Sunday, 5 January 2014

Movie Review [Indonesia]: Dhoom 3



sumber: klik di sini


Sudah pada tahu dong bagaimana hebohnya para Bollywood lovers di akhir 2013 lalu. Apalagi kalau bukan rilisnya DHOOM 3. Kali ini Dhoom  membawa seorang aktor Bollywood favoritku, Aamir Khan. 

Aku sendiri sebenarnya pengen banget nonton ke bioskop langsung, tapi karena tidak ada diputar di bioskop kota Bogor, terpaksa aku memendam keinginan ini. Ya, aku bukan orang yang fanatik banget kalau urusan film—seperti sampai rela menempuh jarak Bogor-Jakarta. Kalau tidak memberatkanku, ya aku datangi, dan kalau memberatkanku, ya sudah, nunggu kasetnya saja—walau bajakan. Hehe

Nah, akhirnya aku selesai juga menonton film yang kutunggu-tunggu ini. Bagaimana bisa, bukannya masih gencar-gencarnya di bioskop? Memang! Tapi kayak nggak tahu aja, ssstt.... temenku lho yang beli kasetnya, aku cuma ikutan nonton—ngeles.


So, setelah menonton, bagaimana menurutmu?

Brilian! Ini bukan lagi film Bollywood, melainkan film Hollywood. Baik akting, budget, lokasi, jalan cerita, semuanya oke. Penonton akan menemukan banyak sekali kejutan yang tidak tertebak sebelumnya. Meskipun awalnya aku beranggapan bahwa film ini serius, tapi nyatanya tidak, semua dikemas apik dan menyenangkan—kecuali satu hal, mengapa harus ada Katrina Kaifnya? Hiks.


Apa yang paling kamu suka?

Hmm...sebenarnya banyak sekali. Cuma ada yang berada di urutan atas dalam hatiku, dan itu adalah chemistry antara Sahir dan Samar. Oh, siapa mereka? Mau tahu? Mereka adalah Aamir Khan, si Pencuri sekaligus pemain sirkus. Ya, Sahir dan Samar itu ceritanya kembar, namun memiliki karakter yang berbeda. Aku kagum sama aktingnya Aamir yang bisa membawa penonton menganggap bahwa Sahir dan Samar adalah dua orang yang berbeda. Sahir yang ‘dark’ dan misterius, sementara Samar rada-rada idiot dan jujur. 

Tapi, meskipun begitu, bukan berarti mereka bermusuhan, mereka sangat dekat. Sahir terkesan begitu menyayangi Samar. Sahirlah yang mengikatkan tali sepatu Samar setiap kali Samar akan bepergian di hari Minggu—Samar tidak bisa mengikat tali sepatu. 

Puncak kekagumanku berada di akhir film ini, yaitu ketika Samar memutuskan untuk tidak melepas tangan Sahir. Ah, sebuah persaudaraan yang indah. 


Bagaimana dengan Jay dan Ali?

Menurutku Jay lebih keren di Dhoom 3 ini, perkembangannya sangat pesat sekali jika dibandingkan dirinya dalam Dhoom—sekuel pertama. Di Dhoom, ia masih culun, di Dhoom 2 sudah rada-rada cool, dan di Dhoom 3 benar-benar cool. Ali? Tidak ada yang berubah dari dirinya. Selalu terkagum-kagum melihat aksi cerdas si pencuri, dan selalu tidak fokus pada tugasnya jika sudah melihat wanita. 


Katanya ada Katrina Kaif? Bagaimana dia?

Kalau nggak seksi, bukan Katrina! (sumber: klik di sini)
 
Untung deh dia aktingnya nggak banyak. Cuma muncul sekali-kali saja. Biarpun aku nggak terlalu suka dengan cewek ini—karena selalu over sexy, aku tetap memuji penampilan dance-nya dalam Dhoom 3 ini. Pasti sulit sekali melakukan adegan jungkir balik plus akrobat yang kayak begitu. But, she kissed Samar, and Samar is Aamir. Menyebalkan, ya?


Bagaimana dengan lagu-lagunya?
 
Ini ada dalam lagu Malang! Serem, ya! (sumber: klik di sini)
Aha, bahkan sebelum filmnya rilis pada 20 Desember kemaren, aku sudah terlebih dahulu memiliki lagu-lagunya. Dhoom Machale Dhoom remix version, Malang, Kamli, Tu Hi Junoon, dan Bande Hain Hum Uske. Kalau soal yang paling asik, aku memberi bintang empat untung Malang dan bintang tiga untuk Dhoom Machale Dhoom, sedangkan soal yang paling sedih aku memberi bintang empat untuk Bande Hain Hum Uske. Masih terbayang saat Sahir dan Samar berpegangan tangan dengan damainya—mereka mengeluarkan air mata, dan lagu Bande Hain Hum Uske inipun mendayu-dayu, lagu ini adalah kalimat—pesan lebih tepatnya—Ayah mereka yang mereka hapal.


Adegan kejar-kejarnya masih keren, nggak?
 
Ini nih motor kerennya si Sahir!
Sebenarnya nggak jauh berbeda dari Dhoom 2, tetap kejar-kejaran pakai motor keren dan kejar-kejaran di kanal. Bedanya sih, mungkin ada adegan-adegan yang mengejutkan saja. Nggak enak juga kalau aku kasih tahu, ntar yang belum nonton malah nggak seru. Oh iya, tahu nggak merek motor yang mereka gunakan? Sahir menggunakan BMW K 1300 R, sedangkan Jay dan Ali menggunakan BMW S 1000 RR. Itu semuanya motor mahal, cuy...! Wajarlah kalau film garapan Aditya Copra ini mengahabiskan dana 23 juta USD, selain karena pemain-pemainnya memang pemain mahal, syutingnya di Chicago, ternyata motornya juga nggak kalah mahal. Eh, tapi tahu nggak berapa duit yang mereka dapatkan setelah tayang selama 2 minggu? 487 milyar dan masuk ke dalam lingkaran film berpendapatan 250 crore! Wow!


Finally?

You should watch it, guys!





No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...