Tuesday, 30 April 2013

Review Buku Negeri di Ujung Tanduk

Hi guys! Saya kembali dengan review lagi nih, semoga gak bosan ya. 

Buku dengan cover biru donker pekat plus gambar kartun monyet-monyet berpakaian ala pejabat itu kubeli awal April lalu. Aku menemukanya di etalase Gramedia Botani Square setelah seorang pegawai Gramedia memberitahuku. Sebelumnya, aku harus mendengarkan ia bercerita tentang sebuah buku berjudul “Ayah” yang katanya membuatnya menangis. Aku mengapresiasi keramahan pegawai itu. 

Hmm….butuh waktu satu hari untuk menamatkan sekuel Negeri Para Bedebah ini. Ya guys, novel ini adalah lanjutan dari novel Negeri Para Bedebah. Tokoh utamanya juga masih Thomas yang memesona itu. 

Soal penulis, sebaiknya gak perlu dibahas lagi ya. Siapa sih yang gak kenal sama Om Tere Liye. Semua pasti kenal. Jadi kita lewatin aja. Okay?

Novel NUT (Negeri di Ujung Tanduk) ini juga bergenre action yang oke banget. Jika di Negeri Para Bedebah, masalah yang dihadapi Thom adalah persoalan ekonomi, di novel kedua ini masalahnya beralih ke dunia politik. Ya, Thom membuka bidang penasihat ekonomi di perusahaannya. Tentu saja kliennya orang besar, tak tanggung-tanggung, seorang kandidat calon presiden. Semua sudah beres, pendukung banyak dan Thom yakin jika kliennya pasti akan maju ke pemilihan presiden. Namun, masalahnya kliennya tersebut adalah orang jujur yang berkomitmen menegakkan keadilan hukum di Indonesia. Tentu saja ia akan menjadi mimpi buruk bagi para pejabat-pejabat, pengusaha-pengusaha dan petinggi-petinggi ber-otak musang. Ya, banyak ‘orang atas’ yang merasa dirugikan jika si klien menang pemilihan. Have u found the point, guys? Ya, ini masalahnya.

Di novel sebelumnya, Thom mengikuti pertarungan tinju di club Jakarta, ia mengalahkan Rudi (sang petarung sejati). Tidak jauh berbeda deng NUT, Thom juga mengalahkan petinju paling disegani, Lee. Bedanya pertarungan tidak dilakukan di Jakarta melainkan di Makau. 





Alur cerita dan penokohan tidak terlalu berbeda dengan NPB (Negeri Para Bedebah). Thom juga ditemani seorang wartawan wanita (di NPB, wartawan itu adalah Julia) yang bernama Maryam, Thom juga sempat di penjara, dan pertarungan berakhir di kapal. Sebenarnya aktor antagonisnya masih Tuan Shinpei. Dialah otak dari semua kerusuhan yang terjadi. 


Apa sih yang oke banget dari NUT?

Jawabannya adalah karakter si Thom. Ya, karakter Thom sangat memesona bagiku. Ia dingin dan pintar, namun sebenarnya ia hanyalah sosok yang tertutup masa lalu yang kelam. Sejatinya, ia adalah laki-laki yang penuh kasih sayang, ini bisa dilihat dari cara ia memperlakukan sang Kakek.

Kekurangannya?

Alur cerita yang bisa ditebak. Terutama bagi yang sudah membaca NPB. Seharusnya cerita genre action memiliki alur yang membuat pembaca ber-ha, karena ternyata cerita tidak sesuai dengan apa yang ditebak pembaca, sebagai contoh adalah film yang diperankan Jolie berjudul WANTED. Dalam film itu, menceritakan tentang pembunuhan yang sudah ditentukan di sebuah surat. Saya sendiri sampai menangis karena ternyata yang dianggap penjahat no.1 adalah sang Ayah yang selama ini mengawasi dan melindungi. 

Biar begitu secara keseluruhan novel ini tetap oke, semoga di filmkan nantinya.

Oke guys! May be cukup sekian dulu. Biar gak penasaran yang berakibat kejang-kejang, langsung aja beli bukunya. Bisa juga menyewa ke saya dengan tarif Rp.1000; per lima menit. Hehe

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...