Namaku Rian, kata orang wajahku
tidak kalah tampan dengan Leonardo d’caprio, kulitku pun sudah tentu putih
bersih, di tambah dengan postur tubuh yang tinggi atletis membuatku dengan
mudah sekali diterima bekerja pada sebuah Restoran terkenal sebagai... Pelayan
Restoran milik mereka tentunya. Setiap hari aku harus memasang wajah manis
dengan senyum simetris kepada semua orang, berbasa-basi ini dan itu, dan
berpura-pura menjelma bagai seorang lelaki yang begitu ramah dan santun. Padahal
aku lebih pantas memainkan peran Jack Dawson di Film Titanic daripada Leonardo
D’Caprio. Dia kan sedikit lebih pendek, hehe...
Ketika itu jam 23.45 WIB, diluar sedang gerimis, aku
sesekali melongok keluar kaca melihat orang yang berlalu lalang semakin sepi.
Tapi, wanita itu belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan meninggalkan
restoran ini. Ya...Seorang wanita yang menurutku sudah berumur 30-an. Entah
kenapa, ia tak juga mau beranjak, padahal sudah hampir empat jam ia duduk
disana. Sesekali ia terlihat resah ketika melihat jam tanganya.
Restoran
ini benar-benar sudah kosong pengunjung, tepat jam 24.00 adalah jadwal untuk
off dan buka kembali besok malam. Teman-temanku yang lain juga terlihat sedang
membicarakan wanita itu. Akhirnya, setelah alarm jam 24.00 berbunyi, aku
memberanikan diri menghampirinya dengan niat ingin meminta secara hormat agar
ia meninggalkan restoran ini.
“Iya
mas saya tau, saya memang harus pergi. Ia telah berjanji akan menemuiku malam
ini pukul 19.00 di sini. Tapi ia ingkar”
Katanya sebelum sempat aku mengucapkan niatku, wanita itu meninggalkan
aku sambil menangis. Aku hanya manggut-manggut, setia sekali wanita itu
menunggu suaminya. Sungguh membuatku berdecak kagum, seandainya saja wanita itu
masih seumuran denganku pasti aku langsung membawanya ke penghulu. Kapan lagi dizaman
seperti ini mendapatkan wanita setia?
Beberapa
minggu setelah itu, aku berkenalan dengan seorang laki-laki yang kutebak
berumur 40-an. Ia dan dua orang anak laki-lakinya yang kemudian ku tau berumur
12 dan 7 tahun, berkunjung ke restoran ini pada pukul 20.15 WIB. Mereka memesan
seporsi Ayam saus Prancis dan tiga gelas jus Avocado. Bapak itu begitu ramah,
ia mengenalkan kedua anak lucunya.
“ Lho... Ibunya kok gak ikut pak?” Tanyaku
“ Lho... Ibunya kok gak ikut pak?” Tanyaku
Bapak
itu diam sejenak, memandangi kedua anaknya yang sibuk dengan makananya
masing-masing, tersenyum.
“ wanita selalu menomor satukan uang dalam segala hal anak muda. Bahkan mereka tak sanggup walau disuruh bersabar sedikit waktu saja. Ya, susan meninggalkan kami dan memilih laki-laki yang lebih menjamin keinginanya, dua tahun yang lalu. Hingga sekarang ia bahkan tak mengingat jika ia meninggalkan dua orang anak dan aku yang masih setia menunggunya”
“ wanita selalu menomor satukan uang dalam segala hal anak muda. Bahkan mereka tak sanggup walau disuruh bersabar sedikit waktu saja. Ya, susan meninggalkan kami dan memilih laki-laki yang lebih menjamin keinginanya, dua tahun yang lalu. Hingga sekarang ia bahkan tak mengingat jika ia meninggalkan dua orang anak dan aku yang masih setia menunggunya”
Deg...!!!
aku sungguh terharu mendengar kisahnya.
Setelah
menyelesaikan makanya, bapak itu memanggilku sebelum meninggalkan restoran, ia
memperlihatkan sebuah foto berukuran 5R dari dompetnya..
“Ini
susan, istriku. Cantik bukan? Ia memang selalu cantik. Jangan mencari istri
yang hanya memiliki paras yang indah anak muda” ucapnya menasehatiku. Tapi,
bukan nasehatnya yang membuat jantungku berdetak kencang, melainkan wajah
wanita di foto itu. Aku seperti pernah melihatnya, dan benar sekali itu adalah
wanita bergaun merah yang duduk di sudut restoran ini hingga pukul 24.00. Oh
tuhan... baru kemaren aku memuji-muji nya sebagai seorang wanita yang luar
biasa setia, ternyata??? Ia memang setia pada selingkuhanya. Wah...wah...Lagi-lagi Betina.
"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan olehMayya dan Miss Rochma."
No comments:
Post a Comment