Friday, 29 December 2017

Ngomongin DTMS dan İstanbul


Subhanallah, MasyaAllah... inilah dua kalimat yang paling sering saya ucapkan ketika membaca pesan maupun komentar dari pembaca wattpad untuk novel Di Tepian Musim Semi (completed) dan İstanbul: Kesaksian sebuah Kota (on going).

Saya tidak pernah menyangka bahwa tulisan tersebut mengantarkan kepada banyak perkenalan, mulai dari remaja hingga ibu rumah tangga, pelajar hingga yang berprofesi sebagai dokter pun ada. Alhamdulillah...

Sebenarnya wattpad adalah media yang baik untuk mengedukasi masyarakat yang gemar membaca namun memiliki akses kurang terhadap buku yang beredar di toko-toko. Dan menurut saya, wattpad juga merupakan media yang tepat sekali untuk mengedukasi kaum remaja, yang umumnya adalah pelajar dengan kantong terbatas,  sehingga agak kesulitan jika harus membeli buku-buku yang saat ini harganya terus melambung. Akhirnya mereka melampiaskan hobi membaca melalui media yang gratis, hanya bermodalkan paket internet. Tidak masalah. Saya senang sekali ketika mendapati ada remaja yang suka membaca, karena kunci dari segala pengetahuan itu adalah dengan mendengar dan atau membaca. Pada mulanya tak apalah dengan membaca yang ringan-ringan dulu, insyaAllah di kemudian hari dengan semakin tingginya intelektualitas, kualitas bacaan kita akan meningkat dengan sendirinya. Tapi lain halnya dengan masyarakat awam yang tidak suka membaca ditambah lagi tidak suka mendengarkan ilmu, ini seolah-olah mereka telah menutup segala pintu kebaikan.

Di desa saya masih banyak masyarakat awam. Saya merasakan sekali bahwa zaman sekarang, fitnah hidup di desa tidak kalah mengerikan dibanding hidup di kota. Belum lagi kristenisasi yang menggempur dari dua desa tetangga, dari sebelah Timur dan Barat. Banyak yang mualaf, tapi hanya sekadar bersyahadat tanpa pernah menjalankan syariat. Banyak yang Muslim sejak lahir, tapi bisa dihitung jari siapa saja yang menunaikan rukun İslam. Bahkan sepuluh jari saja tidak genap. Kadang saya berpikir, andai mereka mau membaca... sedikit saja, tentu pikiran mereka akan lebih terbuka.  Di sini masyarakat masih rutin mengadakan wirid yasin, kendurian, tahlilan, dan sejenisnya. Saya sebenarnya kurang setuju (selain karena memang hal-hal tersebut adalah bid'ah) alasannya sederhana, tidak ada sedikit pun manfaat yang bisa diambil dari kegiatan-kegiatan tersebut. Andai mereka mau merubah wirid yasin menjadi ta'lim, tentu akan lebih mendatangkan manfaat. Tentu akan semakin menambah pemahaman masyarakat tentang İslam. Tidak perlu mendatangkan da'i atau ustadz, cukup dengan bergantian membaca kitab-kitab ta'lim yang telah disusun oleh ulama-ulama, seperti kitab Fadhilah Amal, Riyadhus Shalihin, dsb. Apabila ada yang ingin ditanyakan, mereka bisa mendatangi seseorang yang berilmu soal itu di lain waktu. Jadi tidak harus si alim hadir di majelis tersebut setiap minggunya. Jika kegiatan seperti ini bisa dilanggengkan, tentu sedikit sebanyaknya mereka akan mengetahui bahwa İslam itu agama yang luar biasa. Seharusnya kita ini bangga menjadi Muslim. Kita bersyukur Allah memberi kita İslam tanpa kita memintanya. Tapi fakta di lapangan sangat menyedihkan. Saya sering menyarankan hal ini kepada Bapak, agar beliau mau membantu menyampaikan ke masyarakat untuk mengganti wirid yasin, tahlil, barzanji, dsb dengan ta'lim, tapi selalu tidak ada respon yang melegakan. Ya, begitulah... saya belum bisa berbuat banyak. Kadangkala memikirkan masyarakat, justru saya yang tidak bisa tidur semalaman suntuk.

İtulah alasan utama mengapa saya menyambut baik adik-adik yang mengirimi pesan sebagai respon untuk tulisan-tulisan saya di wattpad. Saya bahagia mereka senang membaca. Manusia yang gemar membaca itu insyaAllah akan lebih terbuka wawasannya dan lebih mudah menerima hidayah. Karena buah dari ilmu pengetahuan adalah hidayah.

Apakah novel bisa mendatangkan hidayah?

Memang, jika kita mengharapkan seseorang sempurna memperoleh hidayah melalui novel yang notabene adalah fiktif, tentu akan jauh api daripada arang. Terkadang saking asyik membaca novel (meskipun novel bertema religi sekali pun) justru malah melalaikan dari mengingat Allah. Namun jika saya mengingat kembali perjalanan hidup sendiri, saya pun melalui jalan yang sama. Pada mulanya hanya suka membaca cerpen, lalu novel. Sedikit demi sedikit pengetahuan bertambah. Pemahaman tentang İslam sedikit jauh lebih baik, meski masalah tauhid dan akidah masih compang-camping. Memang belum sempurna, mengingat para penulis novel juga harus memikirkan agar novel mereka tidak hanya sebagai media dakwah, namun juga harus enak dibaca. Jadi di dalamnya perlu dimasukkan berbagai pemanis. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Saya pribadi sangat berterima kasih kepada novelis-novelis İndonesia yang menjadi gerbang perkenalan kepada ilmu yang lebih luas lagi. Sampai sekarang saya masih gemar membaca novel, meskipun tidak lagi sembarang novel. Kelak kalian akan sampai pada tahap ini, dimana kalian akan merasakan bahwa novel yang dulu (saat kalian remaja) terkesan sangat bagus, ternyata sekarang sudah tidak sanggup memenuhi kebutuhan kita akan ilmu, alur, gaya penulisan, dan hal lainnya yang terus berkembang.

Dulu saya pasti ngantuk jika diminta menamatkan kitab yang ditulis İmam Nawawi, Sheikh Al Albani, İbnu Qayyim, rahimakumullah... Di rumah ada dua buah kitab berjudul Sifat Shalat Nabi yang ditulis oleh Sheikh Al Albani dan Al Fawaid oleh İbnu Qayyim al Jauzy. Dua kitab terjemahan ini hadiah salah satu mahasiswa KKN dari Universitas Riau sekitar tahun 2000-an untuk Bapak. Setiap saya pulang kampung, saya selalu membuka dua kitab ini, kemudian berusaha untuk membaca. Tapi tidak pernah berhasil. Ujung-ujungnya ngantuk. Saya baru berhasil khatam keduanya beberapa bulan lalu, dan entah mengapa tiba-tiba saja kedua buku ini terasa mudah untuk diserap. Setelah berpikir dan berpikir, saya menyimpulkan, ternyata manusia memiliki kemampuan membaca yang semakin berkembang. Terlepas dari itu semua, tentu segala sesuatu atas izin Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. Jangan pernah lelah berdoa semoga kita dimasukkan ke dalam golongan manusia yang Dia kehendaki untuk mendapatkan petunjuk.

Jadi untuk adik-adik yang gemar membaca, teruslah membaca hal-hal yang bermanfaat. Tinggalkan bacaan yang dihiasi oleh banyak maksiat. Tidak masalah kalian membaca novel, cerpen, atau majalah-majalan İslam yang ringan bahasanya. Tapi jangan bacaan yang merusak. Di wattpad, subhanallah, sisi negatifnya di sana ada banyak sekali bacaan yang na'udzubillah...  saya pernah coba membuka untuk sekadar mengetahui isi novel-novel dengan viewers jutaan, dan ternyata hampir tidak ada yang isinya bebas dari pornografi. Mirisnya, sebagian besar pembaca wattpad adalah remaja yang tengah mengalami masa pubertas serta akidahnya belum terbangun sempurna. Jujur, saya belum pernah menamatkan satu novel pun di wattpad. Dan andai saya memiliki anak kelak, saya tidak akan mengizinkan dia untuk membaca novel di wattpad. Saya pernah berpikir untuk menghapus akun wattpad, tapi kemudian saya berpikir ulang, apa jadinya jika wattpad ditinggalkan kemudian bacaan yang tersisa adalah yang banyak mengandung maksiat?

Lalu untuk novel-novel saya, jujur mereka masih banyak kekurangan. Jika saya membaca menggunakan kaca mata sekarang, saya menemukan banyak sekali hal-hal yang perlu direvisi ulang. Sebatas itulah ilmu yang saya miliki ketika menuliskan karya-karya tersebut. Sekarang tiap kali ingin menulis, saya lebih sering merasa takut. Lebih sering merasa  ilmu saya cetek sekali untuk menuliskan cerita yang memiliki tujuan dakwah. Semoga Allah menambah ilmu yang bermanfaat.
Sekarang saya sedang mempersiapkan untuk novel kedua dari cerita Di Tepian Musim Semi yang mengisahkan kehidupan rumah tangga Sam dan Naela. Saya tahu sosok Sam di sini sangat fiktif sekali. Dan mungkin pembaca akan berpikir, ah sama saja dengan penulis lain yang selalu mencari tokoh lelaki kaya. Sebenarnya bukan seperti itu. 

Tujuan utama saya menulis kisah Naela, adalah sebagai penghibur bagi para Muslimah yang hidupnya terus dirundung ujian. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah agar mereka bersabar. Karena jujur, sabar ini sulit. Saya menulis kisah Naela bukan berarti saya sudah mampu bersabar. Tidak. Justru saya ingin belajar memahami hakikat sabar yaitu dengan menuliskan kisah tersebut. Tiap kali saya bersedih, jatuh, merasa sendiri, saya kembali membaca kisah Naela. Kemudian bergumam, "Sofi, kamu sudah memberikan banyak ujian untuk Naela dan ia mampu bersabar. Tapi kenapa justru kamu sendiri malah berputus asa?" Saya memasukkan tokoh Sam, Kian, Kris, Nabastala, yang notabene adalah laki-laki wah, tidak lain agar pembaca sanggup bertahan untuk membacanya hingga halaman terakhir dan bisa memetik pesan yang sesungguhnya. İtu saja. Selain itu, ada banyak hal yang ingin saya sampaikan melalui tokoh Sam. Terlebih di novel yang kedua nanti insyaAllah. Masalah paling utama bagi Muslim saat ini adalah mereka tidak paham apa itu tauhid, apa itu akidah yang benar, apa itu manhaj yang lurus, sehingga mereka mudah terjerumus dalam hal-hal makruh, syubhat, dan syahwat. Banyak di antara generasi muda kita yang hobi ikut-ikutan, bahkan muncul tulisan-tulisan berjudul 'warisan' dsb, itu tidak lain karena pemahaman mereka tentang İslam masih belum utuh. Dan inilah nanti yang ingin saya sampaikan melalui tokoh Sam yang mualaf. Doakan semoga prosesnya dilancarkan.

Lalu di novel İstanbul: Kesaksian sebuah Kota, saya menciptakan tokoh bernama Mustafa. Saya berharap Mustafa bisa mengimbangi tokoh Sam pada novel pertama. Mustafa tidak kaya, dia hanya pemuda İslam yang menjalankan agamanya sebaik mungkin. Dia seorang imam dan bangga dengan profesi tersebut. Dia bergaul dengan orang-orang yang lebih tua darinya. Dan Mustafa dikagumi karena semua hal tersebut. Tapi tentu, tokoh sentral dari semua novel saya adalah seorang Muslimah. Saya juga masih memanusiakan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya Naela yang tetap menangis saat ditinggal anaknya, tetap emosi saat bertemu Sam pertama kali... itu manusiawi. Dan saya tidak bisa menghilangkan hal-hal seperti itu.

Baiklah, tulisan ini sudah sangat panjang... sebenarnya saya sendiri tidak paham kemana arah tulisan ini ini. Hehe... Harap dimaklumi karena saya mengetik di ponsel dan menurut saya, mengetik di ponsel itu tidak seleluasa di laptop atau komputer. Kadang pikiran pun ikut melayang tidak fokus. Belum lagi jari-jari yang keram.

Sekali lagi saya berterima kasih untik kalian yang sudah membaca dua novel saya di wattpad. Maaf seribu maaf belum bisa menepati janji untuk segera melanjutkan tulisan, karena memang keadaan saya sekarang tidak memungkinkan untuk hal tersebut. Untuk yang satu ini, kalian tidak perlu tahu detailnya. İnsyaAllah saya akan berusaha secepat mungkin untuk memenuhi janji kepada pembaca sekalian. Jazakumullah khairan... semoga Allah melindungi kita dari ilmu yang tidak bermanfaat, shalat yang tidak khusyuk, amalan yang tidak diterima, dan doa yang tidak didengar... aamiiin...


With love

Sofia



Friday, 22 December 2017

Menikah atau Tidak Menikah


Ketika kamu mulai rutin datang ke walimahan teman-teman sebayamu, ketika para ibu-ibu mulai menceritakan calon pasangan anak-anaknya kepada ibumu, ketika kamu mulai sering membantu mempersiapkan hari pernikahan teman-teman masa kecilmu, ketika mulai tak terhitung jumlah teman-temanmu yang menggendong anak pertama mereka atau sedang mempersiapkan hari kelahiran, ketika anak-anak teman masa kecil justru terkadang datang ke rumahmu untuk bermain, bahkan ketika adik-adik kelasmu pun sudah banyak yang bilang, 'good bye, aku duluan', ketika itulah terror 'kapan nikah' mulai bermunculan dari berbagai arah (cry out loud emoticon). Bahkan teror itu lebih sering datang dari rumah sendiri, yang kadang bikin kamu pengen bertapa saja di hutan :D

Yes, aku sudah mulai menulis tentang ini sejak usia memasuki 20 tahun. Karena mulai saat itu teror sudah mulai datang, meski hanya satu dua. Tapi sekarang, subhanallah kadang sampai heran, kenapa manusia ini senang sekali mengurusi perkara orang lain? Memangnya menikah itu gampang? Tinggal pakai jurus tunjuk, siapa datang langsung oke, terus nikah? Dan memangnya lagi, nikah itu harus bareng-bareng gitu, ya? Kalau teman satu angkatan udah, maka kita pun harus nyusul secepat mungkin.

Alhamdulillahnya aku punya orangtua yang cukup paham soal agama, meskipun ibuk bukan tipe yang 'say no to pacaran' ala ustadz jaman sekarang. Jadinya ya begitulah, tiap hari pertanyaannya, "Cowokmu endi? Ngopo ra gek endang digowo rene?" Berkali-kali dijelaskan kalau İslam itu gak mengenal kata pacaran, tapi masih saja itu yang ditanyakan.

"Menikah itu sunnah. Kalau sudah ada, ya disegerakan." Nah kalau bapak lebih mendingan lah karena pengetahuan agamanya sedikit lebih mumpuni dibanding ibuk.

Sekarang setiap pagi nasehat agama yang disampaikan Bapak sudah beralih ke topik pernikahan dan pernikahan. Terlebih di desa ini hampir 80% muda-mudi menikah by accident. Beberapa di antaranya disebabkan orangtua, karena masih kukuh mengikuti tradisi hantaran pernikahan yang harus memenuhi sekian puluh juta. Akhirnya, karena jalan menuju halalnya dipersulit, mereka pun cari jalan pintas yang gampang meskipun jelas-jelas dosa besar. But, this should be noted! Di sinilah bahaya pacaran itu sebenarnya kelihatan banget. Bayangkan ya, dua manusia saling jatuh cinta, sms dan teleponan menggunakan kata-kata romantis, lalu ketemuan sementara orangtua woles aja, their hormon is raging, dan who can stop if any two person in that situation? Bahkan setan sekelas jin ifrit pun gak bisa menghentikan dua orang yang sedang dikuasai oleh sesuatu bernama 'lust'. And İslam is the perfect religion, tidak ada solusi yang lebih ampuh bagi dua orang yang sedang jatuh cinta selain menikah. İni kata Bapakku, and İ totally agree!

Nikah dalam İslam itu gak mahal. Yang mahal itu tradisi. Bahkan Abdurrahman ibn Auf rahimahullah yang terkenal sebagai seorang konglomerat saja ketika dia menikah, Rasulullah sallahu 'alahisi wa sallam tidak tahu. Begitu bertemu di Masjid, Rasulullah mencium aroma harum yang tidak biasa dari sahabatnya tersebut, dan beliau bertanya. Ternyata Abdurrahman ibn Auf baru saja menikah.

"Kenapa aku tidak diundang?" tanya Rasulullah

Apa jawaban Abdurrahman ibn Auf?

"Karena engkau pernah berkata bahwa sebaik-baiknya pernikahan adalah yang tidak bermewah-mewah." (Silakan dicari hadistnya, karena aku menulisnya tanpa melihat referensi, hanya mengandalkan ingatan. Jadi mungkin lafadz-nya sedikit berbeda.)

İni lho konglomerat jaman dulu, yang kalau dia mau, maka seluruh penduduk Madinah bisa saja diundang lalu dijamu dengan ratusan ekor daging unta. Mengadakan walimah itu memang dianjurkan oleh Rasulullah, agar tidak afa fitnah. Tapi yo kalau jaman sekarang namanya bukan walimah lagi, melainkan pesta. Walimahannya Rasulullah sama A'isha saja cuma dengan sebaskom susu yang diminum rame-rame. Niatnya itu bukan pestanya yang  harus besar-besaran, namun cukup agar orang-orang minimal tetangga sekampung pada tahu. Tapi sulit ya memang kalau kita hidup di tengah masyarakat yang memegang tradisi yang salah namun dibenarkan oleh semua orang. Padahal akibatnya sudah terlihat dimana-mana, yaitu dengan maraknya perzinahan.

Di kampungku, bisa dikatakan hal seperti itu bukan lagi menjadi aib. Wanita yang melahirkan pasca empat atau lima bulan pernikahan sudah bukan hal memalukan lagi. Karena sudah umum terjadi. Ada hukum İslam yaitu dengan dera bagi mereka yang berzina sebelum menikah dan rajam bagi yang sudah menikah, tapi justru dianggap hukum İslam itu kejam, sadis, tidak berperi kemanusiaan. Bayangkan lho, andai hukum ini diterapkan, kira-kira kita akan berpikir ulang gak ketika ingin berzina? Kenapa yang belum menikah didera sementara yang sudah menikah jastru dirajam sampai tewas? Karena dia sudah punya suami/istri. Sama sekali tidak ada uzur baginya untuk berzina. Dia memiliki tempat yang halal untuk hasrat biologisnya. Karena itulah ketika dia masih nekat berzina, maka rajam hukumannya. İni menunjukkan bahwa zina itu bukan dosa kecil. Bukan perkara ecek-ecek yang cukup dengan taubat lalu dosanya hilang begitu saja. Di zaman Rasulullah pernah kejadian yang seperti ini, yaitu ketika seorang wanita mendatangi beliau untuk meminta hukuman atas zina yang dia lakukan. Tapi karena wanita ini hamil, akhirnya Rasulullah meminta ia datang setelah melahirkan. Begitu melahirkan, wanita ini datang kembali dan Rasulullah memintanya hingga anak tersebut disapih. Dan mashaAllah dua tahun kemudian, wanita ini masih tetap datang untuk meminta hukuman. Kemudian Rasulullah meminta para sahabat untuk merajamnya hingga wafat. Tapi apa yang terjadi kemudian? Rasulullah meminta sahabat untuk mengurusi jenazah wanita tersebut dam beliau menshalatinya karena perempuan tersebut telah bersih dari dosa zina. Dari kisah ini bisa kita simpulkan bahwa dosa zina jika hukumannya tidak ditunaikan di dunia, maka kelak tetap akan ditunaikan di akhirat. Kecuali jika Allah yang Maha Pengasih berhendak lain.

"Ya Rabb, lindungilah kami dari perbuatan zina. Halangilah kami dari segala perbuatan yang mengantarkan kepada zina. Dan jadikanlah hati kami membenci dan memusuhi perbuatan zina."

Zaman dulu ketika belum ada smartphone dan jaringan internet, pernizahan di kampung halamanku sudah marak. Terlebih sekarang. Terkadang sedih melihat generasi muda, anak-anak yang belum tamat sekolah, akhirnya sudah harus hidup berumah tangga. Fitnah hidup di jaman ini memang berat. Hal-hal makruhat, subhat, syahwat, disebarkan secara bebas dan bisa mengenai siapapun. Benarlah Rasulullah yang pernah mengatakan bahwa ummat akhir jaman itu banyak yang beriman di pagi hari, kemudian kafir di sore harinya. Beriman di sore hari, kemudian kafir di pagi harinya. Karena apa?

Fitnah.

Fitnah di sini bukan diartikan dalam pengertian bahasa İndonesia yaitu merusak nama baik atau kehormatan seseorang, melainkan dalam pengertian bahasa Arab yaitu cobaan-cobaan, ujian, goncangan, perkara syahwat, syubhat, dan makruhat yang merajalela. Sementara itu kaum Muslimin banyak yang tidak bisa membedakan, mana yang berupa fitnah dan mana yang bukan. Banyak kesamaran, perkara yang tidak jelas, namun ternyata hal tersebut telah menghanyutkan ke-İslaman seseorang. Banyak Muslim hari ini tidak menyadari ternyata dirinya telah terjebak di dalam fitnah, atau seperti sabda Rasulullah bahwa fitnah itu seperti lipatan kain di malam gelap gulita. Saking samarnya sampai tidak terlihat.
Contohnya berapa banyak Muslim yang akhirnya terjebak dengan perkara 'Semua agama itu baik. Semua agama itu benar.' yang disebarkan di tengah masyarakat? Berapa banyak Muslim yang setuju dengan statement 'Pemimpin kafir yang adil lebih baik baik dibandingkan pemimpin Muslim yang dzolim'? Lalu berapa banyak Muslim yang menganggap bahwa pernizahan adalah hal boleh-boleh saja, hanya karena hal tersebut sudah marak dan disebarkan dimana-mana?

Aku pernah punya seorang teman Turki. Muslim. Suatu waktu dia pernah mengimi sebuah link youtube video lagu, kalau tidak salah lagunya James Blunt (judulnya tidak ingat), yang ternyata isinya sedikit menyerempet ke hal romantisme yang seperti itu. Lalu kemudian dengan tegas kukatakan padanya, jika masih ingin berteman denganku, tolong jangan pernah lagi mengirimi video seperti itu. Kemudian dia terheran-heran, meskipun baru membalas dalam tempo beberapa menit kemudian.

"Apa yang salah? Bukankah hal seperti itu normal? Di sini, di Turki, hal seperti itu bisa ditemukan dimana-mana. Aku tidak bisa mengelak." Sanggahnya.

"Kalau begitu akulah yang tidak normal. Carilah tandem bahasa lain yang lebih normal." sindirku waktu itu, karena memang tujuan komunikasi kami adalah untuk mempraktekkan bahasa.

Akhirnya dia mengalah dan berkata, "Ya, ini memang tidak normal. But people nowadays make it as a normal thing. Karena hal seperti ini mudah ditemukan dimana-mana. Baik itu televisi, jalan, mall, dll. Tapi tujuanku bukan video, hanya lagunya saja."

Kejadian ini menjadi pengingat bagiku bahwa jaman sekarang hal semacam ini sudah menjadi sesuatu yang lazim. Fitnah ini tidak terhindarkan lagi saking maraknya. Dan lihatlah internet hari ini, terkadang nonton kajian İslam di youtube saja, masih ada iklan yang muncul dengan gambar-gambar 'ya seperti itulah'. Dan beberapa waktu lalu saat aku mengajar di pesantren, terkadang kami menangkap laptop-laptop yang digunakan diluar jam izin, begitu diperiksa rata-rata isinya film dan video-video lagu Barat yang 'Anda tahu sendirilah bagaimana isinya'. Dan hal seperti itu menyebar di kalangan santri putra, lho! Kalau wanita melihat wanita lain yang tidak berpakaian lengkap, masih bisa diwajarkan, karena mereka sesama wanita. Tapi kalau yang menonton adalah para laki-laki baligh?

Ya Allah, sebenarnya agama yang Engkau turunkan sudah begitu sempurna, yang paling memahami tabiat-tabiat manusia dan fitrah mereka.

Allah yang menciptakan manusia dan Dia-lah yang paling tahu kondisi manusia tersebut. Allah menciptakan manusia disertai dengan hasrat biologisnya, namun bukan berarti Allah membiarkan manusia melakukan segalanya sesuai kehendak. Seperti kaum Barat yang kemudian menjadikan perzinahan sebagai sesuatu yang normal, tidak melanggar HAM sehingga tidak boleh digolongkan sebagai kejahatan.

Sebenarnya kalau kita membaca sejarah hidup Rasulullah dan para sahabatnya, pernikahan pada zaman itu bukan lah perkara rumit seperti saat ini. Kalau zaman sekarang kok kayaknya mau nikah saja susaaaaaaahhhhh sekali. Al Quran sendiri sudah memerintahkan para ayah agar menikahkan anak-anak mereka yang sudah memasuki usia pernikahan. Tentu sebagai ayah juga dituntut untuk memiliki ilmu agama yang baik, agar dia tidak menetapkan pilihan yang zalim bagi anaknya. Lagipula dalam sebuah hadist, Rasulullah juga meminta para ayah agar menanyakan persetujuan dari sang anak. Meskipun perkenalan dilakukan melalui perantara dan sebagainya, tapi kita tetap tidak boleh untuk menerima begitu saja tanpa ada kecenderungan pada calon pasangan. Minimal ada kecenderungan 70% (dan ini termasuk yang menjadi peganganku).

Why?

Karena menikah itu bukan sesuatu yang main-main, yang kalau gak cocok bisa langsung talak atau minta ditalak. Untuk wanita, pernikahan itu berarti kamu akan mengabdikan diri sepenuhnya kepada seorang lelaki asing. Dan untuk lelaki, pernikahan berarti kamu akan menanggung nafkah dan kehidupan seorang wanita asing. Semua hal di dalamnya bernilai pahala di sisi Allah. Bayangkan seandainya di antara dua manusia itu tidak ada sedikit pun kecenderungan? Si istri memasak sambil menggerutu, si suami pun kerja tidak ikhlas. Okelah kita mengikuti kisah si buruk rupa yang memperistri si cantik. Kemudian keduanya mendapatkan surga karena si buruk rupa yang setiap hari bersyukur ketika melihat kecantikan istrinya, sementara si cantik yang saban hari bersabar atas kejelekan fisik suaminya. Tapi jujur, imanku belum sampai tahap ini. Lagipula menikah tanpa melihat calon pasangan terlebih dahulu atau menikahkah anak tanpa meminta persetujuannya, semua ini tidak diajarkan dalam İslam!

Dulu aku sering khawatir andai saja tidak menikah hingga usia tua. Dan mungkin ini sebabnya kedua orang tuaku terus menerus membicarakan masalah ini, karena mereka takut aku tidak berkeinginan menikah, atau bahasa kasarnya takut anaknya jadi perawan tua. Dan jujur, tekanan-tekanan seperti ini sering membuatku galau juga.

Tapi alhamdulillah sekarang aku merasa tidak ada yang perlu dirisaukan. Manusia hanya bisa berkuasa dalam suatu ruangan yang disebut ikhtiar, selebihnya Allah yang punya kuasa.

Dalam Al Quran juga sudah disebutkan dengan jelas mengenai tiga perumpaan wanita. Yang pertama adalah Aisiya istri Firaun yang meminta dibangunkan sebuah rumah di syurga. Meskipun suaminya kafir bahkan mengaku tuhan, yang bahkan kisahnya adalah kisah yang paling banyak diulang-ulang dalam Al Quran, tetap saja tidak menghalangi sang istri untuk sampai ke surga-Nya Allah.

Perumpaan kedua adalah istri Nabi Nuh dan Luth yang masuk ke dalam golongan orang-orang yang diadzab, padahal suami mereka adalah utusan Allah. Di sini jelas sekali bahwa seorang istri itu tidak bisa nebeng surga pada suami. Kalau mereka tidak taat kepada Allah, ya tetap saja kelak akan diadzab. Tidak peduli suaminya ustadz, hafidz Quran, lulusan Madinah, dsb. Tapi tentu saja, seperti yang juga dilakukan oleh Nabi Nuh dan Luth, mereka tetap mengingatkan dan memberi nasihat. Karena suami adalah pemimpin bagi anak dan istri mereka, dan kelak akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Bahkan dalam İslam, sang suami boleh memukul istrinya (asal tidak pada wajah dan tidak menyakiti, melainkan cukup sebagai pengajaran) apabila sang istri durhaka terhadap perintah Allah dan Rasulullah. Tapi jaman sekarang ya banyak para suami yang memukul istri tanpa alasan syar'i, bahkan kalau memukul tidak di wajah istri, rasanya kurang marem.

Perumpaan ketiga adalah Maryam putri İmran. Maryam adalah wanita tidak bersuami dan tidak pernah ada riwayat yang menyebutkan bahwa dia kemudian menikah setelah melahirkan İsa. Baik dalam kitab suci mana pun (agama samawi), Maryam adalah simbol perempuan suci. Tapi meskipun beliau tidak menikah, dia tetap bisa meraih derajat yang tinggi di sisi Allah. Bahkan dikatakan oleh Rasulullah bahwa Maryam adalah satu wanita terbaik penghuni syurga bersama Aisiya istri Firaun, Khadijah istri Rasulullah, dan Fathimah binti Muhammad.

Ya, perumpaan Maryam inilah yang membuatku tenteram. Dan semoga juga para wanita yang saat ini telah mencapai usia 30, 40, atau lebih dan masih belum dianugerahi pasangan hidup. Padahal mereka adalah wanita saleha yang menjaga kehormatan.

Terkadang, di jaman sekarang, manusia lebih memperhatikan fisik dibandingkan hati. Aku mengenal beberapa wanita baik-baik yang hingga usia di atas 30 masih belum menikah. Setiap lelaki menolak, hanya karena fisik mereka tidak cantik (tentu saja sesuai kamus zaman sekarang). Rasanya sudah sulit menemukan lelaki seperti Zaid ibn Haritsah (Budak yang kemudian diangkat menjadi putra Rasulullah), yang ketika mendengar Rasulullah berkata, "Siapa yang ingin menikah salah satu wanita syurga, maka nikahilah Umm Ayman", maka Zaid segera mengacungkan tangan. Padahal Umm Ayman jauh lebih tua usianya. Nama asli Umm Ayman ini adalah Barakah, beliau adalah bekas budak Aminah, ibunda Rasulullah. Ketika Aminah meninggal saat perjalanan pulang dari Yastrib, Barakah inilah yang menenangkan dan menghibur Muhammad kecil kemudian membawanya kembali ke Makkah. İnilah sebabnya, Rasulullah sangat menyayangi Umm Ayman dan sudah dianggap seperti ibunya.

Baiklah, akhir kata, tidak ada ucapan seorang Muslim kepada Muslim lainnya yang lebih baik dari doa dan nasehat. Semoga Allah menghindarkan kita dari kekejian zina dan segera menghadirkan pasangan hidup sebagai penyejuk mata. Al Quran telah mengajarkan doa yang begitu masyhur dan barangkali tidak asing di telinga kita, yaitu,
"Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrota a'yun. Waj'alna lil muttaqina imama." Ya Rabb, anugerahkanlah kepada kami pasangan hidup dan anak-anak sebagai penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Atau tidak ada salahnya kita berdoa dengan doa-doa seperti,"Rabbi habli minashalihin" Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang shalih. Atau "Rabbi la tazarni fardan wa anta khairul waritsin" Ya Rabb jangan engkai biarkan aku hidup seorang diri, sesungguhnya engkau adalah ahli waris yang terbaik.

*Bagi yang membaca tulisan ini, silakan cari kembali referensi hadist, kisah, maupun doa-doa di atas karena aku menulis hanya dengan mengandalkan apa-apa yang tersisa dalam ingatan semata. Wallahu'alam...


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...