Subhanallah, MasyaAllah...
inilah dua kalimat yang paling sering saya ucapkan ketika membaca pesan maupun
komentar dari pembaca wattpad untuk novel Di Tepian Musim Semi (completed) dan
İstanbul: Kesaksian sebuah Kota (on going).
Saya tidak pernah menyangka bahwa tulisan tersebut mengantarkan
kepada banyak perkenalan, mulai dari remaja hingga ibu rumah tangga, pelajar
hingga yang berprofesi sebagai dokter pun ada. Alhamdulillah...
Sebenarnya wattpad adalah media yang baik untuk mengedukasi
masyarakat yang gemar membaca namun memiliki akses kurang terhadap buku yang
beredar di toko-toko. Dan menurut saya, wattpad juga merupakan media yang tepat
sekali untuk mengedukasi kaum remaja, yang umumnya adalah pelajar dengan
kantong terbatas, sehingga agak kesulitan jika harus membeli buku-buku
yang saat ini harganya terus melambung. Akhirnya mereka melampiaskan hobi
membaca melalui media yang gratis, hanya bermodalkan paket internet. Tidak
masalah. Saya senang sekali ketika mendapati ada remaja yang suka membaca,
karena kunci dari segala pengetahuan itu adalah dengan mendengar dan atau
membaca. Pada mulanya tak apalah dengan membaca yang ringan-ringan dulu,
insyaAllah di kemudian hari dengan semakin tingginya intelektualitas, kualitas
bacaan kita akan meningkat dengan sendirinya. Tapi lain halnya dengan
masyarakat awam yang tidak suka membaca ditambah lagi tidak suka mendengarkan
ilmu, ini seolah-olah mereka telah menutup segala pintu kebaikan.
Di desa saya masih banyak masyarakat awam. Saya merasakan sekali
bahwa zaman sekarang, fitnah hidup di desa tidak kalah mengerikan dibanding
hidup di kota. Belum lagi kristenisasi yang menggempur dari dua desa tetangga,
dari sebelah Timur dan Barat. Banyak yang mualaf, tapi hanya sekadar bersyahadat
tanpa pernah menjalankan syariat. Banyak yang Muslim sejak lahir, tapi bisa
dihitung jari siapa saja yang menunaikan rukun İslam. Bahkan sepuluh jari saja
tidak genap. Kadang saya berpikir, andai mereka mau membaca... sedikit saja,
tentu pikiran mereka akan lebih terbuka. Di sini masyarakat masih rutin
mengadakan wirid yasin, kendurian, tahlilan, dan sejenisnya. Saya sebenarnya
kurang setuju (selain karena memang hal-hal tersebut adalah bid'ah) alasannya
sederhana, tidak ada sedikit pun manfaat yang bisa diambil dari
kegiatan-kegiatan tersebut. Andai mereka mau merubah wirid yasin menjadi
ta'lim, tentu akan lebih mendatangkan manfaat. Tentu akan semakin menambah
pemahaman masyarakat tentang İslam. Tidak perlu mendatangkan da'i atau ustadz,
cukup dengan bergantian membaca kitab-kitab ta'lim yang telah disusun oleh
ulama-ulama, seperti kitab Fadhilah Amal, Riyadhus Shalihin, dsb. Apabila ada
yang ingin ditanyakan, mereka bisa mendatangi seseorang yang berilmu soal itu
di lain waktu. Jadi tidak harus si alim hadir di majelis tersebut setiap
minggunya. Jika kegiatan seperti ini bisa dilanggengkan, tentu sedikit
sebanyaknya mereka akan mengetahui bahwa İslam itu agama yang luar biasa.
Seharusnya kita ini bangga menjadi Muslim. Kita bersyukur Allah memberi kita İslam
tanpa kita memintanya. Tapi fakta di lapangan sangat menyedihkan. Saya sering
menyarankan hal ini kepada Bapak, agar beliau mau membantu menyampaikan ke
masyarakat untuk mengganti wirid yasin, tahlil, barzanji, dsb dengan ta'lim,
tapi selalu tidak ada respon yang melegakan. Ya, begitulah... saya belum bisa
berbuat banyak. Kadangkala memikirkan masyarakat, justru saya yang tidak bisa
tidur semalaman suntuk.
İtulah alasan utama mengapa saya menyambut baik adik-adik yang
mengirimi pesan sebagai respon untuk tulisan-tulisan saya di wattpad. Saya
bahagia mereka senang membaca. Manusia yang gemar membaca itu insyaAllah akan
lebih terbuka wawasannya dan lebih mudah menerima hidayah. Karena buah dari
ilmu pengetahuan adalah hidayah.
Apakah novel bisa mendatangkan hidayah?
Memang, jika kita mengharapkan seseorang sempurna memperoleh
hidayah melalui novel yang notabene adalah fiktif, tentu akan jauh api daripada
arang. Terkadang saking asyik membaca novel (meskipun novel bertema religi
sekali pun) justru malah melalaikan dari mengingat Allah. Namun jika saya
mengingat kembali perjalanan hidup sendiri, saya pun melalui jalan yang sama.
Pada mulanya hanya suka membaca cerpen, lalu novel. Sedikit demi sedikit
pengetahuan bertambah. Pemahaman tentang İslam sedikit jauh lebih baik, meski
masalah tauhid dan akidah masih compang-camping. Memang belum sempurna,
mengingat para penulis novel juga harus memikirkan agar novel mereka tidak
hanya sebagai media dakwah, namun juga harus enak dibaca. Jadi di dalamnya
perlu dimasukkan berbagai pemanis. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Saya
pribadi sangat berterima kasih kepada novelis-novelis İndonesia yang menjadi
gerbang perkenalan kepada ilmu yang lebih luas lagi. Sampai sekarang saya masih
gemar membaca novel, meskipun tidak lagi sembarang novel. Kelak kalian akan
sampai pada tahap ini, dimana kalian akan merasakan bahwa novel yang dulu (saat
kalian remaja) terkesan sangat bagus, ternyata sekarang sudah tidak sanggup
memenuhi kebutuhan kita akan ilmu, alur, gaya penulisan, dan hal lainnya yang
terus berkembang.
Dulu saya pasti ngantuk jika diminta menamatkan kitab yang ditulis
İmam Nawawi, Sheikh Al Albani, İbnu Qayyim, rahimakumullah... Di rumah ada dua
buah kitab berjudul Sifat Shalat Nabi yang ditulis oleh Sheikh Al Albani dan Al
Fawaid oleh İbnu Qayyim al Jauzy. Dua kitab terjemahan ini hadiah salah satu
mahasiswa KKN dari Universitas Riau sekitar tahun 2000-an untuk Bapak. Setiap
saya pulang kampung, saya selalu membuka dua kitab ini, kemudian berusaha untuk
membaca. Tapi tidak pernah berhasil. Ujung-ujungnya ngantuk. Saya baru berhasil
khatam keduanya beberapa bulan lalu, dan entah mengapa tiba-tiba saja kedua
buku ini terasa mudah untuk diserap. Setelah berpikir dan berpikir, saya
menyimpulkan, ternyata manusia memiliki kemampuan membaca yang semakin
berkembang. Terlepas dari itu semua, tentu segala sesuatu atas izin Allah. Dia
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa yang
Dia kehendaki. Jangan pernah lelah berdoa semoga kita dimasukkan ke dalam
golongan manusia yang Dia kehendaki untuk mendapatkan petunjuk.
Jadi untuk adik-adik yang gemar membaca, teruslah membaca hal-hal
yang bermanfaat. Tinggalkan bacaan yang dihiasi oleh banyak maksiat. Tidak
masalah kalian membaca novel, cerpen, atau majalah-majalan İslam yang ringan
bahasanya. Tapi jangan bacaan yang merusak. Di wattpad, subhanallah, sisi
negatifnya di sana ada banyak sekali bacaan yang na'udzubillah... saya
pernah coba membuka untuk sekadar mengetahui isi novel-novel dengan viewers
jutaan, dan ternyata hampir tidak ada yang isinya bebas dari pornografi.
Mirisnya, sebagian besar pembaca wattpad adalah remaja yang tengah mengalami
masa pubertas serta akidahnya belum terbangun sempurna. Jujur, saya belum
pernah menamatkan satu novel pun di wattpad. Dan andai saya memiliki anak
kelak, saya tidak akan mengizinkan dia untuk membaca novel di wattpad. Saya
pernah berpikir untuk menghapus akun wattpad, tapi kemudian saya berpikir
ulang, apa jadinya jika wattpad ditinggalkan kemudian bacaan yang tersisa
adalah yang banyak mengandung maksiat?
Lalu untuk novel-novel saya, jujur mereka masih banyak kekurangan.
Jika saya membaca menggunakan kaca mata sekarang, saya menemukan banyak sekali
hal-hal yang perlu direvisi ulang. Sebatas itulah ilmu yang saya miliki ketika
menuliskan karya-karya tersebut. Sekarang tiap kali ingin menulis, saya lebih
sering merasa takut. Lebih sering merasa ilmu saya cetek sekali untuk
menuliskan cerita yang memiliki tujuan dakwah. Semoga Allah menambah ilmu yang bermanfaat.
Sekarang saya sedang mempersiapkan untuk novel kedua dari cerita
Di Tepian Musim Semi yang mengisahkan kehidupan rumah tangga Sam dan Naela.
Saya tahu sosok Sam di sini sangat fiktif sekali. Dan mungkin pembaca akan
berpikir, ah sama saja dengan penulis lain yang selalu mencari tokoh lelaki
kaya. Sebenarnya bukan seperti itu.
Tujuan utama saya menulis kisah Naela, adalah sebagai penghibur
bagi para Muslimah yang hidupnya terus dirundung ujian. Pesan yang ingin saya
sampaikan adalah agar mereka bersabar. Karena jujur, sabar ini sulit. Saya
menulis kisah Naela bukan berarti saya sudah mampu bersabar. Tidak. Justru saya
ingin belajar memahami hakikat sabar yaitu dengan menuliskan kisah tersebut.
Tiap kali saya bersedih, jatuh, merasa sendiri, saya kembali membaca kisah
Naela. Kemudian bergumam, "Sofi, kamu sudah memberikan banyak ujian untuk
Naela dan ia mampu bersabar. Tapi kenapa justru kamu sendiri malah berputus
asa?" Saya memasukkan tokoh Sam, Kian, Kris, Nabastala, yang notabene
adalah laki-laki wah, tidak lain agar pembaca sanggup bertahan untuk membacanya
hingga halaman terakhir dan bisa memetik pesan yang sesungguhnya. İtu saja.
Selain itu, ada banyak hal yang ingin saya sampaikan melalui tokoh Sam.
Terlebih di novel yang kedua nanti insyaAllah. Masalah paling utama bagi Muslim
saat ini adalah mereka tidak paham apa itu tauhid, apa itu akidah yang benar,
apa itu manhaj yang lurus, sehingga mereka mudah terjerumus dalam hal-hal
makruh, syubhat, dan syahwat. Banyak di antara generasi muda kita yang hobi
ikut-ikutan, bahkan muncul tulisan-tulisan berjudul 'warisan' dsb, itu tidak
lain karena pemahaman mereka tentang İslam masih belum utuh. Dan inilah nanti
yang ingin saya sampaikan melalui tokoh Sam yang mualaf. Doakan semoga
prosesnya dilancarkan.
Lalu di novel İstanbul: Kesaksian sebuah Kota, saya menciptakan
tokoh bernama Mustafa. Saya berharap Mustafa bisa mengimbangi tokoh Sam pada
novel pertama. Mustafa tidak kaya, dia hanya pemuda İslam yang menjalankan
agamanya sebaik mungkin. Dia seorang imam dan bangga dengan profesi tersebut.
Dia bergaul dengan orang-orang yang lebih tua darinya. Dan Mustafa dikagumi
karena semua hal tersebut. Tapi tentu, tokoh sentral dari semua novel saya
adalah seorang Muslimah. Saya juga masih memanusiakan tokoh-tokoh tersebut.
Misalnya Naela yang tetap menangis saat ditinggal anaknya, tetap emosi saat
bertemu Sam pertama kali... itu manusiawi. Dan saya tidak bisa menghilangkan
hal-hal seperti itu.
Baiklah, tulisan ini sudah sangat panjang... sebenarnya saya
sendiri tidak paham kemana arah tulisan ini ini. Hehe... Harap dimaklumi karena
saya mengetik di ponsel dan menurut saya, mengetik di ponsel itu tidak
seleluasa di laptop atau komputer. Kadang pikiran pun ikut melayang tidak
fokus. Belum lagi jari-jari yang keram.
Sekali lagi saya berterima kasih untik kalian yang sudah membaca
dua novel saya di wattpad. Maaf seribu maaf belum bisa menepati janji untuk
segera melanjutkan tulisan, karena memang keadaan saya sekarang tidak
memungkinkan untuk hal tersebut. Untuk yang satu ini, kalian tidak perlu tahu
detailnya. İnsyaAllah saya akan berusaha secepat mungkin untuk memenuhi janji
kepada pembaca sekalian. Jazakumullah khairan... semoga Allah melindungi kita
dari ilmu yang tidak bermanfaat, shalat yang tidak khusyuk, amalan yang tidak
diterima, dan doa yang tidak didengar... aamiiin...
With love
Sofia