Friday 18 October 2013

Cerita Cinta Lama (hehehe)

Cerita ini sebenarnya sudah basi dan berbusa. Tapi siapa peduli, cerita cinta akan selalu membingkai senyum di wajah kebanyakan, tak pandang itu cerita lama atau hangat sekalipun, tak pandang itu cerita remaja atau bukan. Cinta selalu hadir dengan pesonanya. Cinta selalu menyelipkan hawa kebahagiaan di setiap hal yang menyampaikannya.

Cerita ini sekadar mengenang. Tentang seseorang yang pernah menghabiskan satu buah buku harian merah jambuku, dulu, ketika masa sekolah menengah. Seseorang yang bahkan namanya pun tak berani kutuliskan dengan sempurna, di manapun itu, tak terkecuali di buku harianku. Keberanianku terhenti pada huruf 'F' yang kutulis, dan satu huruf itu pula yang kupakai untuk menuliskannya,  hingga akhir cerita.

Kau pikir, ini kisah cinta seperti remaja SMA kebanyakan? Yang mengungkapkan cintanya, lalu mendapat jawaban penerimaan, berbahagia, jalan-jalan, nonton, berantem, dan putus? Atau jika nasib buruk, cinta itu berbuah penolakan, menangis tersedu-sedu sehari-dua, kemudian mencari tambatan hati baru? Atau cerita cinta segitiga remaja satu sekolah, yang bermula persahabatan atau olok-olok kebencian? Tidak, sama sekali berbeda. Ini hanya cerita cintaku saja, tanpa menyinggung tentang cintanya. Cinta yang hingga sekarang tak bisa kujabarkan. Cinta yang bermula dari wajahku yang bersemu merah, dengan keringat dingin membanjir, karena ia menyuruhku menerangkan dua proses perkembangbiakan virus, di depan kelas. Saat itu umurku masih 13, kelas X, siswi baru. Masih kecil dan polos sekali, bukan?

Tapi cinta anak 13 tahun itu berhasil membuatku bingung, sampai sekarang. Karena ia berhasil mencintai F hingga tiga tahun lamanya, menutup rapat, hingga tak ada seorang pun yang tahu. Bahkan buku harianku hanya tahu ia dengan huruf F, tak lebih. Tak sekalipun aku mendeskripsikan sosoknya dalam tulisanku. Aku terlalu takut.

Siang itu, ia masuk ke kelasku, menjelaskan panjang lebar tentang perbedaan virus dan bakteri, dengan jelas, dengan sejuta kepandaian menerangkan yang ia punya. Aku mendengarkan. Belum ada rasa apa-apa kala itu. Namun, astaga, tiba-tiba ia memanggilku, memintaku maju ke depan dan menerangkan materi minggu lalu. Aku gelagapan. Napasku tak beraturan. Ingin menangis rasanya. Terpaksa, dengan terbata-bata bibirku mengurai kalimat yang dengan yang mati-matian berusaha kuingat. Dia tertawa. Aku tidak berbohong! Dia menertawakanku, menopang salah satu pipinya dengan telapak tangan, melihatku penuh kemenangan dari tempatnya duduk. Wajahnya mengulas senyum. Seperti mengejekku. Ah, menyebalkan! Aku seperti dipermalukan.

Sejak hari itu, ketika berpapasan, atau ketika ia berlalu di depan kelasku, ia selalu memanggil namaku. Atau ketika berjalan masuk ke kelasku, pertama-tama ia akan mencari sosokku, menanyakan diriku. Ia juga sering menitipkan salam padaku melalui teman-teman. Ah, mungkin karena itu aku merasa tersanjung, lalu lembaran-lembaran mahkota ketersanjungan itu menjelma setangkai mawar merah jambu.

Apakah dia pernah merasakan hal yang sama seperti yang pernah kurasakan?

Ini adalah pertanyaan yang tak pernah kuketahui jawabannya. Aku juga tak tahu, apakah sikapnya padaku sama seperti sikapnya pada teman-teman atau kakak kelasku juga. Pertanyaan-pertanyaan yang memang tak pantas kuketahui jawabannya. Dia adalah guruku, sosok yang harus kuhormati, tak pantas aku melemparkan dadu bersisi enam yang setiap sisinya berisi pertanyaan tak penting, dari seorang siswi ingusan yang barangkali hanya sekadar disukainya karena lucu. Ya, lucu saat wajahku ketakutan dan gugup seperti saat aku dimintanya menjelaskan materi. Entahlah...

Di akhir semester ii kelas XI hingga aku duduk di kelas XII, sapaan manis dan salam itu tak pernah lagi kuterima. Ketika itu aku belum mengerti alasannya, namun kini, aku tahu.

Beberapa bulan lalu, aku melihat foto pernikahannya. Wanita ayu di sampingnya adalah guru bahasa Indonesia-ku dulu. Ia tak mengajar dalam waktu lama di sekolahku, sebagai guru baru ketika aku tengah duduk di semester ii kelas XI, dan dipindah tugaskan beberapa bulan kemudian. Aku hanya bisa menerka-nerka, F telah menemukan tambatan hatinya, dan wanita itu adalah guru bahasaku.
Hehehe

Aku baru saja tertawa sendiri. Lucu saja jika mengenang semua itu kembali. Buku harian merah jambuku merekam semuanya. Bahkan ada beberapa bait pertanyaan yang dulu kutulis di akhir buku itu.

"Apakah kamu tahu kabarnya saat ini?"

"Apakah dia sudah menikah?"

"Lalu, apakah kamu masih mencintainya?"

Tiga pertanyaan itu memang kumaksudkan untuk kujawab pada masa mendatang. Dan, baiklah, aku akan menjawabnya dengan diriku yang sekarang.

"Tidak, aku tak tahu kabarnya"

"Ya, aku hanya tahu ia sudah menikah. Ia terlihat bahagia sekali di foto yang kulihat itu."

"Alhamdulillah, hatiku tak lagi condong padanya seperti dulu. Ini anugerah. Aku masih ingat benar diriku yang dulu, yang setengah mati menyimpan rapat cinta itu. Rasanya sakiiittt... (lebai, but serius sih)"

Ssst...
Pleasse jangan menertawakanku seperti itu, kawan. Aku tertarik menuliskan cerita basi ini karena kuliahku tadi pagi. Materi yang disampaikan dosen melayangkan ingatanku padanya, guruku. Hehehe. Anggap saja ini humor selingan di tengah-tengah hidup yang serius. Yah, sekadar mengenang, tidak bermaksud apa-apa.

Untukmu, selamat menempuh kehidupan baru...

Semoga dirimu bisa menjadi imam yang baik, yang menggandeng tangan istrimu selalu dan tak membiarkan sedikit pun ia tersesat, yang kau tuntun penuh cinta menuju jannah-Nya.

Dan semoga istrimu adalah wanita saleha, penenteram jiwamu, temanmu, kekuatanmu. Wanita yang akan menghapus gelisahmu, mengeringkan air matamu, tempatmu membagi suka duka hidupmu. Wanita yang akan mengabdikan dirinya padamu dengan segenap cinta yang bersandar pada cinta-Nya.

Dan semoga, di antara kalian segera hadir malaikat-malaikat kecil yang lucu, yang insya Allah saleh-saleha, yang akan memperjuangkanmu dan isterimu di dunia hingga akhirat kelak. Aamiiin...

Bogor, 18 Okt 2013

[postingan yang selalu bikin aku ngakak sendiri, nih!]

1 comment:

  1. Ahaaaaa.... Aku TAU itu siapa...
    say, Aku baru tau sekarang nih ha...(07.10.2014) hahaha..
    Aku juga ikutan jd ngakak..
    Tapi di awal cerita tadi, Aku sengaja buru-buru bacanya, pengen tau siapa sihh??
    Wahh, Aku kiraen Shofy mau cerita "Anak UNRI" hehehe..

    Btw, Ane jg pernh sik merah jambu am F. *Waa, polosss guee**

    Tapi, sebatas Kagumm aj kq. hehe

    ***

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...