My dear Muslimah yang salihah, sejauh ini pernah
nggak punya teman kosan, berhijab, tapi sifatnya ngeselin banget? Bisa jadi
pernah, bisa jadi juga orang tersebut adalah dirimu sendiri. Jadi untuk
mengetahui apakah dirimu subjek atau objek, yuk check the list bellow!
1. Ada
Makhluk Ghaib yang Ikut Memakai Peralatanmu
Ini pasti sering dialami oleh kamu yang pernah/sedang
tinggal bersama satu atau beberapa Muslimah dalam satu kamar, yang biasanya
harus berbagi kamar mandi, meja rias, dan kulkas. Pernah nggak mendapati sabun
mandi atau pasta gigimu habis dengan begitu cepatnya, padahal menurutmu, selama
ini nggak menghabiskan sebanyak itu? Yah, semacam ada makhluk halus yang ikutan
gosok gigi bareng kamu.
Begitu juga dengan kosmetik seperti parfum, krim
pelembab, dan lain-lain, kadang sampai bertanya-tanya, ‘Kok cepet banget
habisnya?’. Bahkan kejadian serupa juga dialami makanan yang sudah dibuka dan
disimpan dalam kulkas. Saat pertama dimasukkan, biskuit tim-tam mu berjumlah
enam, besoknya tinggal lima. Hari ini kripikmu masih setengah plastik, dua hari
kemudian tinggal seperempat.
Akhirnya kamu pun mengambil tindakan pencegahan,
yaitu membawa kotak sabunmu keluar kamar
mandi, memasukkan kosmetik ke dalam lemari, dan tidak lagi menyimpan makanan
yang sudah terbuka ke dalam kulkas. Kamu pun bertekad untuk pindah kamar di
bulan atau tahun selanjutnya, karena itu tadi, ada makhluk yang diam-diam
‘nebeng’ tanpa modal sedikit pun.
Bagaimana rasanya, nggak enak kan kalau
barang-barang kita digerogoti diam-diam seperti itu? Pastinya sebel tingkat
dewa. Sedihnya kamu nggak bisa negur temanmu langsung, karena nggak ada bukti
sama sekali. Atau jika pun ada bukti, kamu pasti segan buat ngomong jujur.
Nah, sekarang kamu sudah tahu kalau diperlakukan
seperti itu nggak enak. Jadi aku harap kamu bukan Muslimah yang bisa menjelma
‘makhluk halus’ bagi teman kamarmu. Menjadi seorang Muslimah tidak hanya cukup
dengan selembar hijab di kepala, melainkan juga harus belajar sedikit demi
sedikit memperbaiki perilaku sehari-hari. Bayangkan seandainya teman kamarmu
seorang Non Muslim. Ketika dia berkumpul dengan sesamanya, ia nggak hanya akan
men-judge dirimu, melainkan juga agamamu. Itu sudah pasti.
So, berlakulah jujur di mana pun dan kapan pun.
Meskipun hanya satu kali olesan bedak, itu tetap saja mencuri. Jika kamu
benar-benar dalam keadaan terdesak, misalnya kamu baru ingat kalau sabunmu
habis padahal tubuhmu sudah disiram air, bolehlah kamu panggil temanmu dan
katakan kamu ingin meminta sedikit sabunnya. Aku jamin dia nggak akan nolak.
2. Di
Belakang Pesonanya, Ada Joroknya!
Pernah nggak kamu satu kosan dengan Muslimah yang
tenar banget di luar sana, disukai banyak orang, modis, wangi, tapi saat di
kosan dia justru sebaliknya? Habis makan nggak pernah mau nyuci piring dan
hanya ditumpuk di pinggir wastafel, nggak pernah mau bantu-bantu ngepel, dan
nggak pernah mau buang sampah. Hanya saja untuk urusan pribadi, seperti pakaian
dan lemari, dia ini selalu rapi plus perfeksionis. Pokoknya kalau dia show up
di kampus atau kantor, nggak akan ada yang bisa menebak tabiat joroknya, yang
mungkin, hanya Allah dan kamu yang tahu.
Kamu pun menggerutu, “Huh mending juga aku, biar
di luar dibilang kucel, nggak pinter dandan, nggak populer, tapi di kosan nggak
pernah nyusahin orang. Kenapa sih mereka nggak pada tahu kelakuan buruknya?”
Nah, sekarang kita tukar posisi, kalau kamu merasa
pernah berlaku seperti ini pada teman kosanmu, sebaiknya segera hentikan.
Ingat, teman kosanmu bukan pembantu. Status kamu dan dia sama. Lagian apa
susahnya mencuci piringmu sendiri begitu selesai makan? Semakin kamu
menumpuknya, semakin kamu malas untuk mencuci. Ujung-ujungnya temanmu yang
mencuci, karena saat dia ingin makan, nggak ada lagi piring bersih yang
tersisa.
Jika kamu bisa tampil sempurna di luar sana,
kenapa nggak bisa tampil sempurna untuk orang-orang terdekatmu? Okelah, mungkin
kamu menganggap teman kosanmu bukan teman dekat. Tapi mau nggak mau, memang
mereka orang-orang terdekatmu. Secara ikatan emosional bisalah dikatakan bukan,
tapi secara fisik, setiap hari kamu hidup berdekatan dengan mereka.
Hidup di kosan nggak bisa kamu samakan seperti
hidup di rumah. Biasanya tabiat seperti ini dimiliki mereka yang terbiasa hidup
enak, punya asisten rumah tangga, sehingga nggak pernah beres-beres rumah sejak
kecil. Yang ia paham hanya trend mode, merek gadget terbaru, dan tren memakai
hijab. Jadi begitu ngekos, ia masih belum bisa merubah kebiasaannya.
Sekarang coba posisikan dirimu sebagai korban (si
teman yang tersiksa itu), bagaimana rasanya kalau tiap hari harus mencuci
piring yang nggak pernah kamu pakai? Ikut mencicipi makanannya juga kagak, eh
kebagian bersih-bersih. So, it is the time for you to change your habbit.
Muslimah yang baik itu nggak hanya berpenampilan baik di luar, namun juga pada
orang-orang di sekitar.
Nah untuk kamu yang punya teman kamar sejenis ini,
kamu bisa bicarakan baik-baik dengannya. Suruh aja dia mencuci piringnya dengan
terang-terangan, jangan justru membicarakan dia di belakang. Aku sendiri pernah
punya pengalaman dengan teman jenis ini, dan aku memilih untuk berkata jujur
padanya.
Alhamdulillah perlahan-lahan dia mau berubah.
Membicarakan dia di belakang justru akan memperburuk keadaan. Nanti semua
penghuni kosan akan mengucilkannya dan nggak berselang lama, dia pasti akan
pindah kosan dan memutuskan tali silaturrahim denganmu. Itu bukan solusi yang
baik.
3. Kepo
Akut = Penggosip Kronis
Aku sempat punya teman kosan seorang Muslimah
berhijab, namun juga ratu kepo sejagat. Kepo atau yang diartikan sebagai ‘terlalu
ingin tahu’ memang punya dua nilai, positif dan negatif. Misalnya kepo ingin
tahu apa aktivitas terbaru sahabat kita yang tinggal di kota berbeda, dengan
cara obok-obok facebooknya, tentu ini bukan masalah. Tapi kalau kamu sudah
masuk ke tahap kepo akut, ini baru masalah. Kamu selalu ingin tahu apa yang
dikerjakan temanmu, dengan siapa dia pergi, apa yang setiap hari dia lakukan di
kamar, apa isi diary-nya, bahkan ingin tahu harga setiap barang-barang yang ia
beli seperti sepatu, tas, dan hijab.
Memangnya ada Muslimah yang kepo akut seperti ini?
Jawabannya ada. Seperti yang kubilang, aku pernah
satu kosan dengan Muslimah jenis ini. Jangankan tentang aku yang tinggal satu
atap dengannya, ia bahkan tahu merek plus harga sepatu teman-teman kelas. Saat
ada sesuatu yang mencurigakan, misal kita baru saja pulang dari bepergian sendiri,
ia akan bertamu kamar (padahal biasanya nggak pernah) kemudian menyodorkan
pertanyaan paket komplit.
Ia akan sedikit kecewa begitu tahu kenyataan kita
hanya pergi menghadiri talk show di kampus. Why? Karena sebelumnya ia sudah
berekspektasi akan memperoleh berita besar, misal kita pergi dengan lawan jenis.
Itu akan jadi modal menggosip bersama teman-temannya yang satu spesies.
Percaya atau nggak, seorang kepo akut itu biasanya
juga penggosip kronis. Ini adalah dua bad habbits yang nggak bisa dilepaskan. Keduanya
ibarat hidung dan upil. Selagi masih ada hidung, maka upil akan selalu ada. Begitu
juga sifat ini, selagi kamu masih kepo akut, maka hobi menggosip pun nggak bisa
hilang. Tapi bukan berarti kamu harus buang hidung juga. It’s just a term.
Nah karena sekarang kamu sudah tahu kalau kepo
akut itu nggak baik, then it is one of the black points you should to change
too. Rasa ingin tahu itu memang naluriah, tapi kalau sudah masuk dalam area ‘terlalu
mencampuri urusan orang lain’, inilah yang nggak baik. Bagimu mungkin hanya
sekadar have fun, tapi kamu nggak pernah tahu betapa terganggunya teman satu
kosanmu.
Meskipun kalian menempati kamar yang sama, tetap
ada privasi masing-masing yang tetap nggak boleh dicampuri. Misalnya kamu punya
teman yang hobi menulis, maka sebaiknya jangan pernah kamu coba-coba untuk
melihat apa yang ia tulis di laptop, kecuali jika ia yang meminta. Apalagi
sampai ke hal-hal sensitif seperti buku harian.
Oh, ini larangan keras! Jangan sekali-kali kamu
membuka diary-nya. Bagiku, seorang yang membaca diary orang lain tanpa ijin itu
sama saja dengan mencuri. Ini adalah tindakan paling memalukan yang benar-benar
harus kamu jauhi. Sekali lagi, hargailah privasi teman kamar atau kosanmu. Selagi
bisa jagalah aibnya, jangan justru kamu korek-korek lalu disebarkan ke
teman-teman yang lain. Ini akan jadi bencana untuk hubungan kalian ke depannya.
Epilog...
Jadilah teman yang baik, andai belum bisa,
setidaknya sejauh ini kamu sudah berusaha dengan cara memperlakukan orang-orang
di sekelilingmu dengan baik. Mungkin hari ini dia kesal saat kamu nasehati
untuk mencuci piringnya, untuk nggak keluar hingga larut malam. Dia berkata
pada teman-teman dekatnya bahwa kamu terlalu cerewet. Mungkin hari ini dia
belum bisa melihat ketulusanmu, tapi percayalah suatu saat kelak, saat kalian
berjauhan, ia akan paham betapa kamu adalah teman terbaiknya.
Sebuah hubungan yang baik, apakah itu pertemanan,
persahabatan, semuanya nggak bisa dipelajari di bangku pendidikan mana pun.
Jika kamu ingin memiliki ilmu tentangnya, maka kamu harus terjun ke dalamnya. Itu
hal biasa jika di bulan hingga tahun pertama ngekos atau tinggal di asrama,
kamu mengalami banyak kejadian buruk bersama teman kamar.
Aku juga pernah seperti itu. Bahkan saat di
pesantren, aku sangat ahli dalam urusan membuat teman pindah kamar hingga
pindah sekolah. Masalahnya sepele, aku terbawa kebiasaan selama di rumah yang
nggak bisa lihat kotor-kotor. Hanya saja kala itu, aku belum tahu cara mengajak
teman dengan benar. Justru aku cerita ke sana ke mari, dan berujung pada
kehancuran hubungan kami.
Aku belajar banyak tentang memahami teman, tentang
bagaimana hidup rukun dengan teman sekamar atau sekosan, adalah dengan
menjalaninya langsung. Buku dan tips-tips dari orang lain tetap nggak bekerja
dengan baik bila kamu nggak mencobanya sendiri. Sekarang semakin bertambahnya
waktu, setelah bertahun-tahun kehidupan seperti itu kujalani, akhirnya aku
paham rumusnya.
Benar kata Muhammad Ali, sang legenda tinju dunia
itu, bahwa “Friendship is the hardest
thing in the world to explain. It's not something you learn in school. But if
you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned
anything.” –Pertemanan adalah hal yang paling sulit dijelaskan di dunia
ini. Ia bukanlah sesuatu yang kamu pelajari di sekolah. Tapi jika kamu belum
pernah mempelajari makna pertemanan, kamu pasti belum pernah mempelajari apapun.
Jadi mulai sekarang, luruskan niat terlebih
dahulu, selanjutnya teruslah berusaha melakukan yang terbaik. Jadilah Muslimah
yang menenteramkan, baik itu di luar maupun bagi orang-orang terdekatmu.
Lots of Love
Sofia