Untukmu, siapapun dirimu kelak, semoga adalah engkau yang beramal salih dan berilmu pengetahuan. Dan aku selalu meminta kepada Allah, ketika telah tiba masanya, agar Dia Menganugerahkan ketenteraman padamu akan aku dan padaku akan engkau.
Apa yang harus dicemaskan tentang masa yang akan datang
padahal tinta catatan telah kering? Semuanya sudah terangkai rapi dalam sebuah
kitab yang bahkan telah selesai sebelum bumi, langit, dan enam masa dalam penciptaannya.
Manusia hanya memiliki peran sebagai pelaksana takdir. Kita berupaya, kemudian
bertawakkal.
Pada perasaan yang dititipkan, upaya kita adalah
menjaganya agar tidak keluar dari fitrahnya yang suci, tidak menyalahi aturan,
dan tidak menjadikannya sebagai penyebab dosa hati dan khayalan. Upaya kita
adalah berdoa kepada Yang Maha Mencintai, agar ia menganugerahi kita sesuatu
yang baik berdasarkan pengetahuan-Nya yang luas. Adalah menyebut namamu dalam
doa, akhir-akhir ini begitu takut untuk kulakukan. Bahkan nabi Nuh alaihissalam
pernah mendapat teguran ketika ia berdoa untuk putera yang dicintai, hingga akhirnya
ia memohon ampunan dan berlindung kepada Tuhan-Nya dari meminta sesuatu yang tidak
diketahui hakikatnya.
Sebuah syair menyebutkan bahwa cinta yang benar itu
selalu mengajarkan adab-adab percintaan. Bagi mereka yang menjaga adab-adab
tersebut, maka merekalah yang kelak akan memetik berkah dan sakinnah seperti
yang telah dijanjikan. Namun bagi yang mengingkari, memperturuti hawa nafsu,
maka baginya adalah cinta yang hina sebagai sumber penderitaan.
Tidak ada seorang pun manusia yang diciptakan sempurna dengan
kebaikan-kebaikan kecuali Rasul-Nya, tapi kita dianugerahi akal agar terus
belajar, memperbaiki segala yang keliru, serta meminta keikhlasan dari
keluarga, sahabat, karib kerabat, kenalan, yang dulu pernah kita ambil haknya
atau disakiti perasaanya. Hari ini adalah waktu terbaik untuk menjadi lebih
baik. Dan untuk hari esok yang masih berada di alam ghaib, biarlah ia datang
dengan sendirinya. Tak perlu kita memanjangkan angan-angan yang justru hanya akan
menambah kesedihan.
Untuk engkau yang tengah bersedih dan takut akan
kehilangan, semoga pesan ini sampai kepadamu. Masa sekarang adalah apa yang ada
di sekitarmu, di hadapanmu, dan apa yang akan engkau kerjakan satu detik ke
depan. Itulah yang harus diupayakan sebaik-baiknya. Jika engkau tengah bersama
orang tuamu, maka bahagiamu adalah dengan berbakti kepadanya, mendengarkan,
dan membantu mereka. Jika engkau tengah berlayar di lautan, maka bahagiamu
adalah dengan memandang birunya air, percikan di kaca jendela, ikan-ikan yang
mungkin sesekali berlompatan, atau ketika memandang daratan yang hijau di depan
sana. Jika engkau tengah menuntut ilmu, maka bahagiamu adalah ketika engkau
mampu menghafalkan sebaris pengetahuan, menyelesaikan sebuah tugas, atau ketika
menyibukkan diri dengan bacaaan-bacaan.
Apa yang ada padamu hari ini, itulah sumber bahagiamu.
Sebaliknya, jika ia hanya berupa angan-angan, maka tidak ada jaminan apakah
engkau akan sampai padanya atau binasa sebelum itu. Jadi tak perlu pula engkau
menghabiskan waktu untuk bersedih karenanya. Kecuali pada bencana yang pasti
akan terjadi, seperti kematian. Semua manusia sepakat bahwa tiap-tiap yang
bernyawa pasti akan mati, dan masalahnya tak ada seorang pun yang tahu kapan ia
akan datang. Jadi untuk sesuatu yang pasti, adalah kebodohan apabila kita tidak
bersiap-siap setiap waktu. Selain dari maut dan petaka setelahnya, maka tidak
ada yang perlu dikhawatirkan. Berbahagialah seperti burung yang keluar dari
peraduannya di pagi hari tanpa memikirkan kemalangan apa yang akan menimpanya
sepanjang hari itu. Selama kita bertakwa kepada Allah, maka pada hakikatnya kita
adalah manusia yang aman dan berbahagia.
Butuh waktu lama untuk belajar tentang hal ini. Engkau yang
berlayar tanpa gelombang, pasti sulit untuk memahami. Namun salah juga apabila
aku menghakimi bahwa hidupmu tidak pernah ditimpa kesulitan, karena setiap
manusia memiliki ujiannya masing-masing. Jadi bersabarlah. Tulisan ini juga
kutujukan untuk diriku sendiri. Insya Allah bagi orang-orang yang bersabar, ada
pahala dan kebahagiaan setelahnya. Setelah ini, aku tak ingin mendengar berita
apa-apa tentangmu kecuali kebahagiaan-kebahagiaan. Semoga Allah menetapkan hati
kita di atas iman dan Islam, dua nikmat yang apabila diambil, maka tak akan
pernah ada penggantinya. Semoga engkau hidup dalam ketaatan dan keberkahan.
No comments:
Post a Comment