Saturday, 2 May 2015

Cara Fatimah Az Zahra Meminta Maaf pada Sang Suami




Kali ini aku akan menuliskan kembali nasehat-nasehat Bapak yang ia sampaikan sore tadi untukku lewat telepon. Ya, setiap meneleponku tiga hari atau empat hari sekali, Bapak selalu memberikan nasehat yang menyentuh hati. Sepanjang pembicaraan di telepon, Bapak akan menuturkan kembali kisah maupun cerita yang ia ketahui. Lebih sering kisah tersebut ia dapatkan dari teman-temannya atau kisah yang baca dari kitab-kitab ta’lim setiap sehabis Magrib dan Subuh. 

Selama satu jam lebih Bapak menelepon tadi, ia menyampaikan banyak hal tentang pentingnya menjaga aurat bagi seorang wanita, sikap seorang istri terhadap suami, mensyukuri nikmat Allah swt, dan lain-lain. Semuanya disampaikan komplit beserta kisah-kisah yang sebagian sudah pernah kudengar atau baca, dan sebagian lain baru pertama kali kudengar dari Bapak.

Satu kisah yang menurutku penting dan sangat menyentuh adalah kisah Fatimah Az Zahra dan caranya bersikap kepada sang suami, Sayyidina Ali. Diceritakan bahwa suatu hari, Fatimah pernah berbicara pada suaminya dan entah bagaimana ceritanya tiba-tiba wajah Ali berubah masam. Ternyata ada perkataan Fatimah yang membuat Ali tidak enak hati.

Menyadari kesalahannya, Fatimah segera mengelilingi sang suami sebanyak 70 kali sambil terus merayu-rayu minta dimaafkan. Akhirnya, tingkah laku Fatimah tersebut membuat hati Ali lunak. Ia kemudian tersenyum dan memaafkan sang istri.

Peristiwa tersebut kemudian diceritakan Fatimah kepada sang ayah. Mendengar hal tersebut Rasulullah saw bersabda, “Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedangkan suamimu Ali tidak memaafkanmu, niscaya aku tidak akan menyolatkan jenazahmu.”

Aku diam di ujung telepon. Kucatat baik-baik apa yang sudah diceritakan Bapak sore ini. Setelah sedikit memberikan penjelasan, Bapak melanjutkan nasehatnya. Kali ini tentang pentingnya melaksanakan shalat istikharah sebelum menentukan pasangan hidup. Mungkin Bapak sadar kalau semakin hari usiaku semakin merangkak ke usia di atas dua puluh. Dulu nasehat-nasehat beliau padaku tidak pernah menyinggung hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan rumah tangga. Tapi akhir-akhir ini, barangkali Bapak berpikir sudah saatnya memberikan pendidikan semacam ini untukku.

“Dengan istikharah, pilihan kita semata-mata atas dasar ridho Allah. Insya Allah dengan ridho-Nya pula rumah tangga yang dibangun akan mendatangkan kebahagiaan dan ketenteraman bagi pasangan suami istri.” Tambah Bapak.

Ah, Bapak. Aku sungguh bersyukur pada Allah memiliki seorang Bapak sepertinya. Dia memang tidak pernah memanjakanku dengan materi berlimpah, tidak pula mengantarkanku ke mana pun aku pergi, namun nasehat-nasehatnya sejak dulu hingga sekarang selalu meneteramkan hati. Semoga Allah swt membalas segala kebaikan kedua orangtua kita dengan sebaik-baik ganjaran. Semoga kedua orang tua kita dilimpahkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Aamiiin...

7 comments:

  1. salam buat bapak ya mbk,makasih buat sharingnya...untuk bekal saya sebagai istri^^

    ReplyDelete
  2. Senangnya punya bapak perhatian ya, berbagi nasihat=nasihat yang diperlukan

    ReplyDelete
  3. seorang bapak yang luar biasa...kak sofi beruntung..nasihat dan kasih sayang lebih penting...apalagi dari ayah...terutama untuk menentukan pilihan pasangam hidup..heheeheh

    ReplyDelete
  4. Nasihat beliau mak jleb. Terima kasih sudah berbagi, ya :)

    ReplyDelete
  5. Salam buat bapak ya Sofi. Semoga sofi mendapatkan suami seperti bapak ya

    ReplyDelete
  6. jd malu bacanya...diinget2 sering bgt bikin suami sebel ama perkataan dan tingkah lakuku -__-.. tp kebanyakan dia sabar bgt sih... belum jd istri yg baik samasekali nih

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...