Lebaran hari pertama. Keluargaku belum ada
silaturrahim ke rumah siapa pun, karena sejak pagi hingga menjelang Magrib
rumah kami terus didatangi tamu. Bapak yang tadi malam ikut takbir keliling
sampai pukul 03.00 dini hari, baru bisa istirahat beberapa puluh menit sebelum
azan Magrib berkumandang.
Di saat yang sama aku sedang memutar kembali film 99 Cahaya di Langit Eropa di laptop. Ibuku hanya melongok sebentar, sepertinya beliau tidak begitu paham jalan ceritanya lalu memilih untuk pergi mandi. Tapi Bapak, sambil tiduran, ia ikut mendengarkan dialog demi dialog dari film yang sedang kutonton.
Di saat yang sama aku sedang memutar kembali film 99 Cahaya di Langit Eropa di laptop. Ibuku hanya melongok sebentar, sepertinya beliau tidak begitu paham jalan ceritanya lalu memilih untuk pergi mandi. Tapi Bapak, sambil tiduran, ia ikut mendengarkan dialog demi dialog dari film yang sedang kutonton.
Lama kelamaan, Bapak jadi penasaran. Beliau bangun
lalu bergeser ke sampingku. Di layar, terlihat Fatma, Hanum, dan Aisye sedang
makan di sebuah kafe yang ada di bukit Kahlenberg. Saat Aisye ingin ke toilet,
Fatma menemani. Ketika itulah Hanum secara tidak sengaja mendengar obrolan dua
laki-laki Barat yang duduk di meja luar. Keduanya sedang khusyuk membicarakan
roti croissant yang sedang disantap.
Si rambut ikal berkata bahwa memakan croissant
bagi masyarakat Barat sama artinya dengan mengalahkan Muslim berkali-kali,
tidak lain karena croissant berbentuk bulan sabit, sama seperti lambang bulan
sabit yang ada di bendera Turki. Menurut mereka, Turki itu identik dengan
Islam. Mungkin karena di masa lalu, pasukan Turki Ustmani yang terus
berekspansi ke Barat adalah para Muslim.
Fatma kembali ke meja yang ditunggu Hanum. Ia
perintahkan putrinya, Aisye, untuk melanjutkan sarapan dengan roti croissant. Segera
Hanum mencegah,
“Jangan Aisye. Kata mereka kalau kita makan croissant ini, sama artinya kita memakan diri sendiri (Muslim).” Ucapnya jengkel.
Hanum langsung beranjak, berniat untuk memberikan
teguran langsung pada dua lelaki bule yang tadi sudah menyamakan Muslim dengan
croissant. Namun Fatma mencegah, katanya ia punya cara sendiri untuk membalas. Meskipun
masih belum paham apa yang akan dilakukan sahabatnya, Hanum mau menurut.
Fatma memanggil waitress dan meminta bill makanan mereka. Tidak hanya membayar makanan yang sudah mereka habiskan, namun juga makanan yang disantap dua lelaki di luar sana. Fatma menitipkan potongan kertas kecil bertuliskan, “Hi, my name is Fatma. I am a Muslim. Enjoy your meal.” dan membubuhkan alamat email di sana.
Saat perjalanan pulang, Hanum melepaskan segala
kekesalannya pada keputusan Fatma yang terkesan pengecut dan lemah. Dengan
wajah marah ia terus mengomeli Fatma,
“Kita itu jangan mau diinjak-injak, Fatma. Kita itu harus tujukin bahwa kita itu kuat, bahwa kita...”
Fatma memotong, “Bahwa kita teroris? Begitu?”
Pada detik inilah, Hanum terdiam, tidak lagi bisa
membantah. Lalu di tempat lain, di cafe yang ada di puncak Kahlenberg, dua
lelaki yang tadi berbicara tentang croissant ingin membayar makanan yang sudah
mereka habiskan. Pelayan mengatakan kalau makanan mereka sudah dibayar oleh
wanita yang duduk di sana, ia menunjuk ke suatu meja, kemudian menyerahkan
potongan kertas yang tadi dititipkan Fatma. Si lelaki berambut ikal membaca dan
kemudian mengusap wajah, terlihat menyesal.
“Oh, man...” ucapnya dengan wajah bersalah.
Siasat yang digunakan Fatma berhasil. Terbukti di
waktu selanjutnya, salah satu dari dua lelaki tersebut mengontaknya lewat
email. Di sana ia menuliskan tentang kekagumannya pada sifat Fatma, pada
Muslim, yang meskipun sudah dihina tetap membalasnya dengan kebaikan.
Bapakku membenarkan. Ia bilang kalau filmnya
bagus. Selanjutnya beliau berkata panjang,
“Memang seharusnya begitulah Muslim bersikap. Itu seperti yang sudah dicontohkan oleh junjungan kita Rasulullah saw. Kan dulu sudah ada ceritanya, saat tiap kali Rasulullah melintasi sebuah rumah, ia selalu dilempari kotoran unta oleh si pemilik rumah. Hingga suatu hari beliau heran dan bertanya-tanya ketika melintas di depan rumah tersebut, namun tidak ada yang melempari. Ternyata si pemilik rumah sedang sakit.
Mendengar hal itu, Rasulullah segera datang menjenguk sambil membawakan makanan. Bahkan beliau suapi orang yang selalu mendzoliminya itu dengan tangannya sendiri. Saat itulah hati si pemilik rumah bergetar. Ia bilang bahkan sahabatnya sendiri tidak melakukan seperti yang sudah dilakukan Rasulullah padanya, lalau bagaimana bisa Rasulullah yang selama ini ia jahati bisa membalasnya sebaik ini, seolah-olah tidak ada setitik pun rasa dendam di hati kekasih Allah tersebut. Dikisahkan bahwa saat itu juga, disaksikan oleh Rasulullah, si lelaki pemilik rumah menyatakan keislamannya.”
Aku mengangguk. Ya, bahkan dalam Al Quran juga
sudah diperintahkan supaya kita membalas kejahatan dengan kebaikan, niscaya
kebaikan itu bisa menghapus kejahatan.
Namun, sebagai manusia yang hatinya menjadi sarang kedengkian, iri hati, dan amarah, anjuran Al Quran itu seringkali kita abaikan. Yang ada saat kita didzolimi malah membalas dengan kedzoliman yang lebih parah. Bahasa sederhananya, kalau kita dilempari kotoran cicak, malah balas melempar dengan kotoran sapi.
Namun, sebagai manusia yang hatinya menjadi sarang kedengkian, iri hati, dan amarah, anjuran Al Quran itu seringkali kita abaikan. Yang ada saat kita didzolimi malah membalas dengan kedzoliman yang lebih parah. Bahasa sederhananya, kalau kita dilempari kotoran cicak, malah balas melempar dengan kotoran sapi.
Sekadar memaafkan saja sulit, terlebih harus
berbuat baik pada orang yang sudah menyakiti. Namun, Islam yang
digembor-gemborkan media Barat sebagai ladang teroris itu mengajarkan hal
sebaliknya.
Terkadang aku tidak mengerti kenapa Barat bisa segitu bencinya pada Islam, bahkan komentar singkatku di video youtube mengenai dua lelaki Barat yang telah hijrah saja menerima banyak hujatan. Komentarku singkat sekali, menurutku tidak akan mengundang kontroversi, hanya berbunyi, “Should watch my sisters and brothers” karena aku membaginya di akun google plus.
Terkadang aku tidak mengerti kenapa Barat bisa segitu bencinya pada Islam, bahkan komentar singkatku di video youtube mengenai dua lelaki Barat yang telah hijrah saja menerima banyak hujatan. Komentarku singkat sekali, menurutku tidak akan mengundang kontroversi, hanya berbunyi, “Should watch my sisters and brothers” karena aku membaginya di akun google plus.
Tidak pernah
kusangka komentar seperti itu menerima banyak hujatan dari non Muslim. Aku
berusaha tidak emosi, pilih tidak lagi membalas. Tapi kemudian malah ada yang
menyumpahi dengan kata tidak pantas dan menyuruhku bunuh diri, karena
menurutnya Islam senang meminta penganutnya bunuh diri.
Aku hanya menghapus komentar tersebut, karena meski sudah berusaha kujelaskan sebaik mungkin, mereka tidak bisa paham. Hati mereka sudah menolak sejak awal, sejak aku belum menjelaskan apa pun, jadi tidak akan ada gunanya juga meladeni.
Aku hanya menghapus komentar tersebut, karena meski sudah berusaha kujelaskan sebaik mungkin, mereka tidak bisa paham. Hati mereka sudah menolak sejak awal, sejak aku belum menjelaskan apa pun, jadi tidak akan ada gunanya juga meladeni.
We share the same bright sun, the same round moon, why don't we share the same love? Tell me why not? (Lyric by Maher Zain) |
Di hari yang fitri ini, semoga hati-hati setiap
kita menjadi lebih lapang, lebih terang, dan lebih jernih dalam menghadapi
mereka yang berbuat tidak baik pada kita. Semoga Allah melimpahkan cahaya dalam
hati kita, dalam perkataan dan pendengaran, di samping kanan, di belakang,
dalam daging, dalam kulit, dan dalam rambut kita.
Semoga sebagai Muslim, kita bisa selalu bertindak berdasarkan apa yang diperbolehkan dan diperintahkan Allah swt, berdasarkan apa yang telah dicontohkan oleh suri tauladan kita yaitu Rasulullah saw.
Semoga sebagai Muslim, kita bisa selalu bertindak berdasarkan apa yang diperbolehkan dan diperintahkan Allah swt, berdasarkan apa yang telah dicontohkan oleh suri tauladan kita yaitu Rasulullah saw.
Saya atas nama blog Sofia Zhanzabila mengucapkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H untuk segenap Muslim dan pembaca blog ini.
Semoga maaf yang tulus akan semakin menerangkan hati setiap kita, memperindah
ke setiap arah mata memandang, dan melapangkan serta mempermudah jalan hidup
kita di dunia ini. Minal Aidin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin.
NEWS UPDATE! FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (KELANJUTAN DARI FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA) AKAN SEGERA HADIR DI BIOSKOP SELURUH INDONESIA MULAI TANGGAL 17 DESEMBER 2015. FILM INI MERUPAKAN FILM TERMAHAL YANG PERNAH DIPRODUKSI OLEH MAXIMA PICTURE.
Pertama kali lihat trailer Bulan Terbelah di Langit Amerika, aku sudah nangis duluan. Kalau sahabat Muslimah penasaran seperti apa trailernya, lihat video di bawah ya :) Baca juga tulisanku tentang Bulan Terbelah di Langit Amerika di sini dan sini.
Pertama kali lihat trailer Bulan Terbelah di Langit Amerika, aku sudah nangis duluan. Kalau sahabat Muslimah penasaran seperti apa trailernya, lihat video di bawah ya :) Baca juga tulisanku tentang Bulan Terbelah di Langit Amerika di sini dan sini.
Lots of Love
Sofia
Mohon maaf jika aku menggunakan kata2 yg kurang menyenangkan dalam berkomentar ya. Membalas keburukan dg kebaikan itu memang sulit tp kita bisa saling menguatkan bahwa kita bisa. Setelah berbuat baik, jangan dilihat lagi, insya Allah tak akan tersikiti jika balasannya tak menyenangkan dan tak ada keinginan riya jika hasilnya memuaskan :))
ReplyDeleteTaqabbalallaahu Minna Wa Minkum, kalo selama ini komentar saya ada tdk menenakkan hati mohon dimaafkan ya :)
ReplyDeleteMuty udah lama baca bukunya.. tetap saja ada atmosfer yg sulit digambarkan ketika membaca tulisan mbak Sofy....
ReplyDeleteAir tuba dibalas dgn air susu...
Anyway soal komentar...sy juga mohon maaf jika ada komentar yg pernah menyinggung... krna namanya aja medsos kadang terpeleset dalam dua pemahaman yg ambigu....
Mhn maaf lahir batin mbk sofy^^
wah keren pasti.... sukses ya mbak mantap euyyy....
ReplyDelete