:
"Suasana ketika menjelang matahari tenggelam selalu membawa aroma sedih yang mencekam, seperti waktu itu. Seorang bocah melaju dengan sepedanya, kuyakin ia juga tengah menikmati angin senja. Namun, kepedihan senja segera menampakkan taringnya. Kulihat bocah itu terlempar dari sepedanya, tak jauh dariku. Sepedanya tanpa sengaja menghantam sebuah batu. Bocah itu terjungkal lalu menggelepar di atas tanah, darah segar muncrat dari kakinya yang kurus"

Ada feel-nya kan? Meskipun jadi sedikit lebih seram. Hehe
Eh, maap juga yak kalau contoh kalimatnya kagak nyambung ama tema tulisan. Intinya begitu dah.

1 comment:

  1. wkwkwkw...
    punya Hobi masak aneh jg ternyta yah shob..
    Aku bangett itu! apalgi kalo disuruh ngabiskan cabe n bawang di dapur.. itu Aku bangggeeeett.. :D :D
    Lucu jg cerita masakan nya shob..
    tp, Aku rasa shob jago' masak yaa, ingett waktu Lomba tata boga di PTR.
    kelas X kn trmsuk pmenangnya... dan itu anggota nya ada Shofy, Mbak Desi, Tika.. de el el..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...