Wednesday, 22 July 2015

Memaafkan: Teladan dari Rasulullah SAW dan Fatma Pasha



Lebaran hari pertama. Keluargaku belum ada silaturrahim ke rumah siapa pun, karena sejak pagi hingga menjelang Magrib rumah kami terus didatangi tamu. Bapak yang tadi malam ikut takbir keliling sampai pukul 03.00 dini hari, baru bisa istirahat beberapa puluh menit sebelum azan Magrib berkumandang. 

Di saat yang sama aku sedang memutar kembali film 99 Cahaya di Langit Eropa di laptop. Ibuku hanya melongok sebentar, sepertinya beliau tidak begitu paham jalan ceritanya lalu memilih untuk pergi mandi. Tapi Bapak, sambil tiduran, ia ikut mendengarkan dialog demi dialog dari film yang sedang kutonton.

Lama kelamaan, Bapak jadi penasaran. Beliau bangun lalu bergeser ke sampingku. Di layar, terlihat Fatma, Hanum, dan Aisye sedang makan di sebuah kafe yang ada di bukit Kahlenberg. Saat Aisye ingin ke toilet, Fatma menemani. Ketika itulah Hanum secara tidak sengaja mendengar obrolan dua laki-laki Barat yang duduk di meja luar. Keduanya sedang khusyuk membicarakan roti croissant yang sedang disantap.

Si rambut ikal berkata bahwa memakan croissant bagi masyarakat Barat sama artinya dengan mengalahkan Muslim berkali-kali, tidak lain karena croissant berbentuk bulan sabit, sama seperti lambang bulan sabit yang ada di bendera Turki. Menurut mereka, Turki itu identik dengan Islam. Mungkin karena di masa lalu, pasukan Turki Ustmani yang terus berekspansi ke Barat adalah para Muslim. 

Fatma kembali ke meja yang ditunggu Hanum. Ia perintahkan putrinya, Aisye, untuk melanjutkan sarapan dengan roti croissant. Segera Hanum mencegah, 
“Jangan Aisye. Kata mereka kalau kita makan croissant ini, sama artinya kita memakan diri sendiri (Muslim).” Ucapnya jengkel.

Hanum langsung beranjak, berniat untuk memberikan teguran langsung pada dua lelaki bule yang tadi sudah menyamakan Muslim dengan croissant. Namun Fatma mencegah, katanya ia punya cara sendiri untuk membalas. Meskipun masih belum paham apa yang akan dilakukan sahabatnya, Hanum mau menurut.

Fatma memanggil waitress dan meminta bill makanan mereka. Tidak hanya membayar makanan yang sudah mereka habiskan, namun juga makanan yang disantap dua lelaki di luar sana. Fatma menitipkan potongan kertas kecil bertuliskan, “Hi, my name is Fatma. I am a Muslim. Enjoy your meal.” dan membubuhkan alamat email di sana. 

Saat perjalanan pulang, Hanum melepaskan segala kekesalannya pada keputusan Fatma yang terkesan pengecut dan lemah. Dengan wajah marah ia terus mengomeli Fatma,
“Kita itu jangan mau diinjak-injak, Fatma. Kita itu harus tujukin bahwa kita itu kuat, bahwa kita...”
Fatma memotong, “Bahwa kita teroris? Begitu?”
Pada detik inilah, Hanum terdiam, tidak lagi bisa membantah. Lalu di tempat lain, di cafe yang ada di puncak Kahlenberg, dua lelaki yang tadi berbicara tentang croissant ingin membayar makanan yang sudah mereka habiskan. Pelayan mengatakan kalau makanan mereka sudah dibayar oleh wanita yang duduk di sana, ia menunjuk ke suatu meja, kemudian menyerahkan potongan kertas yang tadi dititipkan Fatma. Si lelaki berambut ikal membaca dan kemudian mengusap wajah, terlihat menyesal.
“Oh, man...” ucapnya dengan wajah bersalah.
Siasat yang digunakan Fatma berhasil. Terbukti di waktu selanjutnya, salah satu dari dua lelaki tersebut mengontaknya lewat email. Di sana ia menuliskan tentang kekagumannya pada sifat Fatma, pada Muslim, yang meskipun sudah dihina tetap membalasnya dengan kebaikan.

Bapakku membenarkan. Ia bilang kalau filmnya bagus. Selanjutnya beliau berkata panjang,
“Memang seharusnya begitulah Muslim bersikap. Itu seperti yang sudah dicontohkan oleh junjungan kita Rasulullah saw. Kan dulu sudah ada ceritanya, saat tiap kali Rasulullah melintasi sebuah rumah, ia selalu dilempari kotoran unta oleh si pemilik rumah. Hingga suatu hari beliau heran dan bertanya-tanya ketika melintas di depan rumah tersebut, namun tidak ada yang melempari. Ternyata si pemilik rumah sedang sakit.
Mendengar hal itu, Rasulullah segera datang menjenguk sambil membawakan makanan. Bahkan beliau suapi orang yang selalu mendzoliminya itu dengan tangannya sendiri. Saat itulah hati si pemilik rumah bergetar. Ia bilang bahkan sahabatnya sendiri tidak melakukan seperti yang sudah dilakukan Rasulullah padanya, lalau bagaimana bisa Rasulullah yang selama ini ia jahati bisa membalasnya sebaik ini, seolah-olah tidak ada setitik pun rasa dendam di hati kekasih Allah tersebut. Dikisahkan bahwa saat itu juga, disaksikan oleh Rasulullah, si lelaki pemilik rumah menyatakan keislamannya.”
Aku mengangguk. Ya, bahkan dalam Al Quran juga sudah diperintahkan supaya kita membalas kejahatan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu bisa menghapus kejahatan. 

Namun, sebagai manusia yang hatinya menjadi sarang kedengkian, iri hati, dan amarah, anjuran Al Quran itu seringkali kita abaikan. Yang ada saat kita didzolimi malah membalas dengan kedzoliman yang lebih parah. Bahasa sederhananya, kalau kita dilempari kotoran cicak, malah balas melempar dengan kotoran sapi.  

Sekadar memaafkan saja sulit, terlebih harus berbuat baik pada orang yang sudah menyakiti. Namun, Islam yang digembor-gemborkan media Barat sebagai ladang teroris itu mengajarkan hal sebaliknya. 

Terkadang aku tidak mengerti kenapa Barat bisa segitu bencinya pada Islam, bahkan komentar singkatku di video youtube mengenai dua lelaki Barat yang telah hijrah saja menerima banyak hujatan. Komentarku singkat sekali, menurutku tidak akan mengundang kontroversi, hanya berbunyi, “Should watch my sisters and brothers” karena aku membaginya di akun google plus. 

Tidak pernah kusangka komentar seperti itu menerima banyak hujatan dari non Muslim. Aku berusaha tidak emosi, pilih tidak lagi membalas. Tapi kemudian malah ada yang menyumpahi dengan kata tidak pantas dan menyuruhku bunuh diri, karena menurutnya Islam senang meminta penganutnya bunuh diri. 

Aku hanya menghapus komentar tersebut, karena meski sudah berusaha kujelaskan sebaik mungkin, mereka tidak bisa paham. Hati mereka sudah menolak sejak awal, sejak aku belum menjelaskan apa pun, jadi tidak akan ada gunanya juga meladeni.
 
We share the same bright sun, the same round moon, why don't we share the same love? Tell me why not? (Lyric by Maher Zain)

Di hari yang fitri ini, semoga hati-hati setiap kita menjadi lebih lapang, lebih terang, dan lebih jernih dalam menghadapi mereka yang berbuat tidak baik pada kita. Semoga Allah melimpahkan cahaya dalam hati kita, dalam perkataan dan pendengaran, di samping kanan, di belakang, dalam daging, dalam kulit, dan dalam rambut kita. 

Semoga sebagai Muslim, kita bisa selalu bertindak berdasarkan apa yang diperbolehkan dan diperintahkan Allah swt, berdasarkan apa yang telah dicontohkan oleh suri tauladan kita yaitu Rasulullah saw.

Saya atas nama blog Sofia Zhanzabila mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H untuk segenap Muslim dan pembaca blog ini. Semoga maaf yang tulus akan semakin menerangkan hati setiap kita, memperindah ke setiap arah mata memandang, dan melapangkan serta mempermudah jalan hidup kita di dunia ini. Minal Aidin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin.

NEWS UPDATE! FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (KELANJUTAN DARI FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA) AKAN SEGERA HADIR DI BIOSKOP SELURUH INDONESIA MULAI TANGGAL 17 DESEMBER 2015. FILM INI MERUPAKAN FILM TERMAHAL YANG PERNAH DIPRODUKSI OLEH MAXIMA PICTURE. 

Pertama kali lihat trailer Bulan Terbelah di Langit Amerika, aku sudah nangis duluan. Kalau sahabat Muslimah penasaran seperti apa trailernya, lihat video di bawah ya :) Baca juga tulisanku tentang Bulan Terbelah di Langit Amerika di sini dan sini.



Lots of Love
Sofia

4 comments:

  1. Mohon maaf jika aku menggunakan kata2 yg kurang menyenangkan dalam berkomentar ya. Membalas keburukan dg kebaikan itu memang sulit tp kita bisa saling menguatkan bahwa kita bisa. Setelah berbuat baik, jangan dilihat lagi, insya Allah tak akan tersikiti jika balasannya tak menyenangkan dan tak ada keinginan riya jika hasilnya memuaskan :))

    ReplyDelete
  2. Taqabbalallaahu Minna Wa Minkum, kalo selama ini komentar saya ada tdk menenakkan hati mohon dimaafkan ya :)

    ReplyDelete
  3. Muty udah lama baca bukunya.. tetap saja ada atmosfer yg sulit digambarkan ketika membaca tulisan mbak Sofy....
    Air tuba dibalas dgn air susu...
    Anyway soal komentar...sy juga mohon maaf jika ada komentar yg pernah menyinggung... krna namanya aja medsos kadang terpeleset dalam dua pemahaman yg ambigu....

    Mhn maaf lahir batin mbk sofy^^

    ReplyDelete
  4. wah keren pasti.... sukses ya mbak mantap euyyy....

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...