Kali ini aku
akan menuliskan kembali nasehat-nasehat Bapak yang ia sampaikan sore tadi
untukku lewat telepon. Ya, setiap meneleponku tiga hari atau empat hari sekali,
Bapak selalu memberikan nasehat yang menyentuh hati. Sepanjang pembicaraan di
telepon, Bapak akan menuturkan kembali kisah maupun cerita yang ia ketahui. Lebih
sering kisah tersebut ia dapatkan dari teman-temannya atau kisah yang baca dari
kitab-kitab ta’lim setiap sehabis Magrib dan Subuh.
Selama satu
jam lebih Bapak menelepon tadi, ia menyampaikan banyak hal tentang pentingnya
menjaga aurat bagi seorang wanita, sikap seorang istri terhadap suami,
mensyukuri nikmat Allah swt, dan lain-lain. Semuanya disampaikan komplit
beserta kisah-kisah yang sebagian sudah pernah kudengar atau baca, dan sebagian
lain baru pertama kali kudengar dari Bapak.
Satu kisah
yang menurutku penting dan sangat menyentuh adalah kisah Fatimah Az Zahra dan
caranya bersikap kepada sang suami, Sayyidina Ali. Diceritakan bahwa suatu
hari, Fatimah pernah berbicara pada suaminya dan entah bagaimana ceritanya
tiba-tiba wajah Ali berubah masam. Ternyata ada perkataan Fatimah yang membuat
Ali tidak enak hati.
Menyadari kesalahannya,
Fatimah segera mengelilingi sang suami sebanyak 70 kali sambil terus
merayu-rayu minta dimaafkan. Akhirnya, tingkah laku Fatimah tersebut membuat
hati Ali lunak. Ia kemudian tersenyum dan memaafkan sang istri.
Peristiwa tersebut
kemudian diceritakan Fatimah kepada sang ayah. Mendengar hal tersebut
Rasulullah saw bersabda, “Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati
sedangkan suamimu Ali tidak memaafkanmu, niscaya aku tidak akan menyolatkan
jenazahmu.”
Aku diam di
ujung telepon. Kucatat baik-baik apa yang sudah diceritakan Bapak sore ini.
Setelah sedikit memberikan penjelasan, Bapak melanjutkan nasehatnya. Kali ini
tentang pentingnya melaksanakan shalat istikharah sebelum menentukan pasangan
hidup. Mungkin Bapak sadar kalau semakin hari usiaku semakin merangkak ke usia
di atas dua puluh. Dulu nasehat-nasehat beliau padaku tidak pernah menyinggung
hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan rumah tangga. Tapi akhir-akhir ini,
barangkali Bapak berpikir sudah saatnya memberikan pendidikan semacam ini
untukku.
“Dengan istikharah, pilihan kita semata-mata atas dasar ridho Allah. Insya Allah dengan ridho-Nya pula rumah tangga yang dibangun akan mendatangkan kebahagiaan dan ketenteraman bagi pasangan suami istri.” Tambah Bapak.
Ah, Bapak. Aku
sungguh bersyukur pada Allah memiliki seorang Bapak sepertinya. Dia memang
tidak pernah memanjakanku dengan materi berlimpah, tidak pula mengantarkanku ke
mana pun aku pergi, namun nasehat-nasehatnya sejak dulu hingga sekarang selalu
meneteramkan hati. Semoga Allah swt membalas segala kebaikan kedua orangtua
kita dengan sebaik-baik ganjaran. Semoga kedua orang tua kita dilimpahkan kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Aamiiin...
salam buat bapak ya mbk,makasih buat sharingnya...untuk bekal saya sebagai istri^^
ReplyDeleteSenangnya punya bapak perhatian ya, berbagi nasihat=nasihat yang diperlukan
ReplyDeleteseorang bapak yang luar biasa...kak sofi beruntung..nasihat dan kasih sayang lebih penting...apalagi dari ayah...terutama untuk menentukan pilihan pasangam hidup..heheeheh
ReplyDeleteNasihat beliau mak jleb. Terima kasih sudah berbagi, ya :)
ReplyDeletenice post
ReplyDeleteSalam buat bapak ya Sofi. Semoga sofi mendapatkan suami seperti bapak ya
ReplyDeletejd malu bacanya...diinget2 sering bgt bikin suami sebel ama perkataan dan tingkah lakuku -__-.. tp kebanyakan dia sabar bgt sih... belum jd istri yg baik samasekali nih
ReplyDelete